Emilya

Arhanoo

Emilya
Gambar: Gadis di tepian senja
ClaretPath.com-Emilya


Emilya
Ku senandungkan bait-bait ini tatkala mata kita tak cukup mampu melafalkan segala terpendam; mata kita tak cukup fasih menjangkau perjumpaan; hati semakin gemar melantunkan mazmur kerinduan dan air mata yang candu. Biarlah segalanya menjadi sejarah yang tak pernah lelah dimadahkan bibir.

Aku masih ingat kisah pada setapak Dua belas Desember silam,
Kita begitu khusyuk mendiamkan waktu yang purba: sebuah perjumapaan singkat dengan selakasa sajak doa yang engkau tuai dari serpihan kehidupan. Kemudian begitu lembut engkau mengeja setiap petuah yang sunyi dalam kitab leluhur.

Emilya
Mencumbui segala yang pernah terjadi, kita perlu mengamini
Bahwasanya kita tak perlu takut bila keheningan semakin gemar memaksa kita untuk tenggelam dalam telaga kenangan tua; sembari membuat kita terasing pada kenyataan dengan segala sumringahnya. Bukankah kekitaan adalah segenap puisi keindahan yang mengekalkan hati Sang Khalik: kenyataan yang diam-diam mencintai kenangan sebagai keabadian.

“Luka membuat hidup semakiin kuat: bahwasanya cinta berarak bersama kebohongan; pengkhianatan yang manja. Meski demikian tak perlu memilih untuk mencumbui yang satu dan menelantarkan yang lain. Tersebab hidup bukanlah perihal memilih namun merangkai setiap kuntum yang terselip di balik cinta dan pengkhiantan” katamu.

Emilya
Ku senandungkan bait-bait ini tatkala mata kita tak cukup mampu menterjemahkan segala terpendam; mata kita tak cukup fasih menjangkau perjumpaan; hati semakin gemar melantunkan mazmur kerinduan dan air mata yang candu. Biarlah segalanya menjadi sejarah yang tak pernah lelah dimadahkan bibir.
Penulis: ArhanooEditor: Arhanoo