ClaretPath.com – Perempuan
Saya membuka goresan ini dengan mengutip salah satu kalimat dalam ensiklik Laudato Si’ karya agung Sri Paus Fransiskus yang terbit tahun 2015. Karya Paus Fransiskus ini sebagai wujud kepeduliannya akan Ibu Bumi, Ibu Pertiwi yang jelita, tempat tinggal segala makhluk hidup dari ancaman pemanasan global.
Dalam kutipan di atas yang menjadi titik fokus tulisan ini adalah Saudari kami, Ibu Pertiwi. Kata Ibu Pertiwi membawa pikiran saya kepada satu lagu nasional berjudul “Ibu Pertiwi” karya Ismail Marzuki dengan mengambil nada lagu gereja What A Friend We Have In Jesus karya Joseph Scriven. Ibu pertiwi di dalam lagu itu tidak lain dan tidak bukan merujuk pada Tanah Air Indonesia yang membentang dari Sabang-Sampai Merauke.
Kata Pertiwi merupakan serapan bahasa Sansekerta: prthvῑ/prthivῑ yang berarti Dewi Bumi.Nama lain dari prthvῑ/prthivῑ adalah Bhumi Devi atau Bhuvi. Dengan merujuk pada akar kata ini, maka kata Ibu Pertiwi diasosiasikan kepada Tanah Air Indonesia menurut lagu yang dikarang Ismail Marzuki dan Tanah Air Dunia tempat semua makhluk berpijak menurut Paus Fransiskus dalam Laudato Si’ artikel 1.
Ibu Pertiwi sering dilawankan dengan Dyaus Pita atau Bapa Langit/angkasa. Namun, pemakaian ibu pertiwi lebih populer karena ia dekat dengan kehidupan nyata manusia “yang menopang dan mengasuh kami, dan menumbuhkan berbagai buah-buahan, beserta bunga warna-warni dan rerumputan”. Mengingat keindahan ciptaan ini berasal dari rahim Ibu Pertiwi, Paus Fransiskus menaruh hormat bagi bumi ibu kita bersama.
Saudara-saudara yang terkasih, hari ini kita merayakan Hari Perempuan Internasional yang ke110 berdasarkan tahun perayaannya, yang dimulai pada tanggal 8 Maret 1911. Tema yang diusung adalah “Gender equality today for a suistanable tomorrow” atau Kesetaraan jender hari ini, demi keberlanjutan (di) hari esok. Tema ini menyadarkan kita akan peran penting kaum perempuan dalam seluruh peradaban hidup manusia sepanjang sejarah.
Perempuan adalah kelompok paling besar yang terkena dampak dari setiap kebijakan politik, ekonomi dan sosial budaya. Selain itu, kaum perempuan adalah kelompok yang rentan terhadap isu perubahan iklim daripada laki-laki. Persaingan politik sebagaimana yang kita saksikan hari-hari ini di Eropa Timur dalam konflik bersenjata Rusia dan Ukraina sejak 24 Februari 2022 lalu, membuat kaum perempuan menjadi kelompok yang terbebani karena mereka harus mengurus banyak jiwa.
Situasi perang menjadikan perempuan kelompok yang lemah karena tidak dapat bergerak bebas ketika hendak meninggalkan tanah airnya, sebab, mereka harus melindungi anak-anak mereka baik yang sedang dikandung maupun yang sedang menyusui. Karena alasan inilah, maka hukum perang melarang pembunuhan terhadap perempuan di medan tempur.
Manusia dihidupi oleh dua perempuan. Perempuan yang pertama adalah dia mengandungnya selama 9 bulan adalah ibu kita dan perempuan yang kedua yang akan mengandungnya lagi manusia ketika hayat di kandung badan selesai berziarah adalah Ibu Pertiwi yang jelita. Mereka berdua berjalan dan menemani seluruh peradaban hidup manusia.
Ibu kita adalah perempuan yang menyusui kita saat kita bayi dan ibu pertiwi adalah perempuan yang akan menyusui kita seumur hidup dengan menopang dan mengasuh kami, dan menumbuhkan berbagai buah-buahan bagi hidup fisikal kita. Pada titik ini perempuan menjadi ikon kehidupan sebab ia melahirkan kita ke dalam ibu bumi yang menyusui kita dengan kekayaan alam yang melimpah.
Hari ini, kita merayakan 110 tahun Hari Perempuan Sedunia, dengan tema kesetaraan jender tidak hanya dengan perempuan yang adalah ibu dan saudari kita tetapi juga dengan ibu pertiwi yang jelita yang telah melahirkan pohon-pohon yang menghasilkan oksigen yang segar bagi kelangsungan hidup manusia dan segala ciptaan lain.
Selamat Hari Perempuan Sedunia ““Gender equality today for a sustainable tomorrow” atau Kesetaraan jender hari ini, demi keberlanjutan (di) hari esok.
ClaretPath.Com adalah ruang pengembangan bakat menulis dan media kerasulan, terinspirasi dari Santo Antonius Maria Claret, Pelindung Pers Katolik.