ClaretPath.com – Kata siapa rekoleksi itu milik sekolah swasta Katolik saja. Itu tidak benar! Sekolah negeri pun boleh dan harus mengadakan rekoleksi. Persis itulah yang menjadi perhatian besar SMPN 8 Kupang.
Meski sekolah negeri, setiap tahun SMPN 8 Kupang selalu menyelenggarakan rekoleksi pada masa Adven dan Prapaskah. Tepatnya hari Senin, 18 Maret 2024, rekoleksi Prapaskah terjadi lagi. Temanya adalah “Percayalah, Itu Aku!” Pematerinya adalah P. Metodius Manek, CMF (Pater Todi) bersama tiga Aspiran CMF, yaitu Agustinus Banusu (Frater Agus), Christian Alexander (Frater Rian) dan Yohanes Baptista Righi (Frater Yopi).
Kisah Penghakiman Terakhir menjadi dasar biblis rekoleksi tersebut, yaitu Injil Matius 25:31-46. Dalam narasi biblis tersebut, Tuhan Yesus memberi gambaran tentang peristiwa yang terjadi pada Akhir Zaman. Pada saat itu, Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya (lih. Mat 25:31).
Terjadilah pemisahan pada hari itu. Orang benar di sebelah kanan-Nya, sedangkan orang tidak benar di sebelah kiri-Nya. Hal ini tergambar dalam ilustrasi seorang gembala memisahkan kambing dan domba.
Mereka yang di sebelah kanan adalah mereka yang terberkati dan mendapat tempat istimewa, yaitu Kerajaan yang telah disediakan sejak dunia dijadikan (lih. Mat 25:34). Sebaliknya, yang di sebelah kiri adalah yang terkutuk dan harus enyah dari hadapan Anak Manusia ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya (lih. Mat 25:41).
Fakta biblis ini menarik! Kerajaan surga tercipta bagi kita, sedangkan api neraka tersedia bagi iblis dan malaikat-malaikatnya. Akan tetapi, kita cenderung memilih menuju tempat yang tidak tercipta untuk kita. Kita terkadang lebih memilih masuk neraka daripada surga. Padahal, seharusnya kita menuju tempat yang sejak semula tercipta untuk kita, yaitu Kerajaan Surga.
Yang Kamu Anggap Paling Hina, Itu Aku!
Pada Akhir Zaman, Tuhan Yesus memisahkan domba dan kambing, yang hidupnya benar dan tidak benar. Ada alasan paling mendasar adanya pemisahan tersebut. Tuhan Yesus mengatakan dua kalimat yang rumusannya kurang lebih sama. Yang satunya positif, sedangkan yang lainnya negatif.
Pertama, rumusan positif berbunyi demikian! (lih. Mat 25:35-36).
Tuhan Yesus mengatakan ini kepada orang-orang benar. Ia menerangkan alasan mereka layak berada di Kerajaan Surga. Menanggapi alasan Tuhan Yesus, orang-orang benar bertanya, “Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau dalam semua situasi tersebut?” (bdk. Mat 25:37-39).
Tuhan Yesus menjawab mereka demikian: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat 25:40).
Jawaban Tuhan Yesus ini menarik! Ia tidak mengidentifikasikan diri dengan orang-orang hebat. Sebaliknya, Ia mengidentifikasikan diri dengan mereka yang paling hina. Bahkan, Ia menyebut mereka sebagai “saudara-KU”.
Inilah alasan kita layak mendapat tempat di Kerajaan Surga, yakni kita berbuat sesuatu yang baik bagi mereka yang paling hina dalam kehidupan bersama. Mengapa? Karena yang kita anggap paling hina itu, ternyata itu Tuhan Yesus. Jadi, ingatlah, apapun yang kita lakukan bagi mereka yang kita anggap paling hina, itu kita lakukan untuk Tuhan Yesus.
Kedua, rumusan negatif berbunyi demikian (lih. Mat 25:42-43).
Tuhan Yesus mengatakan hal ini kepada mereka yang hidupnya tidak benar dan layak masuk api neraka untuk tinggal bersama iblis dan malaikat-malaikatnya. Lalu, mereka pun akan berargumen, “Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau dalam semua situasi tersebut?” (bdk. Mat 25:37-39).
Respons Tuhan Yesus sungguh tajam, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku” (Mat 25:45).
Dua rumusan tersebut (positif atau negatif) tergantung pada bagaimana kita bertindak atau tidak bertindak kepada mereka yang paling hina dalam hidup bersama. Berbuat baik bagi mereka mendatangkan berkat dan masuk Kerajaan, sedangkan berbuat buruk mendatangkan kutuk dan dienyahkan ke dalam api neraka.
Yang Paling Hina di Antara Kita, Siapa Sajakah Itu?
Siapapun yang kita pandang hina, itulah Tuhan Yesus. Kita juga dapat katakan, semakin kita pandang hina seseorang, kita “membuat dia menjadi” Tuhan Yesus.
Mengapa kita seyakin itu sehingga berani berkata demikian? Alasannya jelas, Tuhan Yesus sendiri yang mengatakannya!
Rumusan positifnya, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat 25:40). Rumusan sebaliknya, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku” (Mat 25:45).
Setiap kali kita memandang rendah orang lain, tidak menganggap kehadirannya, tidak ingin memandangnya, bahkan membenci dia dan ingin menyingkirkannya dari kehidupan bersama, sadarlah bahwa kita tidak sedang melakukan hal keji itu hanya bagi orang itu, tetapi sekaligus bagi Tuhan Yesus.
Mari kita membuka mata bagi mereka yang paling hina. Lebih tepatnya, mari kita sadar akan kehadiran mereka yang menyebalkan, tidak suka kita pandang, tidak sudi kita membangun relasi dengannya, karena mereka adalah Tuhan Yesus di sekitar kita. Sadarlah, semakin kita pandang mereka hina, semakin kita “menjadikan diri mereka” sebagai Tuhan Yesus.
*Oleh Todi Manek, CMF
Galeri
Pecinta Literasi