ClaretPath.com – “Saudara-saudari, dari Salib, “Takhta Allah” (the cathedra of God), Tuhan mengajarkan kita bahwa kemuliaan sejati, yang tidak pernah pudar dan membuat kita bahagia, terbentuk dari memberi dan mengampuni,” kata Paus Fransiskus dalam renungan Angelus-nya pada Hari Minggu, 17 Maret 2024.
Paus mengatakan demikian berlandaskan Injil Yohanes 12:20-33, yakin Bacaan Injil Hari Minggu Pekan V Masa Prapaskah tahun 2024. Ia menegaskan, hanya ada dua kata kunci agar kita sungguh mulia, yaitu memberi dan mengampuni.
“Memberi dan mengampuni,” kata Paus Fransiskus, “adalah esensi kemuliaan Allah.”
Menariknya, hal yang menjadi esensi kemuliaan Allah ini merupakan jalan hidup kita (the way of life). Jadi, jika kita ingin sungguh-sungguh mulia, dua tindakan tersebut menjadi tuntutan bagi kita.
Semua usaha kita, jika tanpa dua tindakan tersebut, hanya akan berujung pada kesia-siaan. Barangkali kita akan temukan situasi yang tampak membuat kita menikmati kemuliaan, tetapi kemuliaan tersebut hanya bertahan sebentar. Kita merasa seolah-olah mulia, tetapi cuma bertahan sebentar sehingga kita tidak pernah sungguh-sungguh bahagia.
Sekalipun kita berusaha terus-menerus untuk mengejar kemuliaan, tetapi jika tanpa tindakan memberi dan mengampuni, kita hanya akan hidup dalam situasi pura-pura bahagia. Kita menampakkan kepada orang lain di sekitar kita, seolah-olah kita bahagia, tetapi dalam hati kecil, kita sadar bahwa kita tidak sungguh bahagia.
Semoga di akhir masa prapaskah ini, kita semakin berusah untuk memberi dan mengampuni. Kedua tindakan tersebut akan menghantar kita pada kemuliaan kekal, bukan hanya bertahan sebentar, lalu pudar. Dengan demikian, kita akan sungguh bahagia, meski harus menjalani salib yang sungguh berat dalam hidup harian kita.
*Oleh Todi Manek, CMF
Pecinta Literasi