Demokrasi dalam Bayangan-Bayangan Demagog

Dalam beberapa bulan mendatang, Kab. Manggarai Timur akan mengadakan pesta demokrasi pemilihan kepala Daerah (PILKADA), yaitu Bupati dan Wakil Bupati. Proses politik yang terjadi hari ini sudah tercium jelas. Pertanyaan tentang siapa yang akan menjadi pemimpin Manggarai Timur lima tahun ke depan menjadi wacana konsumtif dalam diskursus-diskursus masyarakat. Ini bukan siapa yang memimpin, tetapi apa yang dipimpin
Bukan Siapa Yang Memimpin, Tetapi Apa Yang Dipimpin. Picture by Google.com

ClaretPath.comDemokrasi dalam Bayangan-Bayangan Demagog

Di Indonesia akhir-akhir ini, sepertinya demokrasi dalam bayangan-bayangan demagog. Karena demokrasi saat ini sulit untuk diidentifikasi apakah ini benar demokrasi murni atau tidak?  Mereka sangat pandai untuk mempengaruhi  emosi adan opini publik. Demagog mengubah wajah demokrasi, yang seharusnya menjadi peran penting dalam bernegara. Justru mereka mengubahnya sesuai atau seturut dengan kepentingan mereka.

 Istilah demogog sering muncul dalam politik Yunani yang berciri “demos” yang berarti rakyat dan “agagos” yang berarti pemimpin. (Bob Brecher, Narratives of Power: Demagogues, Politics and Morality at the Start of the 21st Century, 2019) Dalam konteks ini selalu dikaitkan dengan makna negatif  karena suka menghasut atau memprovokasi banyak orang hanya demi melanggengkan kekuasaan dalam arena politik. Hal ini pernah digambarkan oleh Plato dalam dialog anatara Pericles dan  Thucydides. Thucydides menggambarkan Pericles sebagai figur anti-demagog. Namun, Plato mendefinisikan ini sebagai inkarnasi dari demagogi. (Canfora, 2006)

Cara seorang demagog menggorogoti demograsi

Dalam konteks Indonesia, isu tentang demagog mungkin asing bagi masyrakat umum. Pada dasarnya, demagog sudah muncul dalam keadaan ketidakstabilan politik,  krisis ekonomi dan masalah sosial lainnya. Dan hal ini, menjadi bagian dalam sejarah manusia. Demagog selalu dikaitkan dengan antitesis dari demokrasi.

Seorang demagog dapat menciptakan suasana ketakutan, kebencian, dan ketidakpercayaan di masyarakat. Mereka memanfaatkan ketidaktahuan dan ketakutan orang-orang untuk memperkuat posisi dan kekuasaannya. Dengan cara ini, demagog dapat mengendalikan opini publik dan mempengaruhi keputusan politik yang diambil. Ciri demagog sifatnya destruktif dan tanpa memberi solusi yang akurat. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk waspada terhadap upaya-upaya manipulatif dari seorang demagog.

Baca juga :  Ancaman Turunkan Pejabat Negara, Kebencian atau Demi Rakyat?

Dan hal ini, ditegaskan oleh Haryatmoko “Seorang demagog menggunakan retorika untuk memanipulasi emosi publik dalam rangka menggiring opini publik, mendistorsi informasi, menebar kebencian untuk menarik simpati publik demi mewujudkan agendanya.” (Kompas, 10 juli 2023). Seorang demagog juga menggunakan retorika persuasif dan seruan suara populis supaya mendapat pengaruh bagi pengikutnya.

Ciri-ciri seorang demagog

Buku “On Demagogues” yang ditulis oleh James Fenimore Cooper membahas tentang demagog dengan mempertimbangkan konteks historis politik di Amerika Serikat. Dalam buku ini, tidak menjelaskan secara detail tentang ciri-ciri demagog. Namun saya mencoba memberikan beberapa uraian penting mengenai ciri-ciri seorang demagog.

Yang pertama, seorang demagog sering membahas kebijakan publik dan argumentasinya tidak berdasarkan fakta yang ada. Menurut Cooper, mereka mengiring atau memanipulasi perhatian masyarakat dengan menggunakan argumen semenarik mungkin untuk meluluhkan perasaan atau emosi masyarakat.

Yang kedua, Demagog selalu menempatkan masyarakat umum di atas konstitusi dan hukum yang berlaku. Mereka sering menggunakan retorika yang merangsang emosi dan memanfaatkan ketakutan serta ketidakpuasan masyarakat untuk mencapai tujuan politik mereka. Mereka cenderung mengabaikan prinsip-prinsip demokrasi dan aturan hukum yang seharusnya melindungi hak-hak individu. Dengan demikian, demagog dapat membahayakan stabilitas politik dan kebebasan masyarakat dalam jangka panjang. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk waspada terhadap upaya-upaya manipulatif dari para demagog dan tetap memegang teguh nilai-nilai demokrasi serta supremasi hukum.

Baca juga :  Kasih dan Covid-19

Yang ketiga, Manipulasi Fakta.  Para demagog sering menggunakan manipulasi fakta untuk mempengaruhi opini publik dan menciptakan ketidakpercayaan terhadap informasi yang sebenarnya. Dengan metode ini, sebagai jalan tengah para demagog dapat mempengaruhi  emosi dan keyakinan orang-orang. Tetapi motivasi dari para demagog ini  untuk kepentingan pribadi atau politik mereka sendiri.

Bayangan Figur Demagog di Demokrasi Indonesia

Bayangan-bayangan figur demagog dan figur negarawan beda-beda tipis. Demagog seolah-olah malaikat yang selalu muncul di setiap problem yang terjadi. Hal ini, membuat masyarakat terhipnotis dengan rayuan atau cara mereka. Mereka selalu menunjukkan identitas dan kepribadian mereka semenarik mungkin. Dan tidak heran  masyarakat ingin menciptakan rasa persahabatan.

Para demagog juga suka membahasakan krisis-krisis yang kompleks dan mencari solusi yang tepat. Padahal setiap solusi yang ditawarkan ini,  ada motivasi tertentu. Namun banyak masyarakat tidak mengetahuinya. Dan fenomena ini, tidak bisa dipungkiri.

Mereka juga suka mengambinghitamkan orang lain. Hanya untuk mendapat dukungan dan simpati dari masyarakat. Dengan cara ini, para demagog dapat memanipulasi emosi dan keyakinan orang-orang untuk kepentingan pribadi atau politik mereka sendiri. Mereka juga, menjanjikan perubahan sesuai dengan realitas yang terjadi masyarakat. Mereka seolah-olah hadir sebagai pembebas dan penyelamat.

Baca juga :  Keadilan Sosial dan Korupsi Politisi

Para demagog memanipulasi media

Sering kali, para demagog selalu memanfaatkan media sosial. Di mana media sosial digunakan sebagai platform atau sarana  yang baik untuk menyebarkan opini atau solusi yang menarik sesuai dengan realitas masyarakat. Dan tidak heran banyak masyarakat mengonsumsi atau menerima secara mentah-mentah tanpa melakukan verifikasi atau mengecek kebenaran.

Realitas ini sebenarnya menjadi ancaman serius bagi demokrasi kita. Karena para demagog selalu mencari cela atau cara yang licik untuk memecahbelahkan masyarakat. Karena hal ini dipengaruhi oleh arus balik informasi tanpa terkendali dengan baik.

Mereka memanfaatkan ketidakpastian, ketakutan, dan ketidaktahuan dalam masyarakat untuk memperkuat kekuasaan mereka sendiri. Mereka menggunakan retorika yang provokatif dan menyesatkan untuk menghasut konflik antar kelompok masyarakat bahkan memusuhi figur-figur tertentu. Hal ini dapat merusak kerukunan sosial dan mengancam stabilitas demokrasi kita. Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai warga negara untuk waspada terhadap upaya-upaya demagog yang ingin merusak demokrasi. Kita harus terus menerus mengedukasi diri sendiri dan orang lain tentang nilai-nilai demokrasi, toleransi, dan persatuan. Hal ini, untuk menjaga demokrasi tetap kokoh sebagai sistem pemerintahan sah.

#_Demokrasi dalam Bayangan-Bayangan Demagog