Merangkai Persaudaraan bersama Asam Manis Buah Manggis

Kenangan Kunjungan Persaudaraan Komunitas CMF Sinaksak

Merangkai Persaudaraan
Gambar: Dokpri

ClaretPath.com – Sore ini senin 21 Maret 2022, langit-langit Sinaksak tampak cerah ceriah memantulkan sisa cahaya mentari yang sebentar lagi suram ditelan pekatnya gelap malam. Sebelum keceriaan ini berlalu sekelompok kecil misionaris yang terlahir dari rahim Bunda tersuci bertelut untuk merangkai persaudaraan.

Mereka bersimpuh memohon doa agar disatukan dalam hatinya yang bening. Mereka sadar tiada yang lebih indah dari persaudaraan. “Hati bunda adalah rumah”,tempat untuk pulang bagi anak-anaknya. Mereka ingin membangun dunia yang damai dan penuh persaudaraan. Dunia akan menjadi lebih baik jika semua bersaudara di mana segala perbedaan ditanggalkan, karena perbedaan tak perlu harus disamakan, keberagaman tidak perlu diseragamkan. Yang perlu hanyalah merayakan dan mengapresiasi segala yang berbeda. Hanya dengan apresiasi dan selebrasi segala yang beda dapat direkatkan menjadi suatu adonan yang manis.

 Persuadaraan ini mereka tandai dengan menanam pohon manggis. Mungkin ada yang bertanya, kenapa harus Manggis? Bukankah anggur lebih manis dari pada Manggis. Tentang hal itu mereka menjawab “yang ada pada kami hanyalah Manggis. Toh juga Manggis merupakan ciptaan Allah yang Maha Esa. Itulah persaudaraan. Menerima dan mengakui bahwa segala yang diciptakan mempunyai potensi untuk membangun kehidupan & persaudaraan yang penuh makna”.

Merangkai Persaudaraan

Perayaan simbolis ini sebenarnya merupakan puncak dari rangkaian kegiatan “Kunjungan Persaudaraan” dewan delegasi Misionaris Claretian Delegasi Independent Indonesia Timor Leste yang diwakili oleh P. Yosep Ferdinadus Mello, CMF (P. Ferdy-Sekretaris CMF Delegasi Independent Indo-Tiles). Dalam seremoni penyambutan di rumah formasi komunitas Biara St. Antonis Maria Claret Sinaksak, 20 Maret 2022 P. Ferdy disambut dengan acara mandokhata (adat batak) yang dibawakan oleh para frater lalu dikalungi dengan ulos (kain adat Batak).

Baca juga :  Pelita Kecil Seorang Martir

Dalam penyambutan ini P. Bosco selaku superior rumah mengatakan bahwa; kehadiran P. Ferdy merupakan representasi dari delegasi untuk mengalami, memantik dan belajar tentang merangkai persaudaraan secara lebih dekat di komunitas Biara St. AMC Sinaksak. Kita adalah saudara dalam rahim Bunda Maria dan St. Antonius Maria Claret.

P. Ferdy berada di komunitas Sinaksak selama tiga hari. Kunjungan persaudaraan ini juga bertujuan untuk mempersiapkan komunitas-komunitas lokal dalam rangka kunjungan kanonik dewan delegasi pada bulan Juni mendatang dan sekaligus juga sebagai antisipasi kunjungan kanonik dewan general yang sedianya akan dilaksanakan pada tahun 2023.

Dalam pertemuan bersama dengan anggota komunitas Sinaksak P. Ferdy menjelaskan tentang impian-impian kongregasi (7 impain) dan tiga impian delegasi yakni: Penguatan Anggota, Kelengkapan Administrasi Kesekretariatan dan Kemandirian Ekonomi. Tiga tujuan ini kelak mengarahkan delegasi untuk menjadi provinsi sebagaimana impian para anggota selama ini. P. Ferdy mengatakan, jika kita berjuang bersama dalam semangat sinodalitas  Gereja dan kongregasi maka kelak kita pasti bisa menggapai impian-impian itu.

Komunitas Sinaksak tentunya menyambut baik nait dari delegasi untuk mengembangkan sayap-sayap misi kongregasi hingga ke segala lini kehidupan. Karena itulah persaudaraan mesti diperkuat. Persaudaraan mesti ditanamkan sejak dini. Di komunitas Sinaksak persaudaraan itu ditandai dengan menanam pohon manggis-pohon persaudaraan.

Baca juga :  Terjebak di Antara

Tentang pohon Manggis. Kami kutip dari Rimba Kita. com. Pohon Manggis merupakan salah satu pohon yang berasal dari rahim nusantara. Bukan produk asing. Itulah sebabnya kami menandai persaudaraan ini dengan menanam pohon Manggis. Bagi kami merangkai persaudaraan itu perlu dibangun dari level lokal. Dari rahim sendiri. Barulah keluar bersuadara dengan mereka yang jauh.

Manggis dapat dikenali dari buahnya yang asam manis. Warna khasnya ungu kehitaman dan kulitnya berwarna gelap. Tetapi daging buah manggis berwarnana putih. Buah ini banyak dikonsumsi karena memberi banyak manfaat berkat kandungan antioksidan. Buah manggis memiliki bentuk yang bulat seperti bola tenis. Kulit buahnya keras dan tebal. Manggis tidak hanya memberikan manfaat melalui buahnya, namun kulitnya juga dapat berkhasiat sebagai bahan dasar suplemen herbal untuk kecantikan kulit. Pohon Manggis kebanyakan berada di wilayah kepulauan Sunda, Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Pohon ini dapat hidup puluhan tahun dan bertahan di daerah tropis.

Sewaktu mengadakan seremoni penanaman pohon persaudaraan ini P. Ferdy mengatakan bahwa ciri khas pohon manggis yang unik ini kiranya juga membuat persaudaraan kita para Claretian itu unik dan khas dalam gaya bapa pendiri St. Antonius Maria Claret. Pohon dikenal dari buahnya.  Maka kehadiran kita di tengah dunia membuat sesama dapat mengenali induk-pohon kita yang sesungguhnya yakni Kongregasi Claretian. 

Baca juga :  Adakah yang lebih indah dari kenyataan bahwa Tuhan mengasihimu setiap hari?

Dari karakternya pohon Manggis dapat memberikan makna yang cukup berarti dalam merangkai fraternitas. Kami yang ada di sini mau menyatukan segala yang beda pada diri kami. Bahwa apa pun yang beda bukanlah batu sandungan untuk menjadi saudara.

Dalam Konstitusi nomor 12 dikatakan bahwa: “hidup persaudaraan terutama dilambangkan dan dilaksanakan secara sempurna di dalam Ekaristi, yang merupakan tanda kesatuan dan ikatan cinta kasih. Persaudaraan kita hidup juga dari doa bersama, terutama doa liturgi; dikembangkan dengan cara hidup kekeluargaan di mana kita semua hidup bersama dengan semangat ketulusan dan keterbukaan; dan juga dinyatakan lewat pengambilan bagian dalam kepemimpinan dan pengaturan komunitas. diperkuat oleh semua sarana ini kita berusaha mencapai dalam komunitas misioner kepenuhan pribadi yang untuknya kita dipanggil.

Akhirnya kami mengucapkan, mari berbicara tentang kita, bukan tentang saya, kamu atau dia. Tetapi berbicara tentang kita yang maju dan menyelami realitas kehidupan yang mahaluas ini.

Teriring salam “in corde matris” dan doa dari Kepulauan Andalas (Sumatra).  Mauliate.