Rabu Pekan II Prapaskah, 16 Maret 2022
Bacaan Pertama: Yer 18:18-20
Mazmur: 31:5-6.14.15-16
Bacaan Injil: Matius 20:17-28
Penaclaret.com – Dalam suatu peristiwa pemilihan umum kepala daerah, ada seorang calon kepala daerah yang terpilih pada periode berikutnya untuk menjadi kepala daerah. Seorang wartawan datang menghampirinya dan bertanya gambaran pemimpin seperti apakah yang akan dibangun oleh kepala daerah itu dan apa yang akan dilakukannya pada waktu ia menjabat nanti. Dengan sederhana kepala daerah itu menjawab bahwa gambaran pemimpin ideal yang hendak dihidupinya adalah pemimpin untuk rakyat dan prinsip utama dalam tindakan kepemimpinannya adalah melayani. Hal ini ternyata tidak hanya menjadi janji dan gagasan cemerlang yang terlontar demi pencitraan. Kepala daerah itu sungguh-sungguh membuktikan dalam pekerjaannya bahwa ia adalah seorang pemimpin untuk rakyat yang berjiwa melayani.
Injil hari ini yang diambil dari Mat. 20:17-28 berbicara tentang panggilan untuk melayani. Diceritakan bahwa Ibu dari Yohanes dan Yakobus datang menghampiri Yesus dan memohon agar Yesus memberi perintah supaya kedua anaknya ini kelak boleh duduk di dalam Kerajaan-Nya, yakni yang seorang di sebelah kanan dan yang seorang lagi di sebelah kiri. Permintaan ini dilihat dalam konteks bahwa Ia menganggap Yesus sebagai Kristus atau Mesias. Pada waktu itu, bangsa Israel sedang menantikan kedatangan Mesias yang akan membebaskan mereka dari penjajahan dan pemerintahan asing. Maka dapat dipahami bahwa gambaran tentang Mesias terarah pada gambaran pemimpin politis yang berkuasa atas kerajaan duniawi. Yesus adalah Pemimpin yang akan memerintah kerajaan dunia. Gambaran Yesus yang demikian ternyata bukanlah sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Yesus sendiri. Ia adalah Mesias yang diutus oleh Allah bukan untuk mengupayakan kemuliaan duniawi. Ia datang untuk mengalami penderitaan, diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, akan dijatuhi hukuman mati tetapi bangkit mulia pada hari ketiga. Panggilan yang diterima Yesus dari Bapa bukanlah untuk mengemban kekuasaan politis melainkan untuk melayani dunia dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.
Panggilan Yesus ini menjadi dasar bagi umat beriman untuk menjalankan tugas perutusannya sebagai seorang pelayan. Kita dipanggil untuk saling melayani satu dengan yang lainnya. Pelayanan ini hendaknya digerakkan oleh motivasi yang murni sebagai tugas yang kita terima dari Tuhan sendiri. Pelayanan yang sejati tidak didorong oleh motivasi mencari keuntungan dan nama baik pribadi. Dalam cerita tentang seorang kepala daerah di atas, kita dapat menemukan suatu gambaran konkret bagaimana seseorang menghidupi panggilannya sebagai pemimpin dengan mengedepankan karya pelayanan atau mendedikasikan dirinya untuk rakyat. Yesus sendiri menegaskan bahwa barangsiapa ingin menjadi besar hendaklah ia menjadi pelayan. Dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka hendaklah ia menjadi hamba. Hal ini dipertentangkan dengan kenyataan pemerintah bangsa-bangsa yang memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Menjadi pelayan berarti memberi diri sepenuhnya bagi orang lain, bukan untuk kepentingan dan keuntungan pribadi kita melainakan karena kesadaran akan panggilan yang dianugerahkan oleh Allah sendiri.
Dalam tugas pelayanan yang kita jalani, mungkin tidak semuanya akan berjalan dengan baik. Kita menemukan masalah, kesulitan dan penderitaan yang terkadang dapat melemahkan semangat. Terhadap kenyataan ini, kita mesti meneladan pada diri Yesus sendiri yang dalam menjalani tugas pelayanan-Nya mengalami penderitaan: ditolak oleh bangsa-Nya, disiksa dan bahkan disalibkan. Sikap Yesus adalah gambaran sempurna bagaimana kita semestinya tetap teguh dan kokoh pada panggilan pelayanan kita meskipun terkadang mengalami penderitaan. Masalah, kesulitan dan penderitaan akan mampu kita atasi jika kita tetap berpaut dan menyerahkan diri kepada Tuhan sebagaimana yang digambarkan dalam bacaan pertama dan mazmur tanggapan. Nabi Yeremia menyerahkan kesulitannya pada Tuhan dengan berkata “Perhatikanlah aku, ya Tuhan, dan dengarkanlah suara pengaduanku!”. Maka dalam kesulitan dan derita, kita pun dapat memasrahkan diri kepada Tuhan dan berseru bersama dengan pemazmur “kepada-Mu ya Tuhan, aku percaya, aku berkata, “Engkaulah Allahku!” Masa hidupku ada dalam tangan-Mu”.
ClaretPath.Com adalah ruang pengembangan bakat menulis dan media kerasulan, terinspirasi dari Santo Antonius Maria Claret, Pelindung Pers Katolik.