Kekayaan menghambat Claret untuk mengikuti Kristus!

Sumber gambar: ganaislamika.com

Claretpath.com- Claret adalah  Pria tampan, asal  Desa Sallent, Dekenat Manresa, Keuskupan Vic. Ia dalah anak kelima dari sebelas bersaudara buah hati dari Bapa Yohanes Claret dan  Ibu Yosefa Clara. Ia dilahirkan pada 23 Desember 1807 tatkala simfoni syahdu melodi alunan Natal menggemah di seluruh Sallent.

Ia pun beranjak dewasa dan setelah menamatkan pendidikan dasarnya di Sallent, ia pun meminta restu orang tuanya untuk dikirim bersekolah di Barcelona. Ketika beranjak usia  18 tahun, Claret meninggalkan Sallent menuju kota Barcelona  untuk memperdalam  ilmu pengetahuan tentang pabrikasi dan desain mode terbaru.  

Barcelona adalah kota terbesar di Katalan. Kemegahan gedung dan bangunannya membuat Claret kagum akan keindahan tata kotanya yang rapih. Ia pemuda kampung yang datang ke Kota untuk mengadu nasib demi masa depannya.

Setibanya di Barcelona, hal pertama yang ia lakukan adalah memasukan permohonan kepada Dewan Perdagangan La Lonja untuk diterima dalam les-les menggambar. Setelah berjumpa dengan Dewan Perdagangan La Lonja, Ia pun diterima untuk mengikut  les menggambar bersama rekan-rekannya yang berasal dari tempat lain. Ia sangat terampil dalam membuat gambar sehingga namanya mulai terkenal.

Selain belajar menggambar, Claret juga belajar tata bahasa Catellano, kemudian tata bahasa Prancis yang bertujuan untuk mengarahkan pekerjaan dan studi ini untuk kemajuan perdagangan dan pabrikasi. Dengan belajar bahasa, ia dapat menjangkau banyak orang untuk kepentingan bisnis. Sebab ia dilahirkan dalam  keluarga kaya  yang memiliki pabrik terkstil terbesar di Desa Sallent.

Baca juga :  KEBANGKITAN SEBAGAI PENGALAMAN TRANSFORMASI

Setelah kursus bahasa dan menggambar, Claret bersama rekan-rekannya diterima untuk bekerja di pabrik tempat di La Lonja. Ia sangat ramah dan teliti dalam  bekerja sehingga para pekerja  lain kagum dan  menghormatinya.  

Pada suatu hari, ketika Claret menyampaikan kepada pemimpin pabrik bahwa pola yang ia dan temannya periksa bisa dikerjakan dengan cara ini atau cara itu. Setelah Claret mempelajari pola di rumah dan kembali menunjukan kepada pemilik pabrik, ia sangat heran dan kagum ketika melihat bagan-bagan yang Claret tunjukan itu.

Sejak saat itu, Claret mendapat penghormatan yang besar dari pemilik pabrik, sehingga ia selalu bersama mereka pergi ke mana saja. Claret seolah menjadi anak angkat dari pemilik pabrik yang sangat diperlakukan khusus.

Pada suatu hari, Claret bersama keluarga pemilik pabrik dan beberapa rekannya pergi berekreasi di pantai. Claret menikmati keindahan panorama alam pantai yang eksotik hingga membuahkan kehangatan cinta yang diterimanya dari pemilik pabrik dan membuatnya nyaman bersama dengan keluar tersebut. Di tengah desiran ombak yang riuh bersahutan, semilir bayu tasik menghembus menembus batas-batas labirin sukma.

Di tengah euforia itu, Claret hanyut dalam kesendiriannya. Ia menepi dan merenungkan  masa depannya. Ia merasa bahwa semuanya sia-sia saja. Bahkan selama empat tahun berada di Barcelona, hidup rohani dan devosinya   mengendor. Di tengah bisingan laut dengan hembusan angin yang kencang, Claret menemukan jawaban untuk mencari yang Maha tinggi.  

Baca juga :  Dipanggil untuk Hidup Kudus

Kemegahan Kota Barcelona dan pabrik-pabriknya telah menyita waktu Claret untuk bersimpuh di hadapan Tuhan. Pada suatu hari minggu,  Claret menghadiri perayaan Ekaristi  namun ia mengalami kesulitan besar dalam mengatasi pikiran-pikiran yang datang kepadanya. Ia selalu berusaha untuk menghilangkan pikiran-pikiran tentang pabrik ketika ia di dalam gereja.

Dalam kotbah hari minggu, Claret tersentak dengan kotbah Pastor yang memimpin Ekaristi. Sabda Yesus dalam kotbah tersebut membuatanya semakin gelisa “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya” (Mat 16:26).

Sabda ini menjadi anak panah yang menusuk hati Claret. Ia pun menyadari bahwa apa yang ia cari dan ia lakukan selama ini hanyalah sia-sia belaka. Claret pun bergegas menuju biara imam-imam St. Filipus Neri, ia berjalan di serambi-serambi biara, dan melihat satu pintu terbuka, ia meminta izin dan masuk. Ia berjumpa dengan seorang bruder namanya Paulus yang sangat saleh dan hangat dalam devosinya.

Claret melihat kehidupan para frater Kartusian yang anggun dengan jubah sambil memegang rosario, ia pun berpikir untuk bisa berada di barisan mereka dan bisa ikut mendaraskan peristiwa-peristiwa rosario seperti yang ia lakukan dahulu di Fusimanya bersama Rosa.

Baca juga :  Claret Sang Parfum Kristus

Setelah empat tahun berlalu, pada awal bulan September 1829, Claret meninggalkan Barcelona kembali ke Sallent. Ia disambut gembira oleh keluarganya setelah tiga empat-tahun meninggalkan rumah. Sukacita itu berubah tatkala Claret dengan terbuka meminta kepada ayahnya untuk mengizinkannya masuk biara Cartusian.

Keputusannya membuat keluarga kecewa sebab, ia sudah dipercayakan untuk melanjutkan usaha pabrik tekstis di Sallent setelah bersekolah di Lan Lonja, Barcelona. Melalui diskusi yang alot, akhirnya Claret berhasil meluluhkan hati kedua orang tuanya.  

Setelah mendapat restu dari keluarga,  maka pada tanggal 29 September 1829, Claret bergegas menuju seminari. Ia memulai hidup baru dalam Biara Cartusian setelah melewati refleksi yang panjang selama di Barcelona.

Claret disambut dengan girang oleh para pemimpin biara Cartusian dan dengan haru ia meninggalkan hidup lamanya dan memulai hidup baru sebagai biarawan dalam komunitas Kartusian.

Tuhan memanggil siapa saja dan di mana saja. Claret mendengar panggilan Tuhan di pabrik. Dengan lapang dada ia meninggalkan semua harta kekayaan dan menjadi pengikut Kristus.