Hari Selasa Pekan III Prapaskah, 22 Maret 2022
Bacaan I: Dan. 3:25, 34-43
Bacaan Injil: Mat. 18:21-35
Pena Claret.com– Para sahabat pena Claret yang dikasihi Tuhan, acapkali terjadi permusuhan, percekcokan, dan pertikaian yang turut mewarnai keseharian hidup kita. Semua varian konfrontasi hidup ini sebenarnya adalah hal yang sangat manusiawi dan wajar. Namun, akan menimbulkan luka yang amat sangat dalam hati manakala kita mulai mencari kesempatan untuk membalas. Mengapa? Sebab sebagaimana luka itu sering kali membuat si penderita merasa tidak nyaman, demikian pun pengalaman dilukai. Akhirnya, dendam pun menjadi alternatif terbaik bagi kita.
Alih-alih ingin membalaskan luka pada orang yang telah melukai kita, kita malah kembali terluka olehnya. Ia bukan lagi menjadi senjata ampuh bagi kita untuk membalaskan luka, tapi justru menjadi bumerang. Karena itu, sekali lagi bahwa dendam bukanlah jalan terbaik untuk membalaskan luka. Dan, sebagai pengikut Kristus mestinya tidak ada jalan lain selain mengampuni orang-orang yang telah melukai kita. Sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh Kristus, Yesus saat tergantung di atas kayu salib. Bahkan Yesus pun tidak lupa mendoakan mereka katanya; “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat (Luk. 23:34.)”.
Tendensi kita untuk cepat-cepat membalaskan luka pada orang lain, adalah sebuah keprihatinan yang hendak ‘dikuburkan’ oleh Kristus dalam pewartaan-Nya pada hari ini. Mengampuni memang bukanlah suatu perkara mudah seperti saat kita mengedipkan mata. Mengampuni juga bukan soal melupakan pengalaman-pengalaman luka yang telah menggoresi hati kita namun sejauhmana kita mampu mengolah dan mengatasinya. Mengolah dan mengatasi luka hati itu serupa dengan saat kita mengobati luka akibat jatuh motor. Kita bisa menyembuhkan luka itu tapi tidak bisa mengeluarkannya dari daftar luka-luka kita. Ia tetap ada sebagai sebuah pengalaman luka yang hidup dan membekas.
Meski mengampuni orang lain itu sesuatu yang problematis seperti saat mengerjakan soal-soal pelik dalam pelajaran matematika, ia tetap mungkin dilakukan. Sulit tapi bukan berarti tidak mungkin. Bahkan bersama Petrus mungkin kita akan bertanya juga pada Tuhan, bagaimana rumusnya? Apakah kita harus mengampuni saudara yang berbuat dosa terhadap kita sebanyak tujuh kali? Tetapi, Tuhan akan menjawab kita demikian; “Bukan! Aku berkata kepadamu: bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali (Mt. 18:21-22)”. Hasilnya pun tentu bukan sebanyak 49 atau 490 kali saja kita harus mengampuni sesama yang telah melukai kita, sebab itu hanya sebuah kebenaran matematis belaka yang disepakati manusia. Berbeda dengan kebenaran matematis pengampunan Tuhan, yakni mengampuni tanpa batas.
Semoga rahmat Tuhan membantu kita hari ini dan hari-hari selanjutnya dalam mengejawantahkan matematika pengampunan Tuhan ini secara tepat dan benar di dalam keseharian dinamika hidup kita. Tuhan memberkati.
ClaretPath.Com adalah ruang pengembangan bakat menulis dan media kerasulan, terinspirasi dari Santo Antonius Maria Claret, Pelindung Pers Katolik.