Senin Pekan Biasa XXX
Bacaan Injil: Luk 13:10-17
Penaclaret.com – Sahabat Pena Claret yang terkasih, kita berjumpa lagi di lembaran Pena Claret, edisi 25 Oktober 2021. Mengawali renungan hari ini, kita diajak untuk menjawab beberapa pertanyaan berikut. Pernahkah Anda menglami sakit yang sulit disembuhkan? Berapa lama Anda bergelut dengan penyakit itu? Ketika obat-obatan atau tenaga medis tidak mampu menyembuhkan penyakit yang diderita, apa yang Anda lakukan? Apakah masih ada sosok yang membebaskan Anda dari penyakit tersebut?
Pertanyaan-pertanyaan di atas mengantar kita pada meja renungan hari ini. Menu yang disajikan bertolak dari Luk 13: 10-17, kisah Yesus menyembuhkan seorang perempuan yang sakit selama delapan belas tahun. Ia dirasuki oleh roh jahat. Uniknya, kisah penyembuhan itu dilakukan pada hari Sabat. Hari yang sangat sakral bagi orang Yahudi. Alhasil, Yesus mendapat teguran dari seorang kepala rumah ibadat. Lebih tepatnya, Yesus dilarang melakukan penyembuhan dalam bentuk apa pun pada hari Sabat.
Sahabat Pena Claret yang terkasih. Yesus menjawab seorang kepala rumah ibadat itu dengan logika sederhana. Orang Yahudi melepas dan memberi minum ternak pada hari Sabat, seharusnya seorang yang sakit pun pada hari Sabat dapat disembuhkan. Logika sederhana ini secara sigap menelanjangi pola pikir orang Yahudi saat itu. Mereka harusnya malu, karena mereka yang membuat aturan mereka sendiri juga yang melanggarnya.
Penyembuhan yang dilakukan Yesus bukan ingin melanggar hari Sabat. Yesus melihat ada manusia yang harus disembuhkan dan kebetulan hari itu adalah hari Sabat. Yesus mengutamakan kesembuhan dari pada aturan. Ada situasi kedaruratan yang harus segera ditanggapi. Ada yang harus segera diselamatkan. Yesus mengutamakan keselamatan dari pada sekadar taat aturan. Hal ini, bukan berarti Yesus aliran kiri atau ekstrimis Yahudi, tetapi menjadi penetralisir atas ekstrimis Sabat yang tak kunjung henti.
Wanita sakit yang dikisahkan dalam Injil hari ini, sudah delapan belas tahun hidup dalam kungkungan bungkuk. Tentu ia mempunyai kerinduan untuk sembuh. Alur waktu yang dibutuhkan oleh wanita itu sangat tidak menentu. Melihat durasi waktunya, wanita tadi sepertinya telah mengonsumsi berbagai macam obat atau terapi untuk memulihkan kesehatannya. Akan tetapi, semuanya tidak membuahkan hasil. Sampai pada akhirnya, ia menemukan momen syukur bertemu dengan Yesus sang penyembuh ulung. Ia memperoleh kesembuhan.
Sahabat Pena Claret yang terkasih. Kita, rekan-rekan kita, atau keluarga kita mungkin pernah menderita penyakit parah seperti wanita dalam bacaan injil hari ini. Penyakit yang tidak mudah disembuhkan dengan obat-obatan atau oleh tangan para medis. Berhadapan dengan situasi ini, sebagai pengikut Kristus, kita harus percaya akan rahmat yang mampu menghentikan rasa sakit. Kita mempercayai mukjizat. Bagi Tuhan tidak ada yang tidak mungkin. Tak jarang kenyataan itu terjadi, sebuah misteri kesembuhan. Misteri-misteri itu mengajak kita untuk tidak meremehkan kekuatan ilahi. Kekuatan yang tidak bisa sentuh oleh akal budi manusia dalam mengahadapi berbagai persoalan hidup. Semoga Tuhan memberkati kita semua.
Misionaris Claretian yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.