Saya (Tidak) Ingin Mati

Picture by swarnanews.co.id

Hari Selasa Pekan Biasa XXIXSaya (Tidak) Ingin Mati

  • Bacaan I : Rm. 5:12, 15b, 17-19, 20b-21
  • Bacaan Injil: Luk. 12:35-38

ClaretPath.com – Kehidupan manusia sering kali dikaitkan dengan sebuah peziarahan. Tentunya banyak asumsi yang bisa dikaitkan soal tujuan peziarahan itu, seperti berarah menuju kebahagiaan dan kebenaran yang sejati. Tetapi, dari asumsi-asumsi ini atau asumsi-asumsi lain yang mungkin terbersit dalam benak kita, tujuan peziarahan yang paling dekat dengan pikiran kita adalah kematian. Siapa yang tidak akan mati? Pengalaman akan kematian tentu saja menjadi sebuah pengalaman misteri. Tidak ada yang tahu kapan dan bagaimana seseorang akan mati. Bahkan, hanya segelintir orang saja yang memiliki kesempatan untuk say good bye sebelum ajalnya tiba. Selebihnya, salam perpisahan itu hanya sebatas ungkapan yang tertahan dalam diri.

Baca juga :  Dipanggil untuk Melayani

Bagaimana menolak kematian? Mustahil. Kematian itu bukan sebuah pilihan dan tidak ada yang bisa menolaknya. Yang bisa dilakukan adalah bagaimana seharusnya kita berperilaku sembari menanti kematian itu tiba. Yesus berkata: “hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala. Hendaklah kalian seperti orang yang menanti-nantikan tuannya pulang dari pesta nikah, supaya jika tuannya datang dan mengetuk pintu, segera dapat dibukakan pintu. Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya sedang berjaga ketika ia datang”. Ungkapan ini mengandung makna yang begitu sederhana, bahwa kita harus dalam keadaan berjaga seperti seorang yang menanti tuannya pulang dari pesta nikah.

Terkadang, dalam pengalaman penantian itu, banyak hal yang bisa kita lakukan. Sebagai manusia biasa yang rapuh, hal-hal biasa yang kita lakukan tampak begitu dekat dengan dosa. Banyak kesempatan kita berbuat dosa. Tetapi apakah kita menyadarinya? Rasa nyaman dengan keberdosaan itu cenderung membuat kita enggan untuk beranjak. Lalu, bagaimana keselamatan itu sampai kepada kita jika kita hanya mampu berbuat salah dan dosa?

Baca juga :  Menjadi Saksi Kristus

Kepada jemaat di Roma, Paulus berkata; “jika karena pelanggaran satu orang semua orang jatuh ke dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia dan anugerah Allah, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang lantaran satu orang, yaitu Yesus Kristus. Ini adalah tanda nyata bagaimana Allah, melalui Putra-Nya Yesus Kristus menjadi penebus atas dosa-dosa manusia. Betapa baiknya Allah. Semua keberdosaan dan ketidaktaatan manusia ditebus melalui pengorbanan satu orang saja, yaitu Yesus Kristus.

Baca juga :  Malaikat, Mengajak Memuji Tuhan

Banyak sekali kebaikan dan perbuatan Allah untuk kita, orang beriman. Kebaikan Allah mencapai klimaksnya pada kedatangan pertama sang Putera Mahkota. Ini menunjukkan bahwa Allah menggenapi janji keselamatan yang dinantikan manusia. Penggenapan janji Allah bukanlah sebuah kisah berepisode karena penggenapan janji tersebut memasukkan kita pada penantian terbesar yaitu kedatangan-Nya yang kedua kali. Oleh karena itu, sahabat penaclaret yang terkasih, belajarlah hidup dalam penantian akan kedatangan Tuhan dengan mengutamakan kasih, kesucian, ketaatan dan kebenaran. Tidak ada yang tahu, kapan Tuhan akan datang dan yang bisa kita lakukan hanyalah terus berbuat baik dan selalu berjaga.