ClaretPath.com – Karena Perkataan-Mu Itu
- Minggu, 9 Februari 2025, Minggu Biasa Pekan V
- Injil Lukas 5:1-11
Sulit sekali mendengarkan orang lain. Lebih lagi, ketika kita harus mendengarkan orang yang tidak memiliki pemahaman tentang kehidupan kita. Namun, tindakan mendengarkan menjadi mudah ketika kita mendengarkan orang yang kita percayai. Persis itulah yang terjadi pada Santo Petrus.
Mereka telah semalaman mencari ikan di Danau Genesaret. Tidak seekor pun yang mereka tangkap. Frustrasi tentu terjadi. Namun, itulah kenyataan yang selalu harus siap diterima oleh seorang nelayan biasa. Beruntung dapat ikan, kurang beruntung pulang ke rumah dengan tangan hampa.
Ketika sedang membereskan jala mereka dengan muka muram, Tuhan Yesus melihat mereka, naik ke perahu mereka, lalu duduk di dalam perahu mereka untuk mengajar orang banyak dari situ (lih. Luk 5:1-3). Inilah tiga kata kerja yang penginjil Lukas gambarkan tentang tindakan Tuhan Yesus: melihat, naik ke perahu, dan duduk (Paus Fransiskus, Homili pada Yubelium bagi Tentara, Polisi dan Sekuriti, 9 Februari 2025).
Setelah melihat dan memahami situasi yang sedang terjadi, Tuhan Yesus memilih untuk naik ke perahu, tempat mereka mempertaruhkan kehidupan mereka. Menariknya, Dia duduk di sana untuk mengajar orang banyak.
Sebagai seorang nelayan biasa, tentu tindakan Yesus tersebut sangat menyentuh hati Petrus. Tidak disangka, perahunya menjadi tempat mengajar dari orang yang selama ini terkenal karena mengajar dengan otoritas dan membuat banyak mukjizat.
Yesus, Sang Guru, memilih perahu Petrus sebagai tempat mengajar. Inilah perasaan haru bahagia tiada duanya. Frustrasi karena tidak mendapat ikan hilang lenyap seketika. Petrus seakan tidak menghiraukan lagi perlu-tidaknya mencari ikan lagi. Yang terpenting baginya sekarang: fokus mendengarkan Tuhan Yesus yang mengajarnya tentang kehidupan.
Mendengarkan Kata Guru
Kekaguman kepada Tuhan Yesus, yang ia sapa GURU, terus berlanjut. Setelah selesai mengajar orang banyak, Tuhan Yesus memerintahkan Simon Petrus untuk bertolak ke tempat yang dalam untuk menangkap ikan.
“Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan,” perintah Yesus (lih. Luk 5:4).
Tanpa berpikir panjang, Simon Petrus meng-iya-kan dengan seruan yang sangat tegas. “Guru, sepanjang malam kami telah bekerja keras, tetapi tidak menangkap apa-apa. Namun, karena perkataan-Mu itu, aku akan menebarkan jala” (lih. Luk 5:5).
Perhatikan kata-kata Simon Petrus! Dia setuju dan siap melakukan perintah Tuhan Yesus karena satu alasan saja, yaitu “karena perkataan-Mu itu”.
Betapa kuat iman Santo Petrus kepada Tuhan Yesus. Dia tidak berpikir lama lagi, apalagi menalar untung-rugi dari perkataan itu. Dia percaya, perkataan Sang Guru pasti benar.
Petrus tidak hanya melihat isi perkataan, tetapi sekaligus memandang siapa yang mengatakannya. Setelah lama mendengarkan Tuhan Yesus ketika mengajar dengan berwibawa dari atas perahunya, dia sungguh merasakan sentuhan Sabda Tuhan. Tanpa berpikir panjang, Petrus siap melakukan perintah Tuhan.
Ternyata benar, ketika bersabar untuk mendengarkan dalam waktu yang lama, kita akan menjumpai Tuhan yang menyapa hati kita. Itulah kapasitas yang harus kita miliki sebagai orang Kristiani: mendengarkan dengan telinga hati (bdk. Paus Fransiskus, Pesan Hari Komunikasi Sosial Sedunia Ke-69, 29 Mei 2022).
Persis itulah yang dimiliki oleh Simon Petrus. Ketika mendengarkan Tuhan Yesus, dia tidak sebatas mendengar dengan gaya formalitas-ramah tamah belaka. Petrus sungguh mendengarkan dengan telinga hati. Hal inilah yang membuatnya sungguh percaya pada perkataan Tuhan Yesus.
Dia berkata, “…karena perkataan-Mu itu, aku akan menebarkan jala”. Sebagai hasilnya, mereka mendapat sejumlah ikan besar, yang tidak bisa tertampung di dalam satu perahu saja. Sampai-sampai mereka butuh perahu lain untuk mengangkut ikan yang banyak itu (lih. Luk 5:6-7).
Semoga kita pun seperti Simon Petrus selalu hanya mengandalkan perkataan Tuhan Yesus.
Pecinta Literasi