Penaclaret.com – Santo Antonius Maria Claret adalah putera terbaik dari Sallent, Vic, Barcelona, Spanyol. Ia lahir pada 23 Desember 1807 di desa Sallent. Anak ke lima dari ke sebalas bersaudara ini berani meninggalkan semua kekayaannya termasuk pabrik tekstilnya untuk menjadi seorang imam. Claret menerima tahbisan suci pada 13 Juni 1835. Awalnya, ia adalah imam diosesan. Namun karena semangat kemisionarisan yang terus bergelora, ia menyerahkan diri ke Propaganda Fidei untuk diutus ke seluruh dunia. Setelah limabelas tahun menjadi imam, ia diangkat menjadi Uskup Agung Kuba, tepatnya pada 6 Oktober 1850. Dia meninggal dunia pada 24 Oktober 1870 di sebuah biara rahib di Fonfroide, Prancis.
Semangat kemisionarisan selama masa hidupnya sangat bergelora. Prinsip my soul for the whole world (jiwaku untuk seluruh dunia) selalu terngiang dalam lubuk hatinya. Hasratnya untuk menyelamatkan jiwa-jiwa selalu merongrong dirinya untuk pergi ke periferi-periferi bumi. Dia tidak bisa tinggal diam dalam satu paroki saja dan hanya melayani paroki itu. Dia ingin berjalan kaki seperti Yesus untuk mewartakan injil dari kampung ke kampung.
Menjadi misionaris bukan seperti seorang pemabuk. Pemabuk hanya bisa berkata-kata dalam kemabukannya. Menjadi misionaris berarti sama seperti seorang pesulap. Dia membuat orang tertegun dengan tindakan-tindakan magisnya. Claret menyebut tindakan-tindakan magis ini sebagai kebajikan-kebajikan. Namun, tujuan utama tindakan magis itu bukan untuk membuat dirinya dikenal melainkan Yesus yang dikenal.
Dengan tindakan-tindakan seperti seorang pesulap, seorang misionaris memberi teladan kepada umat yang dilayaninya. Hal itu akan membantu dia dalam misi yang dijalankan. Dia menjadi pesulap untuk menunjukan Kristus kepada orang lain.
Kerendahan hati
Bagi Claret, kerendahan hati merupakan dasar semua kebajikan. Ini adalah dasar tindakan magis yang penting bagi seorang misionaris. Claret merasa bahwa dia hanya seperti sebatang besi yang tidak berguna. Namun besi itu diambil oleh Allah dan ditempah terus-menerus menjadi sebuah anak panah yang tajam. Dia juga menyadari bahwa dia tidak punya apa-apa selain dosa. Dia menyadari bahwa dia bukan apa-apa, dia tertangtung pada Allah dalam segala hal seperti permulaan keberadaan, kemenjadian, gerak, rahamat dan harus merasa senang tergantung sepenuhnya pada Allah. Dengan demikian dia tidak punya alasan untuk sombong.
Claret selalu melakukan pemeriksaan batin untuk menyadari tunas-tunas kesombongan yang mulai tumbuh dalam dirinya. Setelah menyadari semuanya itu dia berusaha untuk memangkasnya dengan menyesali, memohon ampun, mengakui dan melakukan penitensi. Hal ini dilakukanya setiap hari tanpa henti.
Kemiskinan
Egoisme, hedonisme, dan materialisme merupakan raksasa yang berkuasa di bumi. Semua orang mengejar kekayaan yang berujung pada hal-hal di atas. Maka bagi Claret semua itu harus ditantang dengan kebajikan kemiskinan. Ini adalah tindakan magis untuk menentang egoisme, hedonisme, dan materialisme. Namun kemiskinan yang dimakusd bukan suatu kemelaratan melainkan sebuah kondisi batin yang selalu merasa cukup. Claret selalu bergembira dengan pakaian yang dia pakai dan puas dengan makan yang dihidangkan tanpa merasa untuk mencari lebih.
Kemiskinan membuat kita merasa tidak terikat. Kemiskinan bersifat membebaskan. Keterikatan akan harta akan menggangu pelayanan seseorang misionaris. Selain itu, kemiskinan juga membuat kita tergantung sepenuhnya pada Allah. Kita percaya bahwa Allah akan memelihara kita dengan caranya sendiri.
Kelembutan Hati
Claret mengatakan bahwa tak ada kebajikan yang lebih menarik daripada kelembutan hati. Dengan kelembutan hati, kita bisa memenangkan hati orang. Jika orang diperlakukan dengan kelembutan hati semua akan datang dan mendekati kita. Dengan demikian kita bisa memenagkan bagi Allah jiwa-jiwa mereka. Kita seolah-olah menghipnotis orang dengan kelembutan hati.
Bagi Claret kelembutan hati adalah tanda adanya panggilan kepada pelayanan dari misionaris apostolik. Yesus datang sebagai Gembala yang lembut hati. Dia berhasil menghimpun domba-domba yang tersesat. Jika Yesus datang sebagai serigala semua domba akan lari terbirit-birit. Maka dari itu seorang misionaris harus meniru kelembutan hati Yesus yang datang sebagai Gembala yang lembut hati.
Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, program studi Filsafat Keilahian. Pengagum karya Tere Liye. Berasal dari kota Karang, Kupang, NTT.