Membendung Keinginan

Picture by UNUSA

Jumat Pekan Biasa XXII

Bacaan Injil: Luk 5:33-39

Penaclaret.com – Para sahabat Pena Claret yang terkasih, sebagai manusia tentu kita memiliki bermacam-macam keinginan. Secara manusiawi kita mau agar semua yang kita inginkan segera dipenuhi. Terkadang keinginan-keinginan yang kita miliki sulit untuk dibendung atau ditahan sebentar. Jika kita membendung keinginan yang kita miliki, bisa jadi keinginan akan terus membengkak.

Pada zaman yang serba instan ini, banyak orang tidak bisa menahan keinginannya. Ingin segera dipenuhi; baik yang dalam bentuk materil maupun dalam bentuk moril. Kita bisa saja terjerumus dalam keserakahan atau ketamakan, lantaran bukan lagi keputusan rasional yang mengendalikan keinginan, melainkan insting yang mengambil alih permainan dan merangsang untuk segera memenuhi setiap keinginan sekali pun tidak urgen.

Baca juga :  Pikulah Kuk dan Belajarlah

Sahabat Pena Claret yang terkasih, menarik bahwa bacaan Injil hari ini menampilkan sebuah tema penting. Tema yang mampu membendung tindakan tanpa dasar untuk meraup sebanyak mungkin pemenuhan akan keinginan-keinginan kita. Tema tersebut adalah hal berpuasa. Penggambaran yang digunakan oleh Yesus pun menarik adanya “Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedangkan mempelai itu bersama mereka?” (Luk 5:34).

Baca juga :  Saya (Tidak) Ingin Mati

Kita mungkin saja memaknai puasa sebagai momen penderitaan. Hal tersebut bisa saja berangkat dari pemahaman kita akan tradisi Yahudi dalam Perjanjian Lama. Dalam tradisi Yahudi, puasa identik dengan dukacita, penderitaan, dan ratapan. Namun, haruskah kita meratap manakala mempelai laki-laki berada bersama kita? Tentu tidak. Sukacita adalah gambaran yang lebih tepat menggantikan ratapan manakala kita sedang berpuasa.

Sahabat-sahabat yang terkasih, kita diundang untuk tetap bersukacita sekali pun sedang berpuasa. Puasa bukanlah ajang unjuk kedalaman rohani semata, melainkan ajang perbaikan relasi dengan Allah, ajang perendahan diri di hadapan Allah. Kita tidak dapat mengubur keinginan-keinginan badaniah, tetapi sekurang-kurangnya kita mampu meminimalisir keinginan-keinginan tersebut. Kita mesti tetap bersukacita, kendati kita harus membendung keinginan-keinginan badaniah melalui puasa. Hal tersebut penting agar kita tidak terjerat dalam pengalaman rohani yang dangkal. Semoga Tuhan merestui setiap niat baik hati kita. Tuhan memberkati.