ClaretPath.com – Antara Iman dan Perbuatan.
Hari Senin Pekan Biasa II
PW. St. Antonius Abas
Bacaan I: 1 Sam. 15:16-23
Bacaan Injil: Mrk. 2:18-22
Di tahun 250 hiduplah salah seorang pemuda kaya raya di Mesir. Kekayaan ini pada dasarnya bukanlah hasil kerja keras dari sang pemuda, tetapi merupakan harta warisan yang ditinggalkan oleh kedua orangtuanya ketika meninggal dunia. Entah apa yang mengusiknya, tetapi setelah berbenah beberapa saat dalam kesendirian, sang pemuda pun kemudian membagikan semua hartanya tersebut kepada orang-orang miskin. Setelah tidak memiliki apa-apa lagi, ia menarik diri dalam kesendirian dengan hasrat mendekatkan diri kepada Tuhan dalam doa, bertapa, dan bermati raga. Pemuda ini adalah Antonius, yang wafat pada tahun 356 dan diangkat oleh Gereja Katolik sebagai Santo Antonius Abas, dan diperingati secara wajib setiap tanggal 17 Januari.
Hal yang menjadi teladan bagi umat kristiani dari sang santo adalah sikap beriman yang ia tampakkan. Antonius tidak hanya memusatkan perhatiannya kepada kontemplasi dan meditasi saja, tetapi juga pada pembelaan iman Katolik. Dia tercatat dua kali pergi ke Alexandria untuk menghibur dan meneguhkan saudara-saudara seiman yang mendapat tantangan dari kaum Arian yang sesat.
Selaras dengan peringatan sang santo, bacaan-bacaan suci pada hari ini menarasikan kepada kita suatu model hidup beriman yang dikehendaki Allah. Bacaan pertama dari Kitab Samuel mengisahkan bagaimana Raja Saul ditegur oleh Allah lewat bibir Samuel oleh karena sikapnya yang tidak berkenan di hadapan Allah. Raja Saul lebih mementingkan kurban persembahan yang juga merupakan hasil jarahan, dari pada mendengar dan mengamalkan Sabda Allah. Sehingga Samuel pun menegurnya, “Apakah Tuhan itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan, sama seperti Ia berkenan kepada pengamalan sabda-Nya? sesungguhnya, mengamalkan Sabda lebih baik dari pada lemak domba jantan”. Segelintir dari kita terkadang berada pada posisi Saul. Kita merasa benar atas keputusan kita bahwa yang terpenting telah meyumbangkan berbagai hal materi untuk Gereja, sehingga tidak perlu lagi menjalankan tugas dan tanggungjawab lain sebagai orang beriman. Sabda Allah dalam Kitab Samuel hari ini dengan jelas menggaris bawahi bahwa mengamalkan Sabda Tuhan adalah lebih baik daripada korban sembelihan.
Sedangkan dalam bahasa Injil Markus, laku puasa adalah suatu tindakan iman yang murni karena ketulusan hati pribadi bukan hasil ikut-ikutan atau kewajiban atas aturan turun temurun. Hal ini tampak ketika ada kontroversi mengapa murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi berpuasa sedangkan murid-murid Yesus tidak? Yesus memberi jawaban yang sangat mengagumkan, “Dapatkah sahabat-sahabat pengantin pria berpuasa selagi pengantin itu bersama mereka? mereka tidak dapat berpuasa ”. Ada saat yang tepat di mana para murid-Nya akan berpuasa, yaitu ketika Ia kembali kepada Bapa dalam kemuliaan surga.
Belajar dari teladan Santo Antonius Abas dan bacaan-bacaan suci hari ini, mari kita menyempurnakan iman kita dengan sikap kontemplatif dan aktif dalam hidup sehari-hari.Tuhan Memberkati.
Misionaris Claretian. Mahasiswa Pasca-Sarjana di Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharama Yogyakarta.