Claret: Rasul Frustrasi!

Penaclaret.com – Cataloñia, wilayah Spanyol dengan dialeknya sendiri, terletak di seberang Pyrenees di sudut timur laut negara itu. Di sanalah, di kota Sallent, Señor Juan Claret melakukan kunjungan khusus ke gereja paroki Sta. Maria pada pagi Natal 1807 untuk membaptis putranya, Antonius Yohanes Adjutorius Claret y Clara. Tentunya, dia beralasan, Tuhan akan memberkati seorang bayi yang dilahirkan kembali pada hari ulang tahun Tuhan. Dan dia benar.

Bertahun-tahun kemudian ketika menjadi uskup agung Kuba, karena devosi kepada Maria Tersuci, dia menambahkan nama manis Maria. Tapi di masa kecil dia dikenal Toñin. Dan itulah panjang pendeknya nama yang digembar-gemborkan, Antonius Maria Claret: manusia langka yang sejak lima tahun membayangkan keabadian. Siempre, siempre, siempre,“selamanya dan selama-lamanya” adalah gagasan bergidik yang merampas tidur si kecil— dan menumbuhkan hasrat menjadi misionaris. 

Itu terbukti! Kala Tahta Suci di Kota Abadi menunjuknya sebagai misionaris apostolik, seorang rasul di tahun 1841! Pada titik ini, kehidupan pemuda Catalan meledak menjadi cerita yang tampak legendaris: berkhotbah sepuluh bahkan dua belas khotbah sehari, tidur tidak lebih dari tiga jam, dan makan hampir tidak lebih dari seekor burung pipit. Sedang luas misinya “sabang-merauke” Cataloñia: yang meskipun batasnya tidak lebih besar dari Belanda, diperkuat ratusan kali pegunungan menjulang, bahkan dua desa yang tampak sangat dekat di peta jarang mendengar satu sama lain. Inilah alasannya Misionaris Apostolik itu dikenang “pengkhotbah terbesar”. Namun, secara manusiawi, yang membuatnya populer adalah kefasihan, kesederhanaan, dan pesona kekudusannya yang tak tertahankan, el santito: santo kecil, begitulah dia dianggap di Sallent hingga kini.

Rasul Catalan ini tidak hanya berkotbah. Dia juga menulis. BukunyaCamino Recto beredar 300.000 eksemplar. Tercatat 144 karya telah dicetak dan lebih dari sebelas juta eksemplar, di antaranya: El catecismo explicado, El colegial instruido, Los libros son la mejor limosna, dsb. Tetapi bukanlah pencarian ketenaran, “Tujuan saya adalah selalu mencari kemuliaan Allah yang lebih besar dan keselamatan jiwa-jiwa,” son los libros la comida del alma, “buku adalah makanan bagi jiwa”— juga Libreria Religiosa yang didirikan bersama José Caixal, Seu D’ Urgel dan Antonio Palau, usaha yang baru saja dimulai ketika dia tiba-tiba dikirim ke Kepulauan Canarias. Tetapi hingga 1848, Claret masih merasa belum memenuhi mimpinya sendiri, mendirikan sebuah kongregasi misionaris yang akan melipatgandakan upaya kerasulannya di seluruh Spanyol dan dunia. Akhirnya waktunya telah tiba! Dengan persetujuan atasannya, ia segera mulai mengerjakan ambisi terbesar dalam hidupnya.

Baca juga :  Pelita Kecil Seorang Martir

Saat itu Pesta Ratu dari Gunung Karmel 16 Juli 1849, ketika lima imam berbakat dan saleh berkumpul dengannya di depan patung Bunda Cinta Ilahi di Seminari Vic. Dan begitu pada akhirnya lahirlah Misionaris Putra-putra Hati Tak Bernoda Maria yang dikenal umum Misionaris Claretian. “Hari ini,” kata rasul Catalan itu dengan penuh kemenangan, “kita memulai karya yang besar!”

Dia sangat terkejut ketika, hanya beberapa minggu setelah mendirikan Kongregasi, Roma menunjuknya sebagai Uskup Agung Santiago, tahta utama Kuba! Saat itu 7 Oktober 1850, tepat pada Pesta Rosario Suci, ia ditahbiskan menjadi Uskup Agung.

Primata Kuba

Claret tiba di Santiago pada 16 Februari 1851 dengan demonstrasi penyambutan luar biasa meriah. Suasana perayaan yang sudah ditradisikan, pada saat yang sama, sebuah paradoks yang mencolok, mengingat keadaan Kuba. Karena bukan menghargai Antonius Maria Claret sebagai Uskup Agung Primata pulau itu. Sebaliknya, dia jelas satu-satunya manusia yang hidup yang mampu menyelamatkan “Mutiara Antillas”!

Lima puluh tahun eksperimen gila dan penuh dosa bangsawan Spanyol dengan cita-cita Masonik telah menimbulkan konsekuensi paling terburuk di koloni Spanyol tersebut. Kredo sesat yang disebarkan secara luas menghancurkan nilai-nilai dan moral Katolik. Dan ketidakpedulian Spanyol yang tidak berperasaan terhadap kebutuhan Kuba memberi Masonry setiap keuntungan untuk menginkubasi revolusi. Amerika Serikat yang tamak bergabung mencoba mematahkan cengkeraman lemah Spanyol dengan mengekspor agitator profesional ke Kuba untuk menghasut revolusi terbuka. Negara-negara lain, seperti Prancis dan Inggris, dengan lebih penuh kebencian mengeksploitasi pemerintahan dengan mempromosikan perdagangan budak yang berkembang, yang bertentangan dengan hukum Spanyol.

Antonius Maria Claret adalah salah satu reformis, dan tentu saja yang terbesar dalam sejarah Kuba. Karena tidak ada gembala yang pernah mencintai atau mengabdikan diri kepada kawanannya lebih dari dia.

Madrid dan Pengasingan

Pada 18 Maret 1857, sebuah pesan mendesak datang dari gubernur Kuba, memberi tahu Antonius bahwa Ratu meminta kehadirannya segera di Madrid. Ketika Claret menemui Ratu Isabella, dia ternyata telah ditunjuk sebagai bapa pengakuan dan pembimbing spiritual keluarga kerajaan. Antonius tentu tidak menginginkan bagian dari jabatan agung itu, namun ia dikuatkan oleh Paus Pius IX bahwa pencalonan itu “Menawarkan cakupan yang lebih luas untuk membela Iman yang paling suci di Spanyol.” Apa yang diberikan sebagai nasihat persuasif Wakil Kristus dihargai oleh putranya yang setia sebagai titah surga.

Baca juga :  Iman dan Pengharapan

Dalam semangat kepatuhan — dan juga benar-benar rela berkorban — Antonius menerima tugas baru itu. Kemudian, pada 1859, bertentangan dengan keinginannya, Uskup Agung Claret diangkat sebagai presiden Escorial. Dan selama sembilan tahun masa jabatannya itulah Claret dikenang sebagai “manusia yang paling difitnah”: dibenci, diancam, bahkan sempat ada kampanye kotor yang diselenggarakan dalam skala besar di seluruh Spanyol untuk mendiskreditkannya. Dia dituduh mempengaruhi politik, camarilla, cabul, ambisius dan pencuri. 

Sementara itu, dalam persiapan untuk revolusi yang meluas di seluruh Eropa, serangan besar telah dilakukan terhadap Gereja. Didukung oleh Napoleon III dan Freemasonry Internasional, Paus akhirnya dilucuti dari hak prerogatif temporalnya, Giuseppe Maria Garibaldi telah merebut Negara Kepausan dan Victor Emmanuel adalah Raja dari Italia yang terkonsolidasi.

Dibantu oleh kaum Merah Spanyol yang gencar, Louis Napoleon mampu mengintimidasi Raja Francisco dan Perdana Menteri Ratu, O’Donnell, untuk mendukung pengakuan Spanyol atas kerajaan Masonik yang tidak stabil di Italia. Itu tergantung pada Ratu Isabella, bagaimanapun, untuk meratifikasi pengakuan resmi Spanyol. Dan hanya Antonius Maria Claret yang bisa mencegahnya melakukan parodi keadilan. Inilah alasan mengapa Claret begitu dibenci oleh para Mason (albañilería).

Masalah menjadi semakin akut kala Perdana Menteri O’Donnell sekarang menjadi agen Louis Napoleon. Setelah menumpulkan rasa keadilan Ratu dengan asap beracun pragmatisme, O’Donnell kemudian bergerak untuk membunuh. Ratu benar-benar tidak punya pilihan antara memberikan pengakuan atau digulingkan oleh pemberontakan. Isabella akhirnya menyerah.

“Ini,” kata Santo Antonius, “seperti hukuman mati. Menampilkan diriku di hadapan Yang Mulia, aku bertanya padanya. Senora, apa yang telah kamu lakukan?” Dia memberi tahu saya, dan saya menjawab, “Ya, mereka telah menipumu …. Sekarang saya harus pergi.”

Pensiun ke Vich, orang suci itu bergabung kembali dengan kelompok kecil saudaranya, meninggalkan Isabella yang patah hati. Dalam keadaan hampir putus asa, dia menulis kepadanya memohon agar dia kembali. Tidak tahu apa yang harus dilakukan, Claret lalu berkonsultasi dengan Nuncio Kepausan, yang menasihatinya bahwa tugas itu tidak menuntut atau menentang pekerjaannya lebih lanjut di pengadilan, tetapi menambahkan “Saya hanya perlu mengingatkan Anda tentang konspirasi revolusioner melawan Yang Mulia”.

Baca juga :  Dari Fonfroide Ke Yogyakarta

Tanpa secara tegas mengatakan demikian, Nuncio jelas-jelas menyukai petisi Isabella. Namun, bagaimanapun, Monsinyur Claret tetap tidak yakin, dan karena itu, bergabung dengan P. Clotet yang suci, berdoa di hadapan Sakramen Mahakudus untuk pencerahan, “saya harus pergi ke Roma,” gumamnya. Claret akhirnya menyampaikan masalah yang dihadapinya dan dia juga sadar bahwa Isabella juga telah memohon kepada Pius IX untuk menjamin kembalinya Uskup Claret. Keputusan Yang Mulia adalah bahwa, jika penguasa Spanyol akan mematuhi “ketentuan kontingen tertentu”, Claret harus melanjutkan tugasnya di pengadilan.

Tetapi Isabella sepertinya masih yakin bahwa sikap mengakui rezim Masonik telah membuat tahtanya aman. Bahkan ketika pers yang menghasut menentang monarki, dan banyak insiden kerusuhan membuat kepastian revolusi terwujud, Yang Mulia, terperangkap dalam kegirangan euforia, tetap tuli terhadap seruan orang suci yang frustrasi itu.

Saat melakukan tur di akhir musim panas tahun 1868, Isabella berhadapan langsung dengan rencana militer yang dibatalkan untuk penculikannya. Sekali lagi Claret memohon padanya: “Senora, kita harus segerakembali ke Madrid, kita berada di ambang revolusi!” Namun sang ratu masih belum menganggap serius situasi ini sampai berita tentang kejatuhan Madrid dan pemerintahan rezim Merah atas Spanyol, membawa semua kengerian kehancuran dan kekejaman biadab yang telah diramalkan.

Di bawah Louis Napoleon, keluarga kerajaan dikawal ke pengasingan di Prancis, ditemani oleh Bapa Pengakuan setia Ratu. Bagi Claret, itu adalah akhir yang pahit dan menghancurkan dari empat puluh tahun kerja keras dan pengorbanan kerasulan yang tak kenal lelah. Tua, lelah, dan tidak punya uang, dia sekarang dibuang dari Spanyol tercinta, tidak pernah lagi menginjakkan kaki di tanah airnya sampai ajal menjemput, Amé la justicia y odié la iniquidad, por eso muero en el destierro, “Saya mencintai keadilan dan membenci kejahatan, itulah sebabnya saya mati di pengasingan”, tulisan Gregorius VII yang terpahat pada nisan kuburan monastiknya.