Mengabdi Dua Tuan

Picture by blogger

Hari Sabtu Pekan Biasa XXXI

Bacaan I: Rm. 16:3-9.16.22-27

Bacaan Injil: Luk. 16:9-15

Penaclaret.com – Sahabat Pena Claret yang terkasih, pengabdian seorang hamba selalu diuji dari sikap kesetiaannya kepada sang tuan. Namun, perkara kesetiaan tidak semudah membalik telapak tangan. Kesetiaan selalu menuntut suatu pengorbanan yang radikal. Kesetiaan bukan sekadar kewajiban, melainkan sebuah usaha untuk memberikan diri secara total.

Kedua bacaan pada hari ini menampilkan gambaran kesetiaan yang konkret, yakni ajakan untuk setia pada perkara kecil sebagai jalan menuju kesetiaan pada perkara yang lebih besar. Rasul Paulus, dalam bacaan pertama, mengajak jemaat di Roma untuk membimbing mereka yang belum mengenal Kristus pada sikap ketaatan pada iman, yakni iman akan Kristus. Ketaatan pada iman, mengajarkan mereka untuk setia mengabdi hanya pada Tuhan saja.

Senada dengan itu, Yesus dalam bacaan Injil menegaskan untuk tidak mengabdi pada dua tuan (Allah dan mamon). Mengabdi pada dua tuan hanya akan menjerumuskan si hamba kepada situasi ketidakseimbangan dan keraguan. Akibatnya, ia akan memilih untuk setia pada yang satu dan mengabaikan yang lain. Yesus juga menegaskan bahwa, barang siapa setia kepada perkara-perkara kecil, maka ia juga akan setia pada perkara-perkara besar (Bdk. Luk.16:10). Pada titik ini Yesus mau mengajak para murid untuk bertanggung jawab dengan setiap tugas yang diberikan kepada mereka. Agar mereka setia pada apa yang ia ajarkan dan melaksanakan apa yang sudah Allah perintahkan.

Baca juga :  Melanggar Sabat

Sahabat Pena Claret yang terkasih, terkadang dalam kehidupan sehari-hari kita sering lari dari tanggung jawab dan tidak setia dengan tugas yang dipercayakan kepada kita. Banyak alasan yang kita gunakan sebagai tameng pelarian, misalnya: lupa, tidak ada waktu, sibuk, banyak pekerjaan, dan sebagainya. Kita kurang sadar bahwa lari dari tanggung jawab adalah bentuk ketidaksetiaan kita pada Tuhan. Lantas demikian, masih maukah kita menyebut diri sebagai seorang yang beriman? Tanggung jawab yang kecil saja kurang kita tuntaskan, apa lagi tanggung jawab iman yang sedemikian besar?

Baca juga :  Introspeksi Dong!

Realitas dunia saat ini yang serba instan membuat kita lengah dan mudah goyah. Kita telah terbiasa dengan hal-hal yang membuat kita tidak mau berusaha. Akibatnya ketika berhadapan dengan persoalan yang lebih besar, kita cepat frustrasi dan selalu khawatir. Dengan demikian, ketaatan iman kita akan goyah dan cepat atau lambat kita akan tenggelam dalam sikap masa bodoh. Dan tidak Jarang sikap inilah yang membuat kita kurang setia pada tugas dan tanggung jawab kita sebagai orang beriman.

Baca juga :  Paulus Memihak Orang Yahudi

Sahabat Pena Claret, ingatlah bahwa suatu hal yang besar selalu bermula dari ha-hal kecil. Dengan setia pada perkara kecil, otomatis kita pun akan mampu untuk setia pada hal-hal yang lebih besar. Oleh karena itu, kita diajak untuk setia pada setiap tanggung jawab yang kita terima. Setia kepada Tuhan juga berarti meninggalkan keserakahan dan hal-hal duniawi yang menyesatkan. Setia kepada Tuhan membantu kita megetahui hal mana yang perlu dipertahankan dan yang harus dilepas. Dengan jalan demikian, niscaya kita mampu menjadi pribadi yang dewasa dalam iman.

Semoga Tuhan membantu kita.