Opini  

Peningkatan Limbah Industri Fashion

By Anjelia Dewinta Boe dan Rebeka Palma

Peningkatan Limbah Industri Fashion
Picture from Thenewdaily.com.au

ClaretPath.com – Peningkatan Limbah Industri Fashion

Oleh: Anjelia Dewinta Boe dan Rebeka Palma(Mahasiswi Pendidikan IPA universitas Sarjanawiyata Tamansiswa)

Industri fashion menjadi salah satu industri yang menyumbang limbah terbanyak di lingkungan. Mulai dari proses produksi, hingga sampai ke tangan konsumen. Limbah industri fashion menjadi salah satu penyebab pencemaran lingkungan yang sering ditemukan. Entah itu udara, air, juga pemukiman masyarakat. Hal ini telah menjadi keluhan umum masyarakat.  Sehingga masalah ini menjadi  perhatian penting bagi pemangku kepentingan termasuk para produser.

  Berdasarkan hasil survey oleh UN Conference of Trade and Development (UNCTD) 2019 mengungkapkan 10% emisi karbon bersumber dari Industri fashion. Pada mulanya, fashion diidentifikasikan dengan sesuatu yang bernilai ekonomi tinggi dan kemewahan yang melekat dengan status dan kelas sosial. Terbukti dengan munculnya konsep haute couture pada abad ke-19. Industri fast fashion merupakan istilah yang merujuk pada agenda bisnis untuk dapat memasarkan produk-produk bisnis yang dalam hal ini ialah fashion secara cepat dan efektif (Sull & Turconi, 2008).  Fast fashion  didefinisikan sebagai tren penggunaan pakaian dalam waktu singkat. Tidak hanya itu, produk dari industri fashion tren cepat diproduksi dalam jumlah yang besar dalam waktu relatif singkat. Untuk menekan biaya produksi, industri fashion menggunakan bahan berkualitas rendah yang berpotensi pada pencemaran lingkungan yang besar.

Baca juga :  Antara Aquinas dan Agustinus: Wahyu dalam Pemenuhan

  Di Indonesia sendiri, hasil industri fast fashion menjadi “demam” di kalangan masyarakat umum. Bukan tidak mungkin hal ini dikarenakan industri fast fashion menawarkan brand terbaru mereka yang dapat menggiurkan para konsumen. Namun, masalah limbah akibat industri  fast fashion pun tak terhindarkan; khususnya dampaknya bagi lingkungan umum. Misalnya saja generasi milenial, terutama yang tinggal di kota metropolitan seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Jogjakarta sangat rentan untuk mengikuti tren mode terbaru, sehingga sangat penting untuk memahami bagaimana mereka membuang pakaian bekas mereka. Konsumsi yang meningkat ini telah menghasilkan jutaan ton limbah tekstil di tempat pembuangan akhir dan tempat yang tidak diatur (Jurnal Dimensi DKV Seni Rupa dan Desain is licensed under a CC-BY-NC or Creative Commons Attribution Non-Commercial).

Bentuk Limbah Fashion

Bentuk Limbah Cair

Baca juga :  Neoliberalisme, Krisis Multidimensi, dan Signifikansi Transformasi Paradigma Pembangunan

Source: Ecowatch.com

Bentuk limbah fashion bukan hanya berbentuk barang-barang jadi atau sisa produksi, melainkan juga cairan. Cairan ini bersumber dari proses pewarnaan fashion. Pada prosesnya banyak industri fashion yang membuang cairan tersebut ke sungai tanpa melakukan proses-proses yang aman sebelum dibuang.

Bentuk Limbah Padat

Bentuk limbah dalam industri fashion bersumber dari sisa kain produksi di Industri, baik itu skala kecil maupun skala besar. Serta pakaian tak terpakai yang dibuang; termasuk di dalamnya pakaian fast fashion yang digunakan oleh masyarakat. Karena pakaian tersebut mudah rusak setelah pemakaian dalam waktu singkat. Banyak masyarakat yang membuang begitu saja limbah dari pakaian tersebut. 

Kandungan polyester dan nilon membutuhkan waktu 20-200 tahun untuk diurai oleh alam.

Baca juga :  Kembali Dari Luka

Source: Thenewdaily.com.au

Beberapa pakaian yang tidak terjual banyak yang dibakar oleh pemilik produk. Bahwa pada 2017 salah satu Brand Fashion ternama asal Swedia H&M terungkap membakar 12 ton pakaian yang tidak terjual sejak 2013. Tentu kelebihan produksi tersebut membuat kerusakan pada lingkungan. 

Lalu, bagaimana solusi bagi Industri fashion untuk mengatasi hal ini?

Industri harus sadar akan hal ini. Setiap produksi yang dilakukan dapat menghasilkan limbah yang merusak lingkungan, baik itu berbentuk cair juga padat. Belum lagi jumlah air yang diperlukan dalam memproduksi pakaian. Dengan memproduksi pakaian berkualitas, industri dapat mengurangi limbah fashion yang berlebihan. Selain itu, pastikan produk yang dihasilkan dapat digunakan dalam jangka panjang. Industri dapat analisis prediksi tren sesuai dengan kebutuhan konsumen dan mencegah limbah berlebihan selama proses produksi.

Sumber Rujukan: News  25/10/ 2023, https://lab.id/limbah-industri-fashion