ClaretPath.Com-Pantang: Keterlemparan Menuju Allah
Hari Jumat Sesudah Rabu Abu, 04 Maret 2022
Bacaan I : Yes. 58:1-9a
Bacaan Injil : Mat. 9:14-15
Peringatan fakultatif St. Kasimirus
Para pencinta ClaretPath yang terkasih, kita hidup dalam dunia yang serba terlempar. Apa saja yang kita lakukan selalu terlempar masuk ke dalam beranda Tik-tok, YouTube, Facebook, atau pun status WhatsApp kita. Hanya sesuatu yang sudah terlempar masuk ke dalam kehidupan online kita, itulah yang eksis dan laku. Mestinya segala jenis keterlemparan ini melemparkan kita pada sesuatu yang lebih baik daripada sebelumnya. Bukan sebaliknya.
Hidup sebagai suatu keterlemparan ini tampak berkonotasi negatif. Tapi begitulah hidup. Kita tidak bisa hanya ada untuk hari kemarin, kecuali jika itu adalah kehendak Allah. Atau kita tidak bisa bekerja secara offline terus di masa sekarang. Tapi, terkadang kita harus terlempar keluar dari hari kemarin menuju hari ini dan dari dunia nyata menuju dunia maya.
Sebelum masa ini, yakni masa prapaskah, kita tidak berpantang. Tapi sekarang kita berpantang. Tentu ini pun suatu keterlemparan yang sedang kita alami. Keterlemparan ke dalam masa puasa ini bukanlah suatu keterlemparan yang nantinya akan menjadikan kita viral dan memiliki banyak followers. Tapi justru melemparkan kita ke padang gurun diri kita sendiri untuk boleh berjumpa dengan Allah dan tidak seperti yang terjadi pada akun sosial media kita.
Pantang: Sebuah Keterlemparan
Pantang juga adalah suatu bentuk keterlemparan. Tetapi bukan sekadar soal makan dan minum saja. Melainkan suatu keterlemparan menuju Allah. Puasa yang hanya terbatas pada soal makan dan minum akan melahirkan ketaksaan (kekaburan), seperti yang terjadi dalam kedua bacaan suci pada hari ini. “Mengapa kami berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?” Puasa seperti ini tidak akan melemparkan kita ke hadapan Allah. Tapi justru akan melemparkan kita ke dalam dunia kemunafikan.
Sebenarnya dunia Maya itu berguna sebab sangat kaya akan informasi dan alternatif lainnya. Namun, bila kita tidak cukup kuat dan bijak dalam memfilter setiap informasi yang kita terima, ia akan mencabut dan melemparkan kita ke dalam dunia ketaksaan itu sendiri. Karena itu, dunia ketaksaan ini pun problematis. Akan tetapi, anehnya adalah bahwa terkadang dunia ketaksaan itu tampak begitu indah seperti bintang-bintang yang bergantungan di langit saat mendandani kegelapan malam. Seragam atau serentak tidak makan atau minum pada hari ini itu memang kompak, namun beragam atau yang lain tidak berpuasa pada hari ini itu lebih indah. Beragam itu lebih berwarna sedangkan seragam itu monoton, kering dan mati.
Puasa bukan pula soal seberapa seringnya kita melemparkan potongan-potongan hidup tentang keberhasilan kita dalam mengekang diri untuk tidak makan ini dan minum itu pada hari ini ke dalam akun media sosial kita. Tapi lebih pada soal kemurnian hati. Karenanya, media sosial bukanlah tempat yang tepat bagi kita untuk berpuasa. Tetapi, melemparkan diri kembali ke dalam kehidupan nyata adalah satu keterlemparan yang bijak dan tepat. Karena itu, hendaknya dalam menjalani masa puasa hari ini dan hari-hari selanjutnya kita selalu bercokol pada Allah bukan pada makan dan minum saja, dunia online atau dunia ketaksaan itu sendiri. Akhirnya, selamat pagi, selamat beraktivitas dan sukses untuk puasanya hari ini. Tuhan memberkati kita.
ClaretPath.Com adalah ruang pengembangan bakat menulis dan media kerasulan, terinspirasi dari Santo Antonius Maria Claret, Pelindung Pers Katolik.