Haruskah Kita Percaya dalam Mewartakan Injil?

Siapa Yesus?
sumber: katedralpangkalpinang.com

Rabu, 25 Januari 2023, Pekan Biasa III

Bacaan I         : Kis. 22:3-16 atau Kis. 9:1-22

Bacaan Injil   : Mrk. 2:15-18

ClaretPath.com – Haruskah Kita Percaya dalam Mewartakan Injil?

Pada hari ini kita diajak untuk memiliki kepercayaan yang total kepada Tuhan. Bukan sebagai kepercayaan yang kita terima saja dari orangtua, melainkan kepercayaan kepada Tuhan yang lahir dari sikap ketakjuban manusia akan kuasa-Nya, yakni muncul dari hati. Percaya kepada eksistensi Tuhan yang tidak kelihatan memang sangat masuk akal karena banyak kenyataan alam luar maupun alam batin manusia dapat dimengerti dengan jauh lebih baik apabila kita menerima adanya Tuhan. Selain itu, ada juga beberapa kenyataan alam luar dan alam batin yang sangat sulit untuk dijelaskan tanpa adanya eksistensi manusia, yakni relasi antara manusia dengan Tuhan.

Baca juga :  Paskah dan Memahami Sesama | Renungan Harian

Yesus dalam bacaan injil hari ini menekankan bahwa dengan sikap percaya, manusia mampu mengalahkan kejahatan. Kepercayaan atas kuasa Yesus menjadi kunci pembuka pintu iman untuk mampu mengerti maksud dan tindakan Allah. Soal kepercayaan kepada Allah bukanlah suatu hal yang berkaitan dengan rasio manusia saja, melainkan melibatkan seluruh eksistensi manusia (kehendak, emosi, daya pertimbangan, dsb). Yesus pada hari ini, ingin melihat seberapa besar rasa kepercayaan kita kepada Dia. Apakah kepercayaan kita lebih banyak menggunakan rasio atau hati kita sendiri?

Kepercayaan harus berdasarkan pada dorongan hati. Hati tidak menuntut adanya pembuktian, hal yang biasa dituntut oleh rasio, melainkan kepercayaan. Layaknya dalam doa kita selalu memohon kepada Tuhan agar Ia senantiasa tinggal dalam hati kita. Kita sebagai pengikut Kristus, tujuan utamanya bukan pertama-tama mewartakan kerajaaan Allah, melainkan yang paling pertama adalah tinggal di dalam Dia dan mewartakan-Nya.

Baca juga :  Menjadi Seperti Malaikat

Sikap percaya yang utuh atas penyelenggaraan ilahi menjadi kekuatan yang tak terbatas. Walaupun manusia pada dasarnya adalah makhluk otonom, manusia pada saat yang sama makhluk teonom yang hidupnya bergantung pada Tuhan. Dalam mewartakan injil, Yesus mengalami begitu banyak penderitaan. Namun, Ia masih dapat melihat sesuatu keuntungan, bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk perkembangan pewartaan kerajaan Allah itu sendiri agar Allah semakin dikenal oleh semua bangsa. Pewartaan Injil lebih dimaksudkan kepada proklamasi penghakiman yang akan datang dan kabar baik keselamatan melalui kematian dan kebangkitan Kristus.

Dengan mewartakan Injil sambil percaya bahwa Yesus yang adalah Anak Allah telah bangkit dan telah menebus dosa manusia akan membawa semua orang pada keselamatan kekal. Seperti yang dikatakan Rasul Yohanes; “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa yang tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya” (Yoh. 3:36).  Pewartaan Injil bahwa Mesias telah datang bagi seluruh dunia, telah nyata. Melalui anak-Nya Allah menyatakan isi hati-Nya. Ia menjangkau manusia yang hilang dengan cara memberikan satu-satunya korban yang akan memulihkan hubungan yang telah rusak antara manusia dan Allah.   

Baca juga :  Jadilah Seturut Kehendak-Mu

#Haruskah Kita Percaya dalam Mewartakan Injil?

#Haruskah Kita Percaya dalam Mewartakan Injil?