Holguin, Ketenaran dan Luka

Penaclaret.com – Ketika Claret berada di Holguin, tempat di mana dia melakukan kunjungan pastoral pertamanya sebagai uskup. Claret merasa senang dan bahagia berada di Holguin. Holguin, bagi Claret adalah tempat yang istimewa. Di Holguin, sehari sebelum Pesta pentahiran Santa Perawan Maria, Claret berkotbah dengan penuh semangat, dengan antusias yang tinggi kepada umat Allah. Banyak orang berduyun-duyun pergi Misa demi melihat dan mendengar seperti apa persisnya Claret. Ketenaran Claret sudah tersebar hingga ke pelosok-pelosok daerah. Selain menciptkan rasa kagum, ketenaran juga menciptakan rasa benci.

Sekitar pukul 20:30 waktu setempat, Claret pulang dari gereja, ia ditemani empat orang imam dan seorang koster yang membawa obor menyusuri jalan yang gelap. Ketika tiba di jalan utama, dalam situasi gelap banyak orang telah menunggu untuk menyalami Claret, orang yang berkarisma itu. Orang-orang sebelah-menyebelah menyalami tangannya. Tidak diduga seorang berperawakkan bandit menyayat pipi kiri Claret dengan sebilah pisau cukur. Luka menganga dari telinga hingga tulang rahang Claret. Darah mengucur deras, membasahi wajah Claret.

Baca juga :  Terjebak di Antara

Malam yang bahagia, malam yang ceria berganti dengan luka. Orang-orang langsung membawa Claret ke apotek. Pakaian episkopal Claret dimeterai darah. Sayatan pisau, darah yang mengucur dari wajah Claret membuat banyak orang cemas, tetapi tidak bagi Claret. Ia tetap bersikap tenang seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Ia meyakinkan orang-orang yang hadir agar tidak panik. Bagi Claret luka yang ditanggungnya tidak sebanding dengan penderitaan banyak orang yang telah mati bagi Kristus. Tidak sebanding dengan sengsara Sang Guru, Yesus Kristus.

Baca juga :  Claret dan Duka Tanah Cuba

Claret seolah tidak merasakan sakit akibat sayatan pisau cukur. Kematangan Claret berdamai dengan luka, sakit, dan penderitaan membuat ia tetap bersikap tenang. Claret pernah mengimpikan dirinya menjadi seorang martir. Setidaknya luka yang ia alami saat itu adalah keterlibatan dalam jalan kemartiran. Ketenangan mempercepat koagulasi pada wajah Claret. Perlahan luka Claret mulai sembuh.

Claret menerima lukanya sebagai pengabdian kerasulan kepada Kristus. Claret meneladani Kristus yang mengampuni. Di dorong oleh kasih Kristus, Claret mengampuni orang yang menyayatinya dengan pisau cukur. Claret bahkan membela orang yang berusaha menikamnya dari amukan massa. Claret juga membiayai si pelaku agar dapat pulang ke Canarias, ke tempat asal kedua orang tua pelaku. Hanya orang yang telah matang dalam rohani dan jasmani saja yang mampu berdamai dengan situasi penderitaan, bahkan situasi yang mengancam nyawanya. Claret menerima lukanya sebagai risiko misinya mewartakan Yesus Kristus.