ClaretPath.com – Wanita Membawa Angin Segar
- Bacaan Pertama: 1Tim. 6:2c-12
- Bacaan Injil: Luk. 8:1-3
Para sahabat ClaretPath yang terkasih, cukup istimewa bacaan Injil yang disajikan untuk kita hari ini. Singkat padat dan jelas. Ada beberapa Wanita yang disebutkan, seperti Maria Magdalena, Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan Yesus dengan kekayaan mereka (ayat 3). Keterlibatan beberapa wanita yang telah disebutkan tadi sepertinya membawa angin segar dalam lingkaran murid-murid Yesus, walaupun di sisi lain itu sama sekali tidak baru, karena Maria Ibu Yesus sudah terlebih dahulu mengambil andil dalam kemuridan Yesus.
Apa yang terjadi dalam narasi rupa-rupanya mengangkat martabat wanita. Kita tahu pada zaman Yesus dan tentu zaman sebelumnya, terlalu akut diskriminasi yang dipraktekkan. Wanita dinomorduakan dalam segala aspek. Sampai-sampai wanita tidak lagi dipandang sebagai subjek, tetapi sebagai objek. Itu sangat tampak dalam budaya Israel yang kelihatanya sangat langgeng dipraktekkan. Belum lagi, Kitab Suci mengabadikannya. Untunglah, Yesus datang merombak tradisi itu.
Kalau saat itu, hanya laki-laki yang boleh berguru atau mengabdi kepada sosok tertentu, Yesus berbeda. Yesus membuka kesempatan agar wanita dilibatkan menjadi murid-Nya. Tidak ada unsur tolak menolak mengikuti dinamika kemuridan tersebut. Lantas apa yang bisa dilakukan oleh wanita-wanita itu dalam mendukung tujuan utama kemuridan mereka? Sepertinya tidak teralu rumit menjawab pertanyaan ini. Coba kita lihat teksnya.
Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka (ayat 3). Penekanan terhadap kata melayani dengan “kekayaan mereka” perlu diperhatikan. Kata “kekayaan mereka” mungkin tidak harus melulu dipahami sebagai orang yang banyak harta, uang dan lain sebagainya. Kata kekayaan mereka bolehlah digulir maknanya sebagai orang yang mempunyai kemampuan lebih yang tidak dimilliki oleh kaum pria. Misalnya, dalam hal ini wanita-wanita tadi menjadi sosok yang siap menyediakan pangan, bekal dalam perjalan Yesus dan rombongan.
Walaupun tidak secara eksplisit dijelaskan, sebenarnya letak kerja sama di antara para murid sangat tampak. Saat Yesus dan murid-murid pria sibuk dengan pelayanan tentulah para wanita siaga menyediakan makanan bagi mereka. Artinya, kesuksesan misi Yesus dan murid-murid-Nya ditentukan juga oleh peran wanita. Misi suskes kalau perut beres. Tanpa mereka, mungkin banyak hal mandek. Dengan begini, wanita tidak dipandang sebelah mata entah oleh para murid laki-laki entah oleh Masyarakat umum saat itu.
Tidak hanya itu. Pelayanan dan model kemuridan wanita cukup radikal juga pada teks-teks lain dalam Injil. Mulai dari Maria Ibu Yesus, yang menjadi murid Yesus sejak Yesus dikandung sampai wafat-Nya, dan sampai pada peristiwa Maria Magdalena yang menjadi saksi kunci kebangkitan Yesus. Mereka melayani Yesus sampai pada titik perpisahan. Bukti-bukti yang ada mengisyaratkan siapa saja di muka bumi ini untuk menghargai model pelayan perempuan dan tidak meremehkan otoritas mereka dalam mewartakan Injil.
Misionaris Claretian yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.