Hukum Tertulis di Hati

SABDA HARIAN - Oleh Todi Manek, CMF

Hati
Gambar: Ilustrasi Taurat Tertulis dalam Hati Manusia

ClaretPath.com – Hukum Tertulis di Hati

Rabu, 8 Agustus 2024, Pekan Biasa XVIII

  • Bacaan I : Yeremia 31:31-34
  • Bacaan Injil : Matius 16:13-23

Tugas utama seorang pewarta adalah memperkenalkan Tuhan. Dengan berbagai cara, seorang pewarta berusaha memberitahu siapa Allah itu. Namun sayangnya, tidak jarang para pewarta melupakan untuk mengarahkan umat Allah melihat ke dalam hati masing-masing.

Dalam Bacaan-bacaan suci hari ini, para penulis suci menampilkan bagaimana seharusnya kita mengenal Allah. Dalam Bacaan Pertama, Allah berfirman kepada Nabi Yeremia demikian:

“Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka.” (Yer 31:33-34).

Baca juga :  Mencari Tuhan Yang Hilang

Melalui Firman Tuhan ini, spontan kita bisa katakan seharusnya para pewarta tidak lupa menuntun umat Allah untuk mendengarkan hati mereka. Hal inilah yang di dalam Gereja Katolik disebut sebagai atau Hati Nurani.

Ajaran Gereja tentang Hati Nurani

Gereja mengajarkan dalam dokumennya Gaudium et Spes nomor 16 demikian: “Hati nurani ialah inti manusia yang paling rahasia, sanggar sucinya; di situ ia seorang diri bersama Allah, yang sapaan-Nya menggema dalam batinnya.”

Baca juga :  Doa Kecilnya (Puisi)

Dalam Katekismus Gereja Katolik nomor 1778 pun tertera ajaran yang sama: “Hati nurani adalah keputusan akal budi, di mana manusia mengerti apakah satu perbuatan konkret yang ia rencanakan, sedang laksanakan, atau sudah laksanakan, baik atau buruk secara moral. Dalam segala sesuatu yang ia katakan atau lakukan, manusia berkewajiban mengikuti dengan seksama apa yang ia tahu, bahwa itu benar dan tepat. Oleh keputusan hati nurani manusia mendengar dan mengenal penetapan hukum ilahi.”

Baca juga :  Ketiadaan Tuhan (?): Kebebasan Manusia

Dari ajaran tersebut, kita bisa memahami kata-kata Tuhan Yesus kepada Petrus. Ketika Petrus tahu identitas-Nya, Yesus tegaskan bahwa jawabannya berasal dari Bapa.

Kata-Nya, “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga” (Mat 16:17).

Secara singkat, kita bisa katakan, agar kita mengenal Tuhan dengan baik, kita perlu melihat ke dalam diri kita masing-masing. Di sanalah Tuhan bertakhta. Tuhan telah menuliskan semua hukum dan kebenaran-Nya di sana.