Allah Dipanggil Father atau Daddy?

Allah Dipanggil Daddy
Gambar: Allah Dipanggil Daddy, Bukan Father

ClaretPath.com – Allah dipanggil Daddy, bukan Father. Demikian kata Paus Fransiskus pada waktu memberikan katekese yang kedelapan tentang Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Galatia dalam Audiensi Umum pada hari Rabu, 8 September 2021. Berikut ini adalah pendalaman atas Audiensi Umum tersebut.

Titik tolak Paus Fransiskus mengatakan demikian adalah makna sesungguhnya dari kata Abba. “Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: “ya Abba, ya Bapa!” (Gal 4:6). Kata Abba dalam Bahasa Inggris artinya Daddy, bukan Father.Father? No: Daddy,” seru Paus Fransiskus meyakinkan ratusan audiens di dalam Aula Audiensi Paulus VI.

Menarik bahwa sapaan Daddy kepada Allah kita peroleh ketika kita dibaptis. Oleh karena dibaptis, kita berbalik kepada Allah dan memanggil-Nya dengan nama Abba (Gal 4:6). “Dengan demikian, baptis bukan sekadar ritus eksternal,” kata Paus Fransiskus.

Baca juga :  Meritokrasi 2024, Sebuah In Potentia?

Hari ketika kita dibaptis adalah hari ketika kita diselamatkan. Pada hari itu kita menjadi saudara dari Yesus. Juga pada hari itu kita memanggil Allah sebagai Daddy¸ karena Yesus saudara sulung kita pun menyapa-Nya demikian. Itulah sebabnya Paus Fransiskus mengajak kita semua untuk mengingat tanggal kita dibaptis.

“Sekarang, mereka yang tidak tahu (tanggal baptisnya) harus tanya wali baptis, ayah, ibu, om, atau tante mereka: ‘Kapan saya dibaptis?’ Dan tanggal baptis itu harus peringati setiap tahun: itulah hari kita menjadi anak-anak Allah,” demikian jelas Paus Fransiskus alasan pentingnya mengingat dan merayakan hari-tanggal baptis kita setiap tahun.

Konsekuensi dari menjadi anak-anak Allah sangat besar. Paus Fransiskus mengatakan bahwa oleh karena kita semua yang telah dibaptis adalah anak-anak Allah, kita semua setara. Hal ini ditunjukkan Paus Fransiskus dengan mengutip Galatia 3:28: “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus”.

Baca juga :  Politik (Demokrasi) Timbal Balik: Untuk Negara dan Rakyat

***

Dalam keseharian kita, Paus Fransiskus menemukan bahwa kita masih membeda-bedakan. Situasi kehidupan orang Galatia masih berlangsung hingga zaman kita ini. Masih ada diskriminasi ras-etnis, orang lain kita jadikan hamba, dan pembedaan perlakuan terhadap perempuan masih sering terjadi. Semua bentuk pembedaan dan diskriminasi ini kita ciptakan, sehingga mereka yang lemah tersingkir dan eksistensi serta hak-haknya tidak diakui dalam kehidupan sosial bermasyarakat dan bernegara.

“Kita harus membaca apa yang dikatakan Rasul Paulus: kita setara dalam Kristus Yesus,” tegas Paus Fransiskus. Apapun keadaan sebelumnya, sejak seseorang dibaptis, dia mendapatkan martabat yang sama-setara dengan yang lain karena telah menjadi ciptaan baru dalam Kristus. Setiap perbedaan menjadi hal sekunder oleh karena keseteraan kita sebagai anak-anak Allah berkat rahmat baptisan.

Baca juga :  Ruang Batin dan Seni Bereksistensi

Identitas substansial sebagai orang Kristen ini sangat berharga untuk melenyapkan segala bentuk diskriminasi dan penindasan. Itulah sebabnya Paus Fransiskus mengawali dan menutup permenungannya pada Audiensi Umum pada hari Rabu, 8 Sepetember 2021 ini dengan ajakan untuk mengingat dan merayakan hari-tanggal baptis kita setiap tahun.

Hari baptis kita adalah hari kita diselamatkan. Juga hari baptis kita adalah hari kita menjadi ciptaan baru dalam Kristus sehingga menjadi setara dengan semua orang. Sejak saat itu, kita menjadi anak-anak Allah dan memanggil-Nya: Daddy, mengikuti panggilan saudara sulung kita Yesus. “Ketika tanggal itu tiba, rayakanlah. Terima kasih.” Demikan ajak Paus Fransiskus menutup permenungannya.

Teks selengkapnya dapat dibaca di sini:

https://www.vatican.va/content/francesco/en/events/event.dir.html/content/vaticanevents/en/2021/9/8/udienzagenerale.html