Yudas dan Maria Magdalena, Paskah dan Sikap Kita | Renungan Kita

Picture by Wordpress.com

Hari Senin Dalam Pekan Suci, 11 April 2022

Bacaan I         : Yes. 42:1-7

Bacaan Injil   :  Yoh. 12:1-11.  

Penaclaret.com – Sahabat Pena Claret yang terkasih dalam Yesus Kristus, hari Minggu Palma yang kita rayakan kemarin adalah tanda memasuki pekan suci kalah Yesus disambut dengan meriah di Yerusalem. Dalam masa pekan suci ini, kita secara khusus merenungkan peristiwa salib Yesus Kristus, yaitu sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Paskah tidak hanya sebatas perayaan tahunan dan sebagai peringatan akan sengsara Yesus, tetapi merupakan peristiwa sekaligus pengalaman iman yang hadir menembus ruang dan waktu. Maka dari itu, adalah suatu kebangaan dan anugerah bagi kita yang merayakan paskah di dunia ini sebelum merayakannya secara lebih agung bersama dengan Yesus Kristus sendiri dalam kerajaan surga kelak. Yang menjadi pertanyaanya adalah, sudahkah kita cukup siap untuk merayakannya bersama-sama dengan Yesus nanti? Jawabannya adalah cara hidup kita sendiri selama masih berada di dunia ini.

Baca juga :  Tidak Ada Yang Abadi | Renungan Harian

Remah-remah paskah sudah mulai terasa. Dalam bacaan Injil pada hari ini, sangat jelas bahwa pintu masuk paskah sudah mulai dibuka oleh Maria Magdalena yang mengurapi kaki Yesus. Dalam tradisi Yahudi, mengurapi seseorang berarti menguduskannya dalam suatu tugas mulia. Konon katanya, minyak narwastu adalah minyak yang sangat mahal. Minyak semahal itu digunakan hanya untuk mengurapi kaki Yesus adalah suatu hal yang sangat tidak masuk akal. Begitulah kira-kira yang ada dalam pikiran Yudas Iskariot. Ia merasa sangat rugi sebab dalam kepalanya hanya ada perhitungan ekonomis, untung dan rugi. Ia lupa jika semuanya itu tidak ada artinya daripada apa yang dilakukan oleh Magdalena.  

Baca juga :  Memupuk Iman Melalui Relasi Dengan Tuhan

Sahabat Pena Claret yang terkasih. Berbeda dengan Yudas, Maria Magdalena seolah-olah sudah tahu bahwa Yesus akan mati di kayu salib. Maka dari itu, ia merendahkan diri dengan memberikan yang terbaik bagi Sang Guru dan menyekanya dengan rambutnya. Bagi sebagian orang, rambut adalah mahkota yang indah. Magdalena telah mengunakan mahkotanya hanya untuk menyeka kaki Yesus, tanda kerendahan dirinya di hadapan Tuhan. Sungguh suatu tindakan yang sangat mulia. Lantas, apa yang menjadi pesan untuk kita pada hari ini. Sudahkah kita merendahkan diri di hadapan Tuhan seperti Magdalena dalam menyambut paskah Tuhan? Atau justru kita seperti Yudas yang terlalu memikirkan hal-hal duniawi seperti baju yang cocok untuk misa paskah, makanan enak setelah misa dan sebagainya. 

Baca juga :  Memaknai Perjumpaan

Maria Magdalena dan Yudas Iskariot menawarkan dua hal yang berbeda kepada kita. Surgawi dan duniawi mewakili sikap mereka ketika bersama-sama dengan Yesus. Mau seperti siapakah kita dalam menyongsong Paskah Tuhan? Renungkan dan hidupkanlah. Tuhan memberkati.