ClaretPath.com – Berita Gembira dari Pojok: Opening Ceremony
Para Misionaris yang terkasih di manapun kalian berada. Ada kabar gembira dari Pojok. Hari ini, kami anggota Wisma Skolastikat Claretian Yogyakarta (WSCY) dan Komunitas Susteran RMI- Yogyakarta menggelar Opening Ceremony Bulan Claret 2023. Sebagaimana namanya-“Pojok”, dari kampung kecil di sudut Yogyakarta yang sibuk ini, para misionaris (Romo, Suster, dan frater) untuk kesekian kalinya menyalakan api keabadian pribadi Claret. Nama “Pojok” juga mengingatkan kita akah hari-hari terakhir Claret. Di sebuah pengasingan sunyi. Juga persis di pojok glamornya Prancis, yakni Fontfroide, Claret menutup usianya. Tahun ini peristiwa itu menjadi kisah 153 tahun silam.
Biru langit Jogja dihiasi oleh kemarau yang hangat seakan menjadi momen sukacita. Suasana pesta mulai menampakkan pesonanya. Bendera-bendera mulai berkibar di tiap sudut lapangan. Peluit wasit mulai melengking. Juga dendangan musik ja’i yang enggan kalah. Tak lama kemudian segerombolan pasukan warna-warni memenuhi seisi lapangan. Mereka berompi jingga, pink, stabilo, dan hijau. Ternyata mereka adalah para serdadu Claret yang ingin menggores kisah di bulan penuh kenangan ini dengan nama mereka masing-masing. Seperti rompinya, nama mereka krenn-krenn: Anthonius, Adjutorius, Claret, dan Clara. Ternyata tenunan nama-nama ini akan menjadi nama yang sangat indah, Anthonius Ajutorius Claret y Clara. Seorang Santo dari Sallent; lagi-lagi sebuah kampung kecil di pojok negeri El-Matador. Para Misionaris Claretian memanggilnya Bapa Pendiri.
Lapangan semakin ramai, ketika Fr. Carol, CMF, sang animator meminta setiap kelompok memamerkan semangat mereka dengan yel-yel. Tidak ada kelompok yang ingin kalah dari yang lain. Pokoknya semua ingin menjadi yang terbaik. “Anthonius jaya! jaya! jaya!, Ajutorius luar biasa, Claret …, Clara…!. Demikian potongan-potongan pekikan yang menombak cakrawala wisma sore tadi. Sungguh sebuah pemandangan yang memikat hati!
Suasana riuh mereda seiring ayunan langkah Pater Damasus Sumardi, CMF, Superior WSCY menuju panggung kecil yang letaknya agak di pinggir lapangan. Sebagai pimpinan, beliau menyampaikan rasa syukur yang mendalam: untuk kehadiran semua partisipan, untuk semangat, dan terutama rahmat yang memperbolehkan kita sekali lagi memeriahkan hari kelahiran dalam keabadian Bapa Pendiri, St. Antonius Maria Claret. “…..Claret memang telah mati, tetapi semangatnya masih terus hidup hingga hari ini”, kata Misionaris Claretian Indonesia- Timor Leste pertama itu. Kalimat bernas itu menjadi jantung dari keceriaan sore tadi. Semua partisipan ingin membuktikan bahwa ada semangat Claret yang terus membara dalam hatinya (hati: keseluruhan diri)
Simbolisasi semangat Claret yang terus membara dilakukan dalam bentuk penyalaan obor. Frater Richard, CMF menerima obor itu kemudian berlari mengitari barisan. Setiap dua atau tiga hentakan kakinya berdesing pekikan viva Claret, viva Claret; yang artinya hidup Claret. Viva! (artinya hidup!), jawab para pasukan berwarna yang diitari. Pekikan sahut-sahutan itu kemudian menciptakan euforia pesta layaknya segerombolan penonton sepak bola yang membawa pulang kemenangan
Nyala obor yang panas dan sahut-sahutan meriah itu disatukan dalam tumpukan api unggun yang diletakan tepat di jantungan lapangan. Secepat kilat kobaran api terbentuk. Mars Jesus Passed Along yang cukup familiar di kalangan para Claretian mulai dilantunkan. Beat lagunya seakan seirama kobaran api yang menjilat-jilat kayu-kayu kering.
Sebagaimana lazimnya, Opening Ceremony diisi dengan kompetisi-kompetis. Euforia semakin menjadi. Para legion berwarna-warni terpacu untuk berkompetisi. Fr. Giri, CMF membunyikan peluit panjang, tanda dalam hitungan detik pertandingan akan segera dimulai. Bola-bola menggelinding elegan di lapangan. Para pemain mencari posisi. Dan kali ini, pertandingannya adalah futsal dan voli. Pertandingan berlangsung cukup sengit, tetapi tetap dalam nuansa sportifitas dan persaudaraan.
Semangat berkopetisi masih meninggi. Tetapi apa boleh buat. Senja semakin suram. Suara Adzan dari Masjid-masjid terdekat mulai mengumandang. Peluit panjang berbunyi lagi, tanda pertandingan segera berakhir. Tentu saja akhir sebuah pertandingan adalah skor menang atau kalah. Syukur-syukur kalo seri. Tapi sore ini tidak ada yang seri.
Sirkulasi nafas yang panjang plus tenggorokan yang kering mulai di jamu oleh es teh dan beberapa makanan tradisional yang telah disediakan di sudut lapangan. Cerita yang belum sempat rampung di lanjutkan dalam bincang-bincang santai itu. Tegukan terakhir bertanda hari hampir usai. Ceritanya akan bersambung ke hari esok.
Selamat membuka pesat Claret. Salam in Corde Martis.
Wisma Skolastikat Claretian Yogyakarta, 28 September 2023
Mahasiswa Filsafat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengagum absurditas Albert Camus