Yesus: Anti-Materialis

Hari Minggu Pekan Biasa XXVIII

Bacaan Injil: Mrk 10:17-30

Penaclaret.com – Sahabat Pena Claret yang terkasih, selamat memasuki Pekan Biasa XXVIII. Dalam Injil hari ini, kita mendengar cerita tentang seorang pemuda kaya yang datang kepada Yesus dan bertanya kepada-Nya: Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal (Mrk 10:17)? Menariknya dalam rumusan pertanyaan, si pemuda kaya menyebut Yesus sebagai “Guru yang baik” sehingga kita boleh berasumsi bahwa si pemuda ini telah mendengarkan khotbah-khotbah Yesus. Dengan demikian, dia tidak ingin hanya sekadar mendengar Sabda Tuhan saja tetapi juga ada kerinduan menghidupi Sabda Tuhan supaya memperoleh kehidupan yang kekal. Dengan kata lain, si pemuda ini sejatinya telah menemukan kepenuhannya dalam Yesus, dan sekarang ia ingin memilikinya untuk selamanya. Lantas, bagaimana respons Yesus? Jawaban Yesus sangat mengejutkan si pemuda kaya tadi hingga membuatnya merasa kecewa dan bersedih: Pergilah, juallah apa yang kau miliki dan berikan itu kepada orang-orang miskin (Mrk 10:21).

Baca juga :  Mengeluh: Tanda Tidak Sadar, Allah Berjalan Bersama Kita

Sahabat Pena Claret yang terkasih, kekayaan sering diidentikan dengan kepemilikan barang-barang mewah, uang yang banyak, singkatnya serba berkecukupan. Sedangkan orang miskin, sebaliknya. Paus Fransiskus dalam Seruan Apostoliknya Gaudete et Exultate pernah mengingatkan kita semua bahwa “Kekayaan tidak menjamin apa-apa. Justru ketika kita merasa kaya, kita dapat menjadi puas diri sehingga kita tidak menyisakan ruang bagi sabda Allah, bagi kasih akan sesama, atau bagi kegembiraan akan apa yang paling penting dalam hidup ini. Dengan demikian, kita sama sekali tidak memperoleh kekayaan terbesar dalam hidup. Itulah mengapa Yesus menyebut berbahagialah mereka yang miskin dalam roh, mereka yang miskin hatinya, sebab di sanalah Tuhan dapat masuk dengan kebaruan-Nya yang abadi” (Gaudete et Exultate, art 68).

Baca juga :  Syarat Kecil dari Anak Kecil

Sahabat Pena Claret yang terkasih, si pemuda yang datang kepada Yesus ingin mengetahui cara yang paling baik memperoleh kehidupan kekal. Dia sudah melakukan berbagai hal, menaati apa yang diperintahkan Taurat, tetapi masih belum puas, ia masih merasa ada yang kurang. Yesus menawarkan jalan kekosongan. Menanggalkan kelekatan pada harta benda dan berjalan menuju Tuhan dalam keadaan kosong. Membiarkan Tuhan yang mengisi perjalanan hidupnya. Alhasil si pemuda itu pun tidak sanggup, ia tidak bisa melepaskan diri dari harta yang ia miliki. Ia pulang dengan kecewa.

Baca juga :  Orang Baik Pun Salah, Prasangka Buruk Mendominasi

Kekecewaan dan kesedihan si pemuda menggambarkan bagaimana dia mengagungkan apa yang ia miliki sampai-sampai melebihi Tuhan sendiri. Kisah Injil hari ini sangat relevan untuk direnungkan dengan konteks kita saat ini. Pesan anti-materialis yang digambarkan sangat kontras dengan gaya hidup konsumerisme yang kita hadapi di zaman kita ini. Pertanyaannya untuk kita, bukankah kekayaan berlimpah-limpah membuat kita tak berdaya, tersungkur dan terpasung dalam kenikmatan semata? Tuhan memberkati kita semua.