Menyikapi Realitas Hidup

Menyikapi Realitas Hidup

ClaretPath.com – Menyikapi Realitas Hidup

  • Bacaan Pertama: 1Kor 3:1-9
  • Bacaan Injil: Luk 4:38-44

Para sahabat ClaretPath yang terkasih, selamat berjumpa kembali dalam ruang permenungan edisi hari ini. Bila melihat sejarah perjalanan manusia, rupanya penderitaan itu selalau menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupannya. Hidup seperti dua sisi uang koin yang pada saat dibalik satu sisi berada di bawah yang lain berada di atas. Hidup kita pun demikian. Terkadang berada pada situasi yang penuh sukacita, bahagia, gembira, dan penuh tawa ria. Namun, di sisi lain ada kepedihan, kesususahan, kesakitan, dan macam situasi buruk lainnya. Kedua kenyataan ini menggambarkan bahwa kehidupan manusia selalu dinamis.

Baca juga :  Dilahirkan Kembali | Renungan Harian

Dalam kedinamisannya itu, baik dalam situasi yang baik maupun yang buruk kita selalu berhadapan dengan dua kenyataan baru. Pertama, manusia bersyukur atas pencapaiannya, bahkan meladeni Tuhan dengan apa yang dimilikinya. Kedua, meninggalkan Tuhan atau menuduh Tuhan tidak adil. Lantas kita ada pada kenyataan yang mana?

Sebenarnya Tuhan tidak pernah meninggalkan kita untuk berjalan sendirian. Allah selalu ada dan mengetahui titik kelamahan juga kelebihan kita. Lukas pada bacaan suci hari ini memberi sebuah penegasan tentang hal ini melalui kisah ibu mertua Simon yang sedang mengalami demam lalu disembuhkan oleh Yesus. Jadi, persoalan yang muncul dalam hidup kita adalah tentang bagaimana mengoptimalkan tanggapan terhadap kenyataan hidup yang kita hadapi.

Baca juga :  Menilik Pewartaan Gereja: Sebelum, Selama dan Post-Pandemi Covid-19

Perlu kita sadari bahwa penderitaan tidak selalu mendatangkan keburukkan dalam hidup. Jika memaknainya dengan positif, maka kita akan menemukan sebuah nilai yang bisa berguna bagi hidup kemudian. Allah ingin manusia menyadari dan mesyukuri segala sesuatu yang telah dimiliki. Oleh karena itu, saudara-saudari yang terkasih kita diajak untuk mengandalkan Allah dalam seluruh hidup kita. Selain itu, kita juga diajak untuk meneladai para murid yang bersedia menjadi jembatan antara orang yang berkebutuhn dengan sumber bantuan. Dalam hal ini pertama-tama adalah menjadi jembatan antara yang menderita dengan Yesus melalui doa-doa kita.