Catatan Kecil dari Andalucia

Madrid, 12 September 1862

Kisah ini adalah salah satu bagian pelengkap yang menegaskan identitas Claret. Identitas dari seorang pria kecil yang telah terbang jauh dari Sallent kampung halamannya. Hari itu, bersama keluarga Ratu Spanyol, ia berangkat ke Andalucia. Andalucia adalah sebuah wilayah (komunitas) otonom yang terletak di Semenanjung Iberia dan menjadi salah satu wilayah terbesar di Spanyol. Di Andalucia, Claret, si pria kecil dari Sallent, terus merangkai identitasnya.

Claret sadar bahwa segala hal yang ia terima adalah pemberian Tuhan. Tuhan telah membiayai hidupnya. Ia sadar akan kelemahan dirinya. Baginya, ia hanyalah satu instrumen hina yang digunakan oleh Allah dalam karya-Nya. Ia menyadarinya lewat pertemuan-pertemuan dengan persona lain. Ia sadar bahwa kekuatan khotbah yang ia kumandangkan takkan berarti apa-apa jika Tuhan tak merestuinya. Pertobatan yang datang seperti banjir bandang adalah hasil dari jebolnya sekat kecurigaan lantaran khotbah, selebaran, pamflet, maupun buku yang ia bawa ke Andalucia. Kendati ia melakukan perjalanan bersama keluarga kerajaan, namun ia sama sekali tidak terikat. Ia tetap pergi melayani umat tanpa harus dibebani oleh agenda kerajaan. Kegembiraan memenuhi hatinya. Sebait pujian pun segera ia kirimkan kepada Dia yang sudah menggunakan dirinya.

Baca juga :  Adakah yang lebih indah dari kenyataan bahwa Tuhan mengasihimu setiap hari?

Andalucia, 18 Desember 1862

Claret masih menyusuri pemukiman-pemukiman di Andalucia. Ia masih berusaha meraup sebanyak mungkin pertobatan dari para pendosa. Di tengah antusiasme akan misi Allah yang diemban, ia malah menemukan fakta miris kehidupan religius di Andalucia. Kehidupan, yang bagi Claret, sukar memotong jarak untuk menggapai kesempurnaan. Kehidupan bersama (komunitas) yang seharusnya menjadi sarana mencapai kesempurnaan malah tak dihayati oleh para religius. Biara malah menjadi sarang para religius-individualis di Andalucia. Claret menemukan fakta ini usai menjadi teman bicara seorang suster dari suatu biara di Andalucia.

Baca juga :  Misi Setelah Kembali dari Novisiat Jesuit

Suster tersebut memohon pertolongan Claret. Bukan tanpa alasan, suster tersebut merasa kehidupannya seperti maut, kehidupannya amat menyedihkan lantaran individualisme terus membengkak di biaranya. Claret memahami kegelisahan suster tersebut. Ia pun berusaha memberi pengertian tentang makna kehidupan bersama dalam setiap khotbah yang ia bawakan. Ia menunjukkan contoh kehidupan bersama dari kehidupan Yesus dan Para Rasul yang telah mencapai kesempurnaan; mereka menghayati kehidupan bersama. Di sini, Claret terus merangkai identitasnya.

Baca juga :  Kembali Normal

Di Penghujung Catatan

Claret terus menerus memikirkan antidot berbagai kejahatan dunia yang ia temui. Sudah sepantasnya bahwa ia yang dibiayai oleh Tuhan mampu menuntun semakin banyak jiwa kepada-Nya. Identitasnya (Misionaris Apostolik), yang terus terbentuk dalam setiap pelayanan, menjadikannya sebagai pelayan yang kaya kebajikan. Para Misionaris Claretian masa kini mesti berkaca pada laku hidup Claret. Hidup yang sepenuhnya dibaluti dengan kesadaran diri sebagai instrumen dalam misi Allah. Instrumen yang selalu digerogoti dengan semangat pencarian bagi kemuliaan Allah yang lebih besar. Tuhan memberkati.