“Jadilah padaku menurut perkataanmu itu. (Luk 1:38)” Ungkapan iman Bunda Maria ini sangat cocok dengan apa yang dialami oleh St. Antonius Maria Claret ketika berada di novisiat Jesuit. Sakit yang dialami Claret di novisiat Jesuit menjadi tanda bahwa Allah merencanakan sesuatu yang lebih besar atas hidupnya. Claret merespons rencana besar Allah dengan mengambil keputusan meninggalkan novisiat Jesuit dan kembali ke Spanyol. Claret percaya bahwa rencana Allah juga terjadi lewat perantaraan pemimpinnya. Ia dengan lapang hati menerima surat dari pemimpin. “Allah membawa engkau kepada serikat ini bukan untuk engkau tinggal di dalamnya, tetapi supaya engkau belajar bagaimana memenangkan jiwa-jiwa untuk surga,” demikian sepenggal kalimat yang dituliskan pemimpinnya kepada Claret.
“Setelah dari Novisiat itu saya berencana ke Vich tetapi pemimpin berkata kepada saya harus ke Viladrau untuk menjadi pastor rekan di sana. Di sini saya mengurus kepentingan rohani umat. Tiap hari saya mengunjungi orang sakit dan menjadi tabib rohani maupun jasmani bagi mereka. Di sini juga saya mulai memberikan misi-misi umat. Kemudian saya mengadakan misi umat ke paroki di Seva, di sini lebih menggemparkan, banyak orang bertobat dan membuat pengakuan umum. Mulai sejak itulah saya tenar di mana-mana dan jiwa misionaris saya pun meronta-ronta”.
Seperti Yesus yang menjadi figur yang dikagumi karena membuat mujizat dan menyembuhkan orang, saya pun demikian banyak orang yang datang kepada saya untuk minta didoakan agar sembuh dari sakit. Semua itu saya jalani dengan penuh semangat dan percaya bahwa dengan cara demikian saya bisa menyelamatkan banyak jiwa. Semua yang saya lakukan di sini bukan untuk memamerkan diri saya, bahwa saya bisa menyembuhkan orang. Tetapi semua itu saya lakukan demi Kerajaan Allah. Dengan demikian Allah membantu saya dengan menggerakkan iman orang-orang untuk datang dan mendengar apa yang saya wartakan. Dari itu semua saya merefleksikan kebaikan Allah atas diri saya dengan mengatakan, Ya Allahku Engkau sungguh baik, Engkau menggunakan penyakit tubuh untuk menyembuhkan penyakit jiwa. Engkau menggunakan pendosa yang malang ini untuk menyembuhkan baik raga maupun jiwa”.
Terkadang keinginan kita tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Atau dalam bahasa modern “semakin tinggi espektasi kita, semakin besar pula kekecewaan yang akan kita dapatkan.” Namun hal ini hanya untuk orang-orang yang mengejar hal-hal duniawi semata. Jika kita bekerja demi Kerajaan Allah, maka hal seperti ini akan menjadi jalan bagi kita untuk melihat sesuatu di balik semua itu. Seperti apa yang dialami oleh St. Antonius Maria Claret, keluar dari novisiat Jesuit bukan berarti usaha dan keinginannya menjadi seorang misionaris yang siap diutus ke seluruh penjuru dunia sia-sia saja. Claret melihat ada rencana Allah di balik kejadian yang ia alami. Claret merenungkan pengalamannya ini sebagai rencana Allah agar ia bisa menyelamatkan lebih banyak orang. Bagi Claret, ia perlu menyelamatkan jiwa-jiwa yang ada di dekatnya agar bisa menyelamatkan jiwa semua orang.
Claret memahami sesuatu yang terjadi di luar eksptesi, sesuatu yang tidak kita inginkan dalam hidup, jangan langsung sampai pada kesimpulan bahwa semuanya telah berakhir. Bisa jadi hal tersebut akan menjadi sesuatu yang sangat luar biasa. Rencana Tuhan lebih indah dari yang kita bayangkan. Tuhan tahu apa yang kita butuhkan dan yang terbaik untuk kita. Tidak semuanya yang baik menurut kita juga baik di mata Tuhan. Maknailah setiap momen yang terjadi dalam hidup kita. Belajar dari St. Antonius Maria Claret yang selalu memaknai setiap hal dalam hidupnya sebagai penyelenggaraan Allah, kita pun diajak menerima segala situasi yang terjadi dalam hidup kita; situasi baik atau pun situasi buruk. Semoga Claret muda yang terus membara dengan jiwa misionarisnya, selalu menjadi inspirator hidup kita. Tujuannya agar Allah dikenal dan membatu semua orang menikmati rahmat keselamatan yang ditawarkan Allah kepada semua manusia. Semoga kita menjadi alat Tuhan yang kudus.
ClaretPath.Com adalah ruang pengembangan bakat menulis dan media kerasulan, terinspirasi dari Santo Antonius Maria Claret, Pelindung Pers Katolik.