Sok Suci

ClaretPath.com– Sok Suci

Luk 5: 27-32

Sahabat ClaretPath yang terkasih dalam Kristus, kita sekarang berada di masa prapaskah. Kita diajak untuk mengarungi dinamika puasa yang cukup lama. Empat puluh hari. Kelihatannya cukup susah. Apa lagi, kalau kita masih berada di level amatiran. Kesempurnaan dalam melaksanakan puasa cukup sulit. Akan tetapi, tenang saja. Kita baru masuk di hari ketiga. Masih ada tiga puluh tujuh hari lagi. Mari kita manfaatkan waktu ini dengan baik.

             Lantas apa yang ingin kita capai selama masa puasa ini? Mengikuti anjuran Gereja universal, puasa mengantar kita pada hidup suci. Muncul pertanyaan lagi. Apakah benar hanya dengan puasa kita bisa hidup suci? Tentu tidak. Itu hanya salah satu saja. Intinya selama puasa perlu menjalankannya secara ikhlas, sungguh-sungguh, dan dimotivasi oleh hal-hal baik, kesucian itu muncul dengan sendirinya. Seperti yang digambarkan oleh bacaan Injil hari ini.

Baca juga :  Iman Yang Bermuara Pada Pengharapan

            Kita melihat bahwa Yesus makan bersama pemungut cukai. Di rumah Lewi. Kemudian orang Farisi mengetahui hal itu. Mereka kemudian menanyakan tindakan Yesus. Bagaimana bisa orang sesuci Yesus makan bersama orang berdosa? Tidak masuk akal bagi mereka. Yesus seharusnya bergaul dengan masyarakat yang tidak tergolong berdosa, termasuk mereka.

            Tampaknya orang-orang Farisi ini menganggap diri sebagai orang paling suci. Lebih tepatnya orang yang “sok suci” di lingkup masyarakat Yahudi saat itu. Mereka memisahkan diri secara defenitif dengan orang-orang yang menyimpang dari Taurat. Mereka tidak melihat bahwa diri sendiri sedang berada di dalam penyimpangan itu.

Baca juga :  Konektivitas Tanda Yunus dan Yesus

            Beruntung, Yesus langsung mematahkan semangat orang farisi untuk men-juge orang lain sebagai orang yang menyimpang dan berdosa. Yesus datang bukan untuk orang benar tetapi untuk orang berdosa, agar mereka segera bertobat (Luk. 5: 32). Yesus bertindak sangat benar. Ia sedang bermain logika bahwa untuk mengembalikan orang berdosa ke jalan yang benar (bertobat) haruslah terlebih dahulu didekati, bukan malah dijauhi. Dengan begitu, mereka bisa tersentuh, dan berani bertobat. Lihat saja apa yang terjadi pada Si Lewi dalam bacaan ini. Ia mengikuti Yesus walaupun orang-orang menilai mereka berdosa dan suka memeras rakyat.  

Baca juga :  Haruskah Kita Percaya dalam Mewartakan Injil?

            Maka dari itu, saudara-saudara terkasih, kita diajak untuk memakai logika Yesus tadi. Kita diajak untuk tidak menjadi orang yang “sok suci,” tetapi  menjadi orang yang suci yang tidak ingin diketahui sebagai orang suci. Itu artinya, kita tidak menjadi orang yang suka memamerkan kesucian diri dan mencurigai kesucian orang lain. Semoga Tuhan memberkati.