Jalan Pulang || Puisi

Picture by goodnewsfromindonesia.id
Aku tengah belajar mencari arti dari ziarah panjang ini
Tentang maunya Tuhan saat menempatkan Hawa di sisi Adam
Atau tentang aku yang tak butuh banyak alasan untuk mencintaimu

Suatu petang, saat beradu tanya tanpa ujung
Sepasang sayap waktu merengkuhku 
membawaku pada lipatan-lipatan hidup
yang bersembunyi di balik setiap detik berharga
Aku adalah ciptaan dari tidur yang sahaja
Dari rusuk yang tak pernah memimpikan seorang perempuan, kecuali sang Khalik.
Kesepian kah seorang laki-laki sampai ia butuh perempuan sebagai teman?

Petang sudah malih jadi guratan malam yang khusuk
Lalu cinta itu datang dalam wujud sepasang kekasih yang kasmaran
Di bawah rembulan mereka kidungkan sebuah ikrar yang dikukuhkan semesta
Untuk berbagi dan menyembuhkan luka
Dan mereka mengucap selamat tinggal pada kesendirian

Cinta telah merenggut aku dan kau
Menempatkan kita dalam dekapannya yang paling rahasia
Menuntun kita menuju harapan yang berdiri di antara badai
Sesekali ia ajak kita berjalan bersama airmata dan senyuman, 
Meninggalkan kita sendiri bergulat dengan darah dan maut
Menyembuhkan kita dengan ketulusan yang tak sempat mati di depan luka
Sampai kita tahu bahwa tawa dan tangis adalah keniscayaan
Dan kematian raga adalah kehidupan jiwanya

Cinta adalah ujian paling sulit
Dan kita adalah kepingan fana
Kelak kita akan dihadang kerumitan dari sebuah rahasia
Sampai kepercayaan jadi asap di atas khayalan
Dan kita terjebak dalam belukar yang penuh curiga
Sampai kita berpisah di tengah persimpangan tanpa titik temu
Kau bersama angan-anganmu
Dan aku bersama anak-anak yang lahir dari rahim keabadian
Kita akan bertemu kembali di ujung kerinduan 
Pada panggilan dari sebuah maaf yang telah insaf
Sampai kita paham kesalahan butuh jalan pulang

Kita perlu jatuh cinta lagi. Aku dan dirimu. Seperti dulu
Saat kita bermain-main di tengah surai yang belum tercemar
Melihat anak-anak bertelanjang dada yang saling kejar tanpa takut terluka
Atau petani yang melihat harap pada sepetak sawah kering.

Kekasihku, yang padanya kutumpahkan semua kelemahanku
Tidakkah kau lihat senyum dewata di wajah anak-anak kita?
Tidakkah kau lihat iblis yang berpaling dari setia kita?
Aku ingin jatuh cinta lagi. Begitu juga kau.
Langit tak lagi legam
Fajar sudah timbul
Kecuplah keningku di bawah cahaya pertama dari sebuah pagi.
Biar anak-anak kita tahu cinta sejati selalu menemukan jalan pulang.