Mitos Anggur

Mitos Anggur
Picture By Wordpress.com

ClaretPath.com – Mitos Anggur

Hari Minggu Biasa Pekan II

Bacaan I: Yes. 62:1-5

Bacaan II: 1 kOR. 12: 4-11

Bacaan Injil: Yoh. 2: 1

PKisah Mukjizat di Kana dalam Injil Yohanes (2:1-11) berbeda dari semua mukjizat lain dalam Injil: penyembuhan, pengusiran setan, kebangkitan dari kematian, dll. Kapan, di mana, atau bagaimana kisah mukjizat anggur ini berasal? 

Sahabat Pena Claret! Para ahli Alkitab menggaruk-garuk kepala atas pertanyaan ini selama berabad-abad. Beberapa dari mereka berpikir cerita itu terkandung dalam hipotesis “sumber tanda”. Tapi jawaban ini ibarat menendang kaleng di jalan, tidak menjawab pertanyaan dari mana asal cerita itu. Dalam beberapa dekade terakhir, justru informasi dari studi arkeologi menghasilkan jawaban lain, yaitu bahwa cerita itu berkembang, setidaknya sebagian, di bawah pengaruh kultus dewa Dionysus. 

Jadi ada sebuah Novel Romawi dalam bahasa Yunani karya Achilles Tatius, Leucippe dan Clitophon. Dalam novel tersebut, Tatius menceritakan sebuah mitos tentang seorang gembala dari sekitar Tirus, di pantai Mediterania hanya sekitar 40 mil dari Nazaret. Konon, Dionysus yang mengunjungi gembala itu dan ditawari untuk makan di rumahnya. Namun karena sangat miskin, untuk minuman dia hanya bisa menawarkan apa yang sapi minum (air). Dionysus kemudian mengangkat cangkirnya, dan tiba-tiba cangkir itu penuh dengan anggur. Menurut Tatius, mitos ini adalah bagaimana anggur datang ke umat manusia. 

Baca juga :  Kasih Terhadap Sesama

Para sahabat pena Claret! Mitos Dionysus mengubah air menjadi anggur beredar di dekat Galilea, dan mungkin di dalam Galilea. Kehadiran pemujaan Dionysus di Palestina penting karena Yohanes berasal dari sana. Namun ada dua aspek keberatan yang disebut oleh para ahli, 

Pertama, Mukjizat Kana lebih dramatis dan lebih ajaib. Itu terjadi ketika Yesus terlihat hadir di siang hari bolong, dengan jelas mengubah suatu zat menjadi zat lain, dan ada saksi. Yesus juga menghasilkan anggur yang unggul, sedangkan Dionysus hanya bertanggung jawab atas anggur secara umum tanpa mempertimbangkan gradasi kualitas. Karena mukjizat Yesus lebih unggul, menurut definisi itu harus berbeda dari Dionysus. Perbedaan kecil ini tidak menyanggah baik asal usul atau dialog dengan mitologi Dionysus.

Kedua, dalam Yohanes 15:1 Yesus mengklaim, “Akulah pokok anggur yang benar.” Pernyataan ini, termasuk melalui sintaksnya, adalah kontras dengan apa pun atau siapa pun yang juga mengklaim sebagai “pohon anggur”, yang bagi Yohanes tentu saja adalah anggur palsu. Ini terbukti dari bahasa Yunani, yang menyertakan kata ganti untuk “aku” (egō) sebelum kata kerja. Dalam bahasa Yunani, kata ganti ini tidak diperlukan untuk mengkonjugasikan kata kerja; umumnya, jika ada, itu untuk penekanan dan kontras, dalam hal ini antara pokok anggur yang benar dan pokok anggur yang palsu. Dan Yesus melanjutkan dengan mengatakan bahwa dia adalah pokok anggur yang “benar”, bukan hanya pokok anggur. Jadi pertanyaannya adalah apa atau siapa yang menjadi objek kontras di sini. 

Baca juga :  Pathos Allah

Sahabat Pena Claret! Tetapi momen untuk kontras dengan Dionysus bukanlah satu-satunya dari wacana dalam Yohanes 15:1-17. Ketika kita membaca cerita secara keseluruhan, kita melihat Yesus juga menggunakan pokok anggur sebagai metafora untuk teologi Yohanes, dengan Yesus sebagai batangnya, dan mereka yang tinggal di dalam dia dan kasih-Nya dengan menaati perintah-perintah-Nya sebagai cabang-cabang yang dapat menghasilkan banyak buah dan akan diselamatkan dan menikmati hidup yang kekal. Tetapi menggunakan metafora ini tidak mengecualikan kiasan kepada Dionysus sebagai pokok anggur palsu. Memang, Dionysus melambangkan prinsip kehidupan yang tidak dapat dihancurkan dan dianggap sebagai sumbernya, sedangkan di sini dalam Yohanes Yesus melalui Bapa mengambil peran itu. 

Baca juga :  Autokoreksi

Injil Yohanes terkenal karena menggunakan bahan dengan latar belakang ganda (Yahudi dan pagan) untuk menenun cerita dengan lebih dari satu makna. Bukti menunjukkan bahwa kiasan untuk Dionysus adalah salah satu elemen cerita, meskipun bukan tujuan utama. Lebih penting bagi Yohanes cerita tersebut adalah tentang penyingkapan identitas ilahi Yesus yang menyebabkan murid-muridnya percaya kepadanya, tentang kontras pesan Yesus dengan Yudaisme tradisional, tentang bagaimana belas kasih melampaui aturan teknis Hukum Yahudi, dan tentang Yesus sebagai pemenuhan Yudaisme. 

Terlepas dari semua pendapat ahli arkeologi soal pembuktian asal usul Mukjizat di Kana, saya rasa, kita tetap tidak dapat membangunkan Yohanes dikubur di Efesus untuk bertanya. Yang terpenting, ada pergeseran kebahagiaan dalam “mitos” anggur di Kana. Jika dalam Yesaya (bacaan Pertama) mempelai pria bergirang karena melihat mempelai perempuan, yang terjadi di Kana, oleh karena Mukjizat Yesus, kegirangan itu menular dari tuan pesta sampai segenap yang ada. Tuhan Memberkati!

Catatan: Ini adalah ringkasan dari tulisan Arthur George dalam “The Mythology of Wine VII: The Wine Miracles of Dionysus and Jesus Compared”, Mythology Matters, 24 Februari 2020.