ClaretPath.com – Dari Waktu-Nya Belum Tiba Menuju Sudah Selesai
Oleh Fr. Yohann Mada, CMF
Renungan Harian
Sabtu, 14 Oktober 2021
Bacaan I: Yl. 3:12-21
Bacaan Injil: Luk. 11:27-28
Dalam kehidupan tak jarang seorang yang sukses akan membawa nama Keluarganya. Keluarga akan selalu dipuji-puji bahkan mendapat hak khusus karena kesuksesan dari salah seorang anggota keluarga. Berhubungan dengan hal ini, apabila seorang anak yang sukses, maka nama keluarga akan terus menjadi “buah bibir” masyarakat karena berhasil mendidik anaknya hingga sukses. Paham ini akan terus berkelanjutan atau mungkin akan menjadi sebuah catatan sejarah yang terus diperbaharui.
Dalam bacaan hari ini, Yesus menangkal paham demikian. Ketika seorang perempuan menyampaikan pujiannya kepada Yesus dengan mengatakan “berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau”. Secara tidak langsung perempuan ini hendak memuji keluarga biologis Yesus – dalam hal ini adalah Maria, karena telah berhasil mendidik-Nya. Ketika kita merenungkan jawaban Yesus dari perspektif manusiawi, agaknya jawaban ini kurang berkenan di hati kita. Namun, di sini Ia mau menunjukkan bahwa kebahagiaan sejati bukanlah tergantung pada hubungan darah dan daging, melainkan mereka yang mendengarkan dan memelihara Firman Allah. Hemat saya perkataan Yesus ini bukan berarti bahwa Ia tidak memuji Maria sebagai ibu-Nya yang telah mengandung, melahirkan, menyusui-Nya, Justru Ia mengatakan demikian karena Ia tahu bahwa Maria, ibu-Nya adalah orang pertama yang mendengarkan dan memelihara Firman Allah bahkan Maria adalah pribadi yang menemani Firman Allah dari “waktu-Nya belum tiba” hingga “sudah selesai”.
Sebaliknya, dari pihak Maria, ia tidak pernah memegahkan diri karena melahirkan Firman Allah. Bahkan dalam hidupnya, ia selalu saja dirundung oleh berbagai macam kesedihan. Entah ketika ia melahirkan Firman pun ketika ia harus menyaksikan sendiri Firman yang ia pelihara itu mati secara tidak hormat. Namun, berkat kesetiaan-Nya pada Firman Allah akhirnya ia mendapatkan kebahagiaan sejati, yaitu melalui kebangkitan Putranya. Lalu bagaimana dengan kita, apakah kita seperti Maria yang mendengarkan dan memelihara Firman Allah?
Kiranya jawabannya dapat kita temui dalam kehidupan kita setiap hari. Mungkin kita tak mampu seperti Maria yang dengan setia menjaga dan memelihara Firman Allah bahkan menyimpan semua perkara dalam hati. Namun, kita hendaknya mampu memelihara dan menjaga-Nya melalui perkataan dan perbuatan konkret kita sehari-hari. Misalnya memelihara nilai-nilai Injili; keadilan, perdamaian, kesejahteraan, dan menjaga keutuhan ciptaan. Maka mari kita belajar dari maria yang setia menjaga dan memelihara Firman Allah agar kita juga mendapatkan pujian seperti seruan seorang perempuan dalam bacaan Injil hari ini. “berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau”.
Mahasiswa Filsafat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengagum absurditas Albert Camus