Berbagi Cinta

Oleh Sr. Lisa Muti, RMI

Mengasihi Allah Dasar Mengasihi Sesama
sumber: jogja.tribunnews.com

Berbagi Cinta – Hari Senin Pekan Biasa Ke-XVIII, 1 Agustus 2022.

  • Bacaan I: Yer.  28:1-17
  • Bacaan Injil: Mat. 14:13-21

Peringatan Wajib St. Alfonsus Maria de Liguori; Uskup dan Pujangga Gereja.

***

ClaretPath.com – Kisah Nabi Yeremia dan Hananya pada hari ini memberikan sebuah titik terang bagi kita bahwa semua harapan baik itu tidak salah. Namun, hendaklah kita ingat juga akan maksud Tuhan yang tak selalu disampaikan dengan cara yang kita sukai. Firman-Nya tidak untuk menyenangkan telinga kita semata, tetapi untuk membawa kita semakin dekat dan memahami maksud-Nya.

Pada zaman Zedekia menjadi raja Yehuda, Yeremia dan Hananya adalah sama-sama nabi yang dipanggil Tuhan untuk menyampaikan firman-Nya kepada bangsa pilihan, Israel. Yeremia dan nabi-nabi pendahulu menubuatkan perihal pembuangan bangsa Israel ke Babel, sedangkan Nabi Hananya menyampaikan hal sebaliknya, yaitu sebuah seruan profetis akan berakhirnya masa pembuangan. Tentu perkataan ini lebih enak didengarkan oleh bani Israel yang sedang mengalami pengasingan. Sayangnya, seruan itu tidak berasal dari Tuhan. Pewartaan Hananya rupanya sebuah rekayasa belaka. Alhasil, Nabi Hananya pun dihukum.

Kata-kata manis memang menyenangkan untuk didengar, sedangkan teguran atau peringatan sering membuat telinga menjadi panas. Akan tetapi, adakalanya hal yang tak enak didengar pun perlu demi kebaikan kita. Jadi, jika kita adalah orang-orang yang dipercayai untuk menyampaikan firman Tuhan, sampaikanlah pesan-Nya bukan untuk menyenangkan telinga si pendengar, tetapi menyenangkan hati Tuhan. Jika kita adalah pendengar, kita perlu belajar mendengar dengan baik apa yang Tuhan kehendaki dan bukan hanya memilih apa yang menyukakan hati kita. Dalam hidup ini jika kita tidak mampu melihat hal-hal yang salah, kita pun tak akan mampu mengetahui bagaimana cara membuatnya menjadi benar.

Baca juga :  Hidup Versi Allah |Renungan Harian

***

Gambar: Ilustrasi Pendengar & Pewarta Firman Tuhan

Dari kisah Injil hari ini, kita mendengar bagaimana Yesus memberi makan 5000 orang. Kisah ini tercatat di semua injil dan karenanya bukan lagi sebuah cerita yang asing bagi kita. Jika kita memberikan sesuatu yang kecil kepada Allah dengan iman, maka kita akan merima mujizat yang berlipat ganda.

Kisah ini telah diorang baca sejak ribuan tahun silam. Alur penyajiannya juga sederhana. Fenomena yang terlihat juga sederhana. Namun, di dalam alur yang sederhana ini kita dapat melihat sesuatu yang lebih berharga, yakni watak Tuhan; apa yang IA miliki dan siapa diri-Nya.

Kita bisa mengidentifikasi watak Allah ini dengan melihat bagaimana cara-Nya berbagi cinta. Hal-hal dasariah yang bisa membantu kita menemukan jejak-jejak Allah yang telah, sedang dan akan selalu berbagi cinta kepada kita, yakni:

Melihat dan Mendengarkan

“Setelah Yesus mendengar berita dan Ia melihat orang banyak” (Lih. ayat 13-14)

Ada sebuah adagium klasik yang mengatakan bahwa mendengar adalah seni memahami diri sendiri. Mendengar artinya sebuah ajakan untuk membuka diri kepada seluruh stakeholders, atau siapapun itu.

Di saat Yesus mendengar dan melihat situasi orang banyak yang mengikuti-Nya, dengan sendirinya indra akan mengumpulkan informasi untuk kemudian memberikan respons terhadap apa yang telah diindrainya. Dari sini Yesus mau mengajarkan kepada kita untuk senantiasa peka dalam membaca situasi kehidupan kita dan sekitarnya.

Baca juga :  Tentang Menantu dan Mertua! | Renungan Harian

Menyadari-Suara Hati

Ia tergerak hati-Nya dan sebuah ungkapan; Tidak perlu mereka pergi. (Lih. ayat 14 dan 16)”.

Sungguh! Dia tergerak hati-Nya oleh belas kasihan kepada orang banyak yang belum makan selama tiga hari karena mengikut Dia. Arti kata “Menyadari adalah menginsafi”. Makna lainnya adalah mengetahui.

Berbicara tentang menyadari hati nurani atau suara hati, percayalah bahwa itu adalah salah satu bentuk suara Tuhan atau media bagi Tuhan untuk berkomunikasi dengan kita sebagai ciptaan-Nya. Hati nurani mampu membuka pikiran kita untuk melihat hal-hal mana yang benar dan mana yang salah, dan akan selalu membimbing kita untuk melakukan hal yang benar. Pendek kata, suara hati adalah dasar pertimbangan kita untuk melihat apa yang benar dan salah.

Ketika kita ingin melakukan sesuatu, maka Tuhan akan mengetuk pintu hati kita melalui suara hati. Agar kita sebagai orang yang beragama dan beriman menyadari bahwa relasi kita dengan Tuhan tidak hanya satu arah saja tetapi dua arah. Saat kita berdoa dan mengucap syukur kepada Tuhan, IA akan memberi sebuah tanggapan berupa keajaiban melalui suara hati kita masing-masing.

Baca juga :  Di Masa Tua Pun Masih Berbuah

Tindakan

“Yesus berkata: “Bawalah ke mari kepada-Ku”” (Lih. ayat 18).

Dia memberi kesempatan yang luar biasa kepada orang-orang ini untuk menikmati kasih karunia Tuhan. Inilah sikap Tuhan terhadap setiap makhluk ciptaan di bawah kekuasaan-Nya. IA memperlakukan setiap makhluk ciptaan dengan baik; menyediakan kebutuhan mereka dan memelihara mereka. Karena alasan inilah Tuhan Yesus yang adalah Tuhan yang berinkarnasi secara sangat wajar mengungkapkan sifat keilahian-Nya dan memperlakukan orang-orang ini dengan baik. Dia memperlakukan mereka dengan hati yang penuh dengan belas kasihan dan toleransi. So, Jesus always make an easy path for the others.

Lastly let us ask ourselves! Sudahkah hidup kita menjadi kekuatan bagi orang lain? Sudahkah perkataan kita membawa penghiburan bagi sesama saudara kita terutama mereka yang susah? Masihkah kita mengeluh ketika melakukan pelayanan? Sudahkah kita memberi yang terbaik di dalam pekerjaan, komunitas atau pun keluarga kita?

Rentetan pertanyaan ini menjadi dasar pijak pembatinan Sabda Tuhan selanjutnya bagi kita. Yesus telah menjadi ‘Roti Hidup’ supaya kita dapat bangkit dari kematian rohani dan juga jangan lupa bahwa ada orang-orang yang telah “memecahkan” Tubuh-Nya bagi kita supaya kita bisa bertahan menjalani Kekristenan hingga saat ini. So, Saatnya giliran kita, berbagi kasih!