Teguh Dalam Gaduh

Fr. Rian, CMF

ClaretPath.com

Teguh Dalam Gaduh

Bacaan 1: Keb. 18:14-16;19;6-9

Bacaan Injil: Lukas 18:1-8

Dalam riuh rendahnya dunia ini, injil Lukas mengajak kita merenung dalam keheningan. Ada keindahan dalam keheningan, seperti dalam doa sejati. “Berdoalah selalu,” kata Tuhan. Bukankah ini tampaknya kontradiktif? Seolah-olah Tuhan menginginkan kita menjadi penggoda-Nya yang gigih. Namun, mungkin, dalam kegigihan itu, kita menemukan kebenaran dan keadilan. Lukas 18:1-8 memberi kita suatu cerita tentang seorang janda yang gigih meminta keadilan dari seorang hakim yang tidak menghiraukan Tuhan maupun manusia.

Baca juga :  Kau Ada dalam Doaku (Puisi)

Janda itu menuntut keadilan dari hakim yang tak peduli. Hm, familiar, bukan? Kadang-kadang kita harus berhadapan dengan sistem yang tampaknya tak terbaca. Tapi, lihatlah, hakim itu memberikan keadilan bukan karena kebaikan hatinya, tetapi karena terganggu. Mungkin kita perlu membuat ‘kegaduhan’ yang kreatif untuk mendapatkan keadilan.

Namun, hakim itu, sosok yang seharusnya menjaga keadilan, tampaknya lebih tertarik pada kemalasan daripada keadilan. Tapi, tunggu sebentar. Mengapa kita mengira keadilan itu hanya milik manusia?

Ah, di sinilah Lukas mempersembahkan sesuatu yang berbeda. Keadilan yang sejati, nampaknya, memiliki dua dimensi: manusiawi dan ilahi. Saat manusia gagal, Tuhan masih setia.

Baca juga :  Claret Sebagai “ada”

Dalam ketidakadilan dunia ini, seringkali kita merasa terlupakan, seperti suara yang hilang di tengah hiruk-pikuk. Namun, seperti janda tadi, kita diajak untuk terus berdoa, terus bersuara. Kita diajak menemukan ketenangan dalam keadilan Tuhan, yang, meskipun mungkin tidak segera tampak, pasti akan datang.

Lukas memberi kita catatan bahwa Tuhan bukan hakim yang tidak peduli, tapi Bapa yang penyayang. Keadilan-Nya, meskipun tidak selalu secepat yang kita inginkan, pasti akan datang pada waktunya.

Baca juga :  Berbahasa adalah Gambaran Kepribadian | Renungan Harian

Jadi, dalam setiap doa yang kita panjatkan, janganlah kita lupa: Keadilan Tuhan bukanlah angan-angan kosong. Ia seperti mata air yang tak pernah kering, dan kita dipanggil untuk bersikap gigih, seperti janda yang tidak kenal lelah. Dalam keheningan doa, kita menemukan kekuatan. Dalam ketenangan, kita menemukan keadilan.