Sarang Lebah, Komunitas ala Claret

Sumber gambar:nevermindme-imoone,blogspot.com

ClaretPath.com-St. Antonius Maria Claret, Pendiri Kongregasi Putra-Putra Hati Tak Bernoda Maria (CMF), menjadikan alegori sebagai sarana evangelisasi dan menggambarkan nilai-nilai kehidupan kepada orang-orang yang ada di sekitarnya. Sebut saja; “sarang lebah”

Bila diperhatikan, lebah-lebah selalu hidup bergerombol. Mereka memiliki sifat komunal dan bersatu. Mereka hidup dan tinggal  di sebuah atap yang disebut sarang, serta di bawah satu pemimpin atau komandan yang di sebut ratu.

Hidup bersama ini, di implementasikan ke dalam pelayanan dan tindakan mereka. Pada saat mencari makanan (menghasilkan madu), mereka tidak pernah menyimpan untuk kepentingan dan kepuasan diri  sendiri, melainkan selalu di bawa ke-sarang dan di persembahkan kepada ratu, lalu di konsumsi secara bersama dan di bagi sama rata. Mereka tidak peduli akan letihnya badan, yang terpenting bagi mereka ialah bagaimana menghidupi dan mempertahankan sarang mereka, serta melayani sang ratu. Lebih jauh dari pada itu mereka juga memiliki semangat patriotik. Hal ini di lihat dari usaha mereka untuk melindungi sang ratu, dari serangan musuh. Mereka rela mengorbankan madu dan sarang, bahkan nyawa mereka sendiri.

Baca juga :  Catatan Kecil dari Andalucia

Pria dari negeri matador ini, rupanya menginginkan para misionarisnya untuk hidup seperti lebah. Yang mana saling bekerja sama, berbagi, membantu, melayani, dan menyokong kehidupan sarangnya (komunitas), menjadi abdi ratu (Allah) yang setia. Bukan sebaliknya, yakni: egois, angkuh, tidak peduli, iri hati, dan lain-lain.

Baca juga :  Menjadi Garam dan Terang Dunia: Usaha Claret dalam Melawan Kejahatan || Jejak Claret

Para pembaca Claretpath yang dermawan! Bagi saya, Claret mampu menerawang secara holistik dan memiliki jiwa misionaris yang merangkul. Ia sadar bahwa perbedaan dari setiap misionarisnya, bukan menjadi sekat yang memisahkan dan menghalangi komunitas kecil yang sudah ia dirikan dua abad yang lalu. Boleh dikatakan, semangat para lebah pun menjadi salah satu spirit bagi para Claretian yang kini telah tersebar di tujuh puluh negara untuk hidup dalam kebersamaan di tengah keberagaman.