ClaretPath.com – Santo: Sastra Mingguan
Seketika Cahaya di kedua matamu bercahaya bak lilin putih yang memberi sinar di kegelapan malam.
Bulu matamu bercahaya nan indah seperti gugusan bunga bakung di taman Firdaus.
Parasmu yang menawan membuat hati gadis-gadis kampung beria-ria ingin mendekap dan mati dalam rasa.
Suaramu yang merdu bagaikan pekikan suara para malaikat memuji Allah.
Caramu merangkul kawanan kecil bak himpunan Para Kudus yang berkumpul hendak memuji Allah.
Di balik kedua tanganmu yang lembut dan bersahabat, engkau memungut kembali apa yang telah dibuang, menjahit kembali sobekan kain suci yang terentang di atas altar Gereja tua, engkaupun menyatukan kembali kepingan-kepingan cinta yang terbengkelai di teras rumah, dan engkaupun menjajahi jiwa-jiwa kaum pendosa dengan bilur-bilur Kristus agar mereka menemukan Mutiara di dunia akhir.
Engkau kini tak Bernama lagi. Semua insan kamil di seluruh bumi ini tak menyapa namamu lagi. Kini engkau berada di Yerusalem surgawi. Di Firdauslah engkau tinggal dan menanti belas kasih dari anak Dara agar Ia memberi cinta-Nya yang tak bertepi kepada kawanan kecil yang dibuang dunia ke dalam sumur derita tanpa dasar.
#_ Santo: Sastra Mingguan
Mahasiswa Filsafat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengagum absurditas Albert Camus