Kamis 09 Juni 2022 – Dona Nobis Pacem
- Bacaan I, 1 Raja-raja 18;m41-46
- Bacaan II, Injil Matius 5;20-26
ClaretPath.com – “The more you sweat in peace, the less you bleed in war”. Saya membuka tulisan ini dengan mengutip kata-kata dari seorang Jendral bintang 4 Norman Schwarzkot tentara Amerika Serikat yang juga veteran perang Vietnam. Sederhana, tetapi mengandung pesan yang mendalam akan situasi dunia saat ini.
Jika berangkat dari kalimat di atas, maka perang Rusia-Ukraina adalah konsekuensi dari the less sweat in peace and become more bleed in war. Atau kurang berkeringat dalam memperjuangkan perdamaian sehingga lebih banyak darah yang tertumpah di medan tempur. Perang yang telah berlangsung selama 100 hari belum ada tanda-tanda cahaya damai yang akan terbit dari konflik berdarah ini.
Paus Fransiskus dalam ziarah bersejarah ke Uni Emirat Arab (UEA) pada 3-5 Februari 2019 menghasilkan satu dokumen indah dengan judul The Document on Human Fraternity for Word Peace and Living Together bersama Imam Besar Al-Azhar, Ahmad Al-Tayeeb. Penandatanganan dokumen terjadi dalam Konferensi Global pada 4 Februari 2019. Dengan peristiwa ini, kedua pimpinan spiritual membuka peta jalan berharga untuk membangun perdamaian dan menciptakan hidup harmonis di antara umat manusia.
Dokumen ini berangkat dari realitas dunia yang sedang berkembang dengan persaingan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengembangan teknologi militer di dunia barat dan intoleransi serta radikalisme agama di dunia timur. Fenomena sosial ini menjadi kecemasan dan keprihatinan Paus Fransiskus untuk membangun kerajaan damai di bumi ( Pacem in Terris). Seruan damai di bumi sudah digemakan oleh Paus Yohanes XXIII dalam Ensiklik Pacem In Terris. Melalui dokumen-dokumen bersejarah itu, kita diundang untuk membangun perdamaian di bumi.
“Perdamaian adalah suatu berkat Tuhan, tetapi kita harus berusaha untuk mendapatkannya. Setelah tercapai, kita harus mempertahankannya, mengembangkannya, menyebarluaskannya ke seluruh penjuru dunia. Damai bagi setiap orang, damai bagi setiap keluarga, damai bagi setiap desa, damai di setiap sekolah, damai di tempat kerja di mana manusia bertugas dan damai di dunia.”
Pesan Damai Natal Tahun 1994 Mgr Carlos Filipe Ximens Belo, SDB kepada umat Allah Keuskupan Dili
Di atas segalanya, yang bisa manusia lakukan untuk perdamaian, sebagai pengikut Yesus Kristus, Sang Raja Damai, adalah mohonkan rahmat damai dari-Nya. Pada saat kelahiran-Nya, para malaikat bersorak gembira dengan bernyanyi: “Kemuliaan kepada Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya” (Luk2:14). Nabi Yesaya pun jauh sebelumnya telah memaklumkan Yesus Kristus sebagai Raja Damai (Yes 9:5-6, 11:1-10).
Dengan kuasa damai yang Ia miliki, semasa karya-Nya, Ia tidak henti-hentinya menyuarakan perdamaian bagi sesama manusia. Yesus dengan tegas memperjuangkan perdamaian bagi umat manusia. Ia adalah Damai itu sendiri.
Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus menghendaki agar kita berdamai dahulu dengan sesama setelah itu barulah kita mempersembahkan kurban kepada Allah. Pada Mat 5:23-26, Yesus mengajarkan kita untuk mempersembahkan persembahan yang benar, yakni damai. Damai adalah persembahan terbaik kepada Allah.
Setiap kali merayakan Ekariti, pada bagian ketiga dari Anak Domba, kita selalu berseru “Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia, berilah kami damai”. Kalimat berilah kami damai menjadi judul tulisan ini dan dengan memohon damai maka hendaklah kita berdamai dengan sesama.
Doa ini juga senada dengan Doa Bapa Kami “Ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami”. Demikian pula doa “berilah kami damai” harus sungguh nyata agar kita boleh berdamai dengan semua orang sehingga persembahan yang kita hunjukan sungguh berkenan di hadirat Allah.
Yesus, sang Anak Domba Allah, Dialah yang menganugerahkan damai sejahtera bagi umat manusia. Seluruh hidup Yesus adalah damai. Sejak peramalan akan diri-Nya dalam Kitab Nabi Yesaya, saat kelahiran-Nya oleh para malaikat dan saat bangkit dari antara orang mati, selalu muncul kalimat ini: Damai sejahtera bagi kamu. Yesus merasa damai itu sangat penting, sebelum mengembusi mereka dengan Roh Kudus, Ia sekali lagi berkata “Damai sejahtera bagi kamu!” (Bdk Yoh 20:19-23).
Yesus telah mewariskan damai kepada kita. Oleh karena itu, hendaknya damai yang sama juga kita teruskan dan sebarkan kepada seluruh dunia agar dunia hidup dalam damai.
Situasi dunia kita saat ini sedang di ambang ancaman perang Dunia III dengan pertunjukan perang nuklir yang bisa membinasakan segala ciptaan dalam sekejap mata. Sekali lagi, kita harus terus memohon rahmat damai agar dunia kita tetap aman dan damai.
Pacem in terris! Pax Christi! Dona nobis pacem!
ClaretPath.Com adalah ruang pengembangan bakat menulis dan media kerasulan, terinspirasi dari Santo Antonius Maria Claret, Pelindung Pers Katolik.