Jumat, 04 Februari 2022, Pekan Biasa IV
Bacaan I: Sirakh 47:2-11
Bacaan Injil: Markus 6:14-29
Penaclaret.com – Sahabat Pena Claret yang dikasihi Kristus, kisah yang ditampilkan dalam Injil hari ini menggambarkan suatu kecemasan hakiki dari seorang manusia. Harus diakui hal yang sangat ditakuti atau dicemaskan dalam menjalani hidup sebagai seorang manusia adalah pergulatan batin. Hal ini hendak menggarisbawahi kerapuhan manusia di hadapan dirinya sendiri. Yang mana dalam setiap langkah yang hendak dipijaki terdapat sebuah ruang untuk discerment. Perjumpaan aku dan diri-ku terjebak pada spasi misteri. Di ruang (spasi misteri) inilah aku dan diri-ku berbicang-bincang mengadu kata, menggelitik hati. Dialog yang dibangun dalam spasi misteri mengamini sebuah keputusan final untuk berlangkah.
Kisah dalam bacaan Injil hari ini menampilkan sosok Raja Herodes yang dikenal sebagai tokoh antagonis, tanpa ragu mengakui diri sebagai pengagum Yohanes Pembaptis. Kisah yang ditampilkan memberikan suatu warna baru mengenai wajah Raja Herodes yang mengalami suatu kecemasan batin atas pilihannya yang telah menyuruh orang untuk memenggal kepala Yohanes Pembaptis. Raja Herodes yang terjebak pada dua rasa memberanikan diri untuk mengakui dirinya sebagai aktor utama di balik kematian Yohanes Pembaptis.
Raja Herodes tidak menampik bahwa dirinya sangat mengagumi Yohanes Pembaptis. “Tetapi apabila ia mendengarkan Yohanes, hatinya selalu terombang-ambing, namun ia merasa senagn juga mendengarkan dia” (Mrk. 6:20). Ketertarikan pada ajaran Yohanes Pembaptis terus Ia bawah pada kekaguman pada ajaran Yesus. “Bukan, dia itu Yohanes yang sudah kupenggal kepalanya, dan yang bangkit lagi” (Mrk. 6:16). Kesimpulan yang dipetik oleh Raja Herodes mengenai Yesus, harus diakui sebagai bentuk kegelisahan hati. Raja Herodes memang telah kalah dalam pergulatan batin atas kematian Yohanes Pembaptis, tetapi Raja Herodes masih memiliki hati untuk mengakui Yesus adalah wajah Yohanes yang telah bangkit.
Kisah mengenai Raja Herodes yang mengalami pergulatan batin mengamini suatu gerak baru. Sebuah pengalaman kehancuran mengindikasikan suatu gerak maju. Hal ini guna memecahkan kesenjangan antara dunia nyata dan dunia harapan. Kuncinya adalah kesatuan antara hati dan pikiran untuk keluar dari situasi kemerosotan itu sendiri. Raja Herodes telah kalah dalam pergulatan batin atas kematian Yohanes Pembaptis, tetapi Ia tidak gagal untuk mengakui Yohanes Pembaptis sebagai orang benar dan suci (Mrk. 6:20) hingga mengakui Yesus sebagai Yohanes yang bangkit lagi (Mrk. 6:16).
Sahabat Pena Claret yang dikasihi Kristus, apakah yang hendak kita lakukan saat mengalami pergulatan batin? Sekali lagi, satukan hati dan pikiran untuk bisa mendengarkan bisikan Tuhan. Biarkan spasi misteri sebagai ruang di mana kita menemukan Tuhan yang berbicara. Perjumpaan aku dan diri-ku harus mampu melibatkan Tuhan guna langkah yang dipijak tidak menyisahkan bekas luka. Sebab, bekas-bekas luka itu berbicara lebih lantang ketimbang pedang yang menyebabkannya (Paulo Coelho). Semoga Tuhan Memberkati.
ClaretPath.Com adalah ruang pengembangan bakat menulis dan media kerasulan, terinspirasi dari Santo Antonius Maria Claret, Pelindung Pers Katolik.