Hanya Titipan Bukan Milik Sendiri

Gambar ini adalah sebuah kotak harta karun. Gambar ini dapat mengilustrasikan isi renungan hari ini yang berjudul Hanya Titipan Bukan Milik Sendiri
Hanya Titipan Bukan Milik Sendiri. Picture by https://pixabay.com/

Claretpath.comHanya Titipan Bukan Milik Sendiri

Jumat, 21 Juni 2024, Peringatan Wajib St. Aloysius Gonzaga

Bacaan Pertama: 2 Raja-raja 11:1-4.9-18.20

Bacaan Injil: Matius 6:19-23

Hanya Titipan Bukan Milik Sendiri

Saya memulai renungan ini dengan sebuah kisah yang hemat saya sangat menginspirasi. Alkisah, di sebuah kota seorang laki-laki miskin jatuh cinta dengan seorang perempuan kaya. Namun, cinta mereka harus berakhir karena orang tua dari si pujaan hati tidak merestui hubungan mereka karena mereka berbeda kasta. Ibu si perempuan menghendaki agar anaknya mempunyai pasangan yang sederajat dengan keluarga mereka dan menolak lamaran si lelaki. Akan tetapi, sebelum si lelaki hendak meninggalkan kekasihnya, ia memperingatkan kekasihnya. “andai di bumi ini hanya ada perempuan saja tanpa ada laki-laki, tidak akan pernah ada manusia berikutnya. Siapa yang menyebut kita kasta, jika semua orang punya kasta. Siapa yang mengakui kita kaya, jika semua manusia terlahir kaya. Apa yang ada pada manusia, itu semua hanya titipan. Sangat tidak tahu malu sekali memamerkan titipan yang bukan miliknya sendiri”. Lalu, si lelaki meninggalkan kekasihnya.

Baca juga :  Soal Cuci Tangan, Yesus dan Orang-orang Farisi

Harta duniawi hanyalah titipan dari Allah

Saudara-saudari, sahabat ClaretPath.com yang terkasih bacaan Injil hari ini tidak lain adalah untuk mengingatkan kita bahwasannya harta duniawi hanyalah titipan dari Allah. Harta yang sesungguhnya adalah harta surgawi. Yesus bersabda “Di mana hartamu berada, di situ pula hatimu”. Sabda ini menekankan bahwa hati adalah harta berharga yang kita miliki selama berada di dunia ini. Bukan tahta, bukan mamon. Artinya adalah hatilah yang menjadi penentu apakah kita masuk surga atau tidak. Yesus tidak meminta kita  untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, ia meminta kita untuk mengumpulkan hati [yang baik] untuk bisa mendapatkan harta surgawi. Jika hati kita tamak dan durhaka, iri hati dan serakah, bukan tidak mungkin “pencuri akan membongkar dan mencurinya”. Artinya adalah kita tidak memiliki apa-apa untuk jaminan masuk surga karena semuanya telah dicuri. 

Baca juga :  Siapa Yesus Bagiku?

Harta kita di dunia ini selain sementara, juga hanya sebuah titipan yang suatu saat nanti sang pemilik akan mengambilnya. Ketika kita membaca cerita di atas dan juga kisah bacaan Injil hari ini, nampak jelas bagi kita bahwa apa si sebenarnya harus kita banggakan di dunia ini? Haruskan kita bermegah hati karena memiliki harta yang lebih banyak daripada orang lain? Jika kita terus-terusan berbangga dengan harta yang dimiliki, akankah juga kita kaya ketika berada di dunia akhirat nanti? 

Baca juga :  Satu Tuhan dalam Tiga Pribadi

Harta yang paling besar adalah hatimu

Saudara-saudari, sahabat claretpath yang terkasih harta yang paling besar adalah hatimu. Dari hati kita menyatukan perbedaan; dari hati kita dapat mencintai satu sama lain; dari hati pula kita dapat memiliki hati. Maka, melalui kisah di atas dan bacaan Injil hari ini, kita diajak untuk membina harta hati kita agar kita bisa memperoleh harta surgawi. Karena apa yang ada pada manusia, semuanya hanyalah titipan; janganlah memamerkan titipan itu, tetapi pamerkanlah siapa yang menitipnya. Melalui hati, kita akan mendapat kepenuhan harta dan pencuri tidak akan mencurinya.