Senin Pekan Biasa XXVIII
Bacaan Luk. 11:29-30.
Penaclaret.com – Sahabat Pena Claret yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus. Hidup kita selalu berdampingan dengan berbagai tanda. Sebagai contoh, jika terjadi mendung, maka tandanya akan turun hujan. Ketika seseorang sedang jatuh cinta, akan ada banyak tanda yang ikut menghiasi perasaannya, denyut jantung terasa lebih kencang, senyum sendiri, salah tingkah, menjalani kegiatan apa pun dengan penuh semangat. Tanda-tanda ini alamiah dan dapat dengan mudah diketahui. Namun, bagaimana dengan tanda yang diminta oleh orang Farisi kepada Yesus?
Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus tampak kesal dengan permintaan orang Farisi yang memaksa Yesus membuktikan sesuatu melalui tanda. Alasan orang Farisi meminta tanda adalah rasa tidak percaya terhadap Yesus serta mukjizat-mukjizat-Nya. Orang Farisi tidak serta merta percaya dengan karya-karya Yesus yang mereka lihat. Mereka terus menuntut tanda agar membuktikan siapa Yesus dan dari mana asal kuasa-Nya. Sikap mereka membuat Yesus geram dan tidak segan-segan menghardik mereka. Dengan keras Yesus mengatakan bahwa angkatan mereka adalah angkatan yang jahat. Kepada mereka tidak akan diberikan tanda kecuali tanda nabi Yunus. Lalu, apa maksud Yesus dengan tanda nabi Yunus?
Sahabat pena Claret yang terkasih. Yesus adalah pemenuhan wahyu Allah untuk keselamatan dunia. Dengan demikian, sangat jelas bahwa peristiwa perutusan Yesus menyangkut keselamtan semua umat manusia tanpa kecuali. Nabi Yunus dipilih Allah menyerukan pertobatan bagi orang-orang Niniwe. Yesus jelas lebih daripada nabi Yunus, sebab Yunus berada tiga hari di dalam perut ikan, sedangkan Yesus berada tiga hari di dalam perut bumi lalu bangkit. Inilah yang disebut dengan aspek diskontiunitas dalam karya keselamtan.
Melalui bacaan Injil hari ini, kita diajak untuk cerdas dalam menyikapi tanda-tanda kehadiran Tuhan. Kita tidak akan mungkin melihat Tuhan secara langsung datang menjamah kita. Namun, kita dapat merasakan kehadiran-Nya melalui alam atau orang-orang sekitar kita. Kita tidak perlu bersikap seperti orang Farisi yang serakah dan selalu menuntut tanda, sedangkan mereka sebenarnya sedang berada bersama-sama dengan sang tanda itu sendiri, yaitu Yesus Kristus. Semoga Tuhan senantiasa membantu kita.
Tom Aquinas, pencinta kopi dan penikmat filsafat Stoa. Sedang belajar di Fakultas Filsafat, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta