Bacaan pertama Yesaya 25:6-10a
Bacaan Injil Matius 15:29-37.
Sahabat Pena Claret yang dikasihi Tuhan, salam sapa senyum manis untukmu di hari yang indah ini. Ketika membuka sebaris pesan di akun Whatsapp subuh tadi, saya terbangun daru lamunan ketika seseorang mengatakan welcome December. Sejenak saya bergumam, hari berlalu begitu cepat. Tak disadar, Desember telah menyapa. Meninggalkan pesan tersebut, saya beralih ke pesan lain. Seorang lainnya mengirim sapaan sabda harian; santapan permulaan hari yang berisi amanat Tuhan. Apa isi pesan itu?
Dalam bacaan pertama, Nabi Yesaya mewartakan seorang Penyelamat yang akan datang untuk menghapus penderitaan dari wajah Israel. Penderitaan yang dialami oleh bangsa Israel merupakan sebuah penderitaan akibat sebuah kebebasan. Israel, ketika berada di tanah Kanaan, sering kali mempertanyakan dimana YHWH? Mereka dengan mudah beradaptasi dengan kepercayaan orang-orang Kanaan yang notabene menganut aliran politeisme. Ketika bangsa ini pada akhirnya berpaling dari YHWH dan mulai menyembah allah lain, di situlah Allah mendatangkan penderitaan kepada mereka. Berbagai kejatuhan dan penderitaan yang dialami bangsa Israel kemudian mendatangkan Allah yang berbelas kasih. Nah! sampai di sini, kita sudah mendapat dua gambaran mengenai Allah; Allah yang dikecewakan dan Allah yang menyelamatkan. Allah yang menyelamatkan rupanya tetap setia kepada bangsa pilihan-Nya. Melalui nabi Yesaya, Ia bersabda; “Ia akan meniadakan maut untuk seterusnya, dan Ia akan menghapus air mata dari wajah semua orang. Aib umat-Nya akan Ia jauhkan dari seluruh bumi, sebab Tuhan telah mengatakannya”.
Sampai di sini udah ngerti kan kenapa Israel sampai diselamatkan? Capcussss.. Kita beralih ke bacaan Injil!
Dalam bacaan Injil, kita menemukan penggenapan dari bacaan pertama. Allah yang menyelamatkan tampak dalam diri Yesus yang menyembuhkan banyak orang sakit dan melipat gandakan roti. Di sini, hal yang perlu kita ketahui adalah Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya. Jika Allah mau, Ia bisa saja meninggalkan Israel yang telah berpaling dan memilih bangsa lain; jika Ia mau, Ia bisa meninggalkan orang-orang sakit dan tidak mau memberikan banyak orang makan sampai berkelimpahan. Nyatanya, Allah kita adalah Allah yang penuh cinta kesetiaan dan penuh belas kasih. Ia tidak akan meninggalkan umat-Nya dalam situasi apa pun. Allah kita adalah Allah yang baik bukan?
Nah! dalam masa Adven ini, kita diajak untuk berarak menuju Allah dengan hati yang bersih. Teman-teman, belum terlambat untuk membersihkan diri dari keberdosaan kita. Yang perlu kita lakukan adalah kembali dan menemukan diri kita yang dekat dengan Allah. Israel, ketika mereka memilih untuk menyembah Allah lain, mereka pada akhirnya berpaling dan kemudian menjadi bangsa yang besar dan keturunannya tetap diberkati. Oleh karena itu, kita harus ingat bahwa Allah yang bermurah hati akan selalu menunggu kita kembali ke jalan-Nya. Lihatlah ke depan dan kamu akan menemukan Allah yang menunggumu di persimpangan jalan untuk menunjukkan kepadamu jalan mana yang harus kamu lalui. Semoga Tuhan memberkati
Mahasiswa fakultas Filsafat Keilahian Universitas Sanata Dharma. Pencinta Alam dan pegiat internet