Ketakutan: Virus Iman

Ketakutan
Sumber gambar: Pinterest.com

Hari Selasa Pekan Biasa Ke-XVIII, 2 Agustus 2022

  • Bacaan I: Yer. 30:1-2, 12-15, 18-22
  • Bacaan Injil: Mat. 14:22-36

ClaretPath.com – Setiap orang niscaya pernah mengalami ketakutan dalam hidupnya. Bahkan dalam hidup beriman sekali pun. Kebiasaan seperti menuntut terlalu banyak kewajiban yang harus dilakukan. Semua tuntutan yang demikian terkadang menimbulkan rasa takut bagi orang beriman.

Hal serupa juga dialami oleh Para Murid. Ketakutan dan ketidakpercayaan akan kuasa Tuhan yang dimiliki oleh Petrus sebenarnya tidak beralasan, sebab Tuhan selalu hadir di berbagai situasi hidup umat-Nya. Namun ia tetap merasa takut dan tidak percaya akan kuasa Tuhan yang pasti akan selalu menyelamatkan kita dari kuasa kegelapan. Teguran Tuhan terhadap Petrus pun sebenarnya dialamatkan juga kepada kita dalam di dalam kehidupan kita saat ini.

Baca juga :  Menurut Kamu, Siapakah Aku Ini?

Dalam kehidupan harian, kita selalu diperhadapkan dengan berbagai tantangan, kesulitan, rintangan dan penderitaan yang kadang kala membuat kita sering tidak percaya akan kehadiran Tuhan dalam hidup kita. Acapkali iman kita runtuh, tidak kuat dalam menyikapi situasi-situasi sulit dalam hidup. Kita lalu menyerah begitu saja sebelum berjuang dengan suatu kepercayaan bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita.

Kita mesti ingat bahwa kedalaman iman seseorang sungguh teruji ketika dikonfrontasikan dengan situasi-situasi hidup yang penuh risiko dan berada di luar kendalinya. Inilah yang dialami oleh Petrus dan Para Murid lainnya. Mereka takut sebab perahu mereka diombang-ambing oleh gelombang. Petrus yang takut tenggelam pun, ditegur oleh Yesus, “Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?” (Mat. 14:31).

Orang yang beriman dangkal biasanya mudah cemas dan khawatir saat berhadapan dengan tantangan hidup. Singkatnya, ketakutan adalah virus yang melemahkan bahkan mematikan iman seseorang akan Kemahakuasaan Tuhan.

Baca juga :  Aku Diselamatkan Karena Percaya

Ketakutan Harun

Harun juga mengalami hal serupa. la kurang percaya. la mulai curiga dan ragu-ragu akan integritas Musa sebagai nabi Allah, khususnya sesudah Musa mengambil istri seorang Kush (Ethiopia), hal mana tak biasa bagi orang Yahudi. Kehadiran perempuan asing itu tampaknya dianggap mengancam identitas keyahudian Musa.

Karena bimbang, Harun mulai bertanya-tanya. “Sungguhkah Tuhan berfirman dengan perantaraan Musa saja?” (Bdk. Bil. 12:2). Iman Harun yang dangkal akan penyelenggaraan Ilahi dalam kehidupan bangsa Israel telah membuatnya mudah jatuh dalam kebimbangan dan kecurigaan. Sebaliknya, iman yang mendalam memampukan kita untuk berani dan teguh di dalam pengharapan.

Baca juga :  Berteriak

Sebagai pengikut Kritus, kita semua dipanggil untuk mengikuti jejak para hamba Tuhan yang setia seperti Musa dan semua orang yang telah memberi dan mengabdikan diri mereka untuk pekerjaan Tuhan. Kita mestinya mengandalkan Tuhan dalam setiap pekerjaan kita.

Sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk takut saat mengahadapi aneka tantangan atau badai dalam hidup sebab Allah kita adalah Emanuel; Ia Yang Selalu Setia Menyertai Umat-Nya. Dia tidak pernah meninggalkan kita saat badai menghadang dan mengombang-ambingkan perahu hidup kita.