Tercabut dari Mesin-mesin Tenun

Picture by: Pikist

Penaclaret.com – Pemuda 18 tahun itu bernama Claret. Dia berasal dari Sallent, sebuah desa di keuskupan Vich. Di usianya yang masih muda, ia meminta kepada ayahnya Juan Claret agar mengijinkan dia berangkat ke Barcelona, ke pusat ibukota provinsi untuk mendalami ilmu pabrikasi. Tujuannya sederhana, ingin mengembangkan pabrik tekstil milik ayahnya. Keinginan itu pun dikabulkan, sang ayah kemudian mengantar Claret ke Barcelona.

Setibanya di Barcelona, Claret mengajukan permohonan ke Dewan Perdagangan La Lonja agar ia diterima dalam kelas menggambar. Setelah lulus seleksi, Claret menekuni les-les menggambar dengan perhatian yang besar. Di samping belajar menggambar, ia juga mempelajari bahasa Castellano/Spanyol dan bahasa Prancis. Bahasa yang sering digunakan dalam dunia perdagangan dan pabrikasi pada saat itu. Ia selalu update dengan mode-mode terbaru dalam ilmu pertekstilan. Mempelajari pola-pola yang sering dipamerkan setiap tahun di Paris dan di London. Claret bekerja sembil mendalami ilmu pabrikasi di pabrik tekstil Dels Vigitans milik Ignacio Prant, seorang Vich. Claret bekerja bersama lebih dari 100 pekerja dengan menangani 76 alat tenun.

Claret sangat fokus dengan tujuan kedatangannya ke Barcelona, memperdalam ilmu pabrikasi. Berkat ketekunannya ia berhasil menguraikan suatu pola dan kemudian ia menyatukannya kembali. Claret menguraikan pola itu tanpa bantuan seorang guru, ia belajar secara autodidak. Mampu menguraikan pola membuat dia sangat bersukacita, berjalan penuh kegirangan, karena ia mampu melakukan sesuatu yang lebih dari pada yang diajarkan para gurunya; mengajar untuk mengerti pola dan menyalinya kembali.

Baca juga :  Dari Fonfroide Ke Yogyakarta

Sebuah pengalaman yang membekas di benak Claret, pengalaman yang membuat dia menjadi besar, dikenal dan dikagumi banyak orang adalah saat di mana ia mengoreksi rencana atasannya tentang bagaimana memasanga alat tenun agar menghasilkan sebuah pola. Dengan sopan Claret meminta agar pola dan bagan pemasangan alat tenun yang direncanakan atasannya itu ia dalami lagi di rumah. Beberapa hari kemudian, Claret membawa bagan pemasangan alat tenun dan itulah yang paling sesuai dengan pola yang mereka maksudkan. Atasannya menerima bagan yang dibuat Claret, dan dengan hati yang terbuka mendengar penjelasan Claret.

Nama Claret semakin terkenal di antara rekan-rekan kerjanya karena ketelitan dan ketekunannya dalam membuat bagan yang sangat sesuai dengan pola-pola yang diminta. Claret juga dikagumi atasannya. Ia sering diajak berpiknik bersama keluarga atasannya pada hari-hari pesta. Claret memperoleh nasihat-nasihat dan kebijaksanaan dari atasannya, hal ini tentu sangat berguna bagi kemajuan pabrik tekstilnya di kemudian hari.

Baca juga :  Iman dan Pengharapan

Claret tidak hanya hebat dan terampil dalam memahami pola-pola tetapi juga sangat mahir dan teliti dalam pemasangan alat-alat tenun. Claret sering membantu banyak pekerja untuk memasang alat-alat tenun. Mereka sangat kagum atas kebaikan dan kerendahan hati Claret. Kehebatan dan kejeniusan tidak membuat Claret menjadi sombong. Keterampilan yang dimiliki Claret, kemudian tersiar di seluruh wilayah Barcelona. Beberapa orang mulai mencoba menjalin kerja sama dengan ayah Claret, Juan Claret. Rencana mereka pun disambut baik oleh sang ayah demi perkembangan pabrik dan memperoleh keuntungan yang besar.

Claret telah mencapai puncak ketenaran di Barcelona. Di tengah ketenarannya, ia mulai mengalami krisis. Kecintaannya pada ilmu pabrikasi malah membuat dia risau akan sesuatu yang tidak mengenakkan di masa depan. Perlahan, Claret menyampaikan kepada ayahnya bahwa ia tidak tertarik dengan logika bisnis pabrik-pabrik. Sang ayah memberi dukungan kepadanya dan meyakinkan bahwa Claret memiliki kemampuan yang sangat baik dalam hal mengurus pabrik. Dia menolak dukungan sang ayah, dalilnya adalah dia masih sangat muda, dia berbadan pendek, karyawan-karyawan tidak akan mengikuti dia, begitulan alasannya. Claret merasa telah tercabut dari mesin-mesin tenun.

Baca juga :  Adakah yang lebih indah dari kenyataan bahwa Tuhan mengasihimu setiap hari?

Ayah Claret terus membujuk, memberikan dukungan, meyakinkan Claret bahwa semua yang ia cemaskan akan baik-baik saja. Claret digadang akan menjadi pemimpin pabrik milik ayahnya. Tercabut dari mesin-mesin tenun membuat Claret menolak ayahnya, membantahnya, dan dengan emosional berkata dia tidak tertarik dengan pabrikasi. Bagi sang ayah alasan-alasan Claret adalah sesuatu yang menjadi-jadi. Inilah pertama kali Claret menolak permintaan ayahnya, menentang rencana-rencana ayahnya.

Claret merefleksikan pengalamannya demikian, ketekunan dan keuletannya dalam menggambar adalah persiapan untuk membuat gambar-gambar katekismus dan karya-karya mistisisme. Keputusannya meninggalkan pabrikasi merupakan kehendak Tuhan yang menginginkan dia menjadi seorang imam, bukan seorang niagawan. Ia menyadari saat ketenarannya, saat ia sangat jatuh cinta dengan pabrikasi adalah pengalaman benih yang jatuh di semak duri, panggilannya terhimpit semangat mempelajari pabrikasi. Claret pun bersyukur karena Tuhan telah mencabutnya dari mesin-mesin tenun.