Pengantar Pesanan || Sastra

Image by WinNetNews.com
Penaclaret.com - Malam hari, di antara dingin angin.
Ia berjaga, setia dengan usahanya. 
Tekad dan keberanian tak pernah pudar, walau bumi kian gelap. 
Di atas sana, menduduki alas panjang yang agak empuk, di bawa alunan angin, seakan ialah pengiring. 
Tubuh besar, diselimuti jaket berkulit  tebal itu memberi kehangatan.
Beranjak dari kediaman, semenjak mentari belum tampak, hingga bulan tertidur lelap. 
Saat semua pintu penghuni tertutup rapat. Orang-orang telah terbaring, atau bahkan meluncur ke alam mimpi tak sadar.
Ia tahu tujuan, kemana harus pergi.
Kepada kerabatnya, tak jauh saudara kandungnya.
Setidaknya, ia tak merasa kedinginan lagi, berburu bersama angin.
Tak langsung berbaring atau menutup kedua mata yang lelah menatap, susahnya bertaruh dengan perjuangan.
Namun, pikirannya berkabut.
Orang-orang yang terlibat dalam hidupnya tak dihiraukan.
Bekerja tanpa ujung,  tapi keringatnya di bawa pergi angin. 
Tapi ia tak tahu kata menyerah. 
Hasrat akan hidup sudah bersemayam di kepala.
Entah makhluk apa dia? 
Perkasa belum-lah cukup!
Di depannya, banyak pil berserak, tak tersusun.
Gerakan tangan, berpindah menyentuh setiap jualan.
Sementara telinga kanan masih melekat, smartphone yang tak mereda bahkan sebentar.
Ia dipaksa alat itu. Dan ia patuh tanpa banyak kata. 
Hakikatnya, ia memang pesuruh.
Kerja semalam dijadikan larut.
Di pagi hari, ia tidur pulas
Seluruh tubuh diluluri sakit seperti tinju bertubi semalam.
Ia bangun
Saat, matahari menyudahi jadwal pagi,
Dan berpamit menuju terik.
Pintu keluar, dan tirai jendela rumah masih tertutup 
Matahari tak menembus lapisan kaca jendela
Ia masih pulas
Bersama waktu yang kelak beranjak ke siang hari.