Pergi: Melepas Parasut, Membawa Ramuan

Picture by: Sesawi.net

Senin Pekan Biasa XXIX

Pesta St. Lukas, Penulis Injil

Bacaan Injil: Luk 10:1-9

Penaclaret.com – Sahabat Pena Claret yang terkasih. Beberapa hari yang lalu ketika berselancar di facebook, saya menemukan sebuah video olahraga wingsuit flying yang sangat menarik karena memacu ardenalin. Olahraga tersebut termasuk dalam ekstreme sport yang merupakan pengembangan dari terjun payung. Hanya saja pakaian yang digunakan oleh para atlet wingsuit didesain khusus menyerupai kadal terbang. Mereka dapat berlama-lama di udara melakukan manuver sebelum melepaskan parasutnya. Tidak sedikit orang yang mengatakan bahwa aksi tersebut adalah sesuatu yang gila karena mempertarukan nyawa; jika terpeleset kematian menjadi kepastian.

Sahabat Pena Claret yang terkasih. Hemat saya dalam bacaan Injil hari ini Yesus memberikan perintah yang tidak kalah menantang dengan aksi olahraga wingsuit flaying di atas. Yesus mengutus ke- 70 murid-Nya seperti mengutus anak domba ke tengah-tengah serigala. Sepintas kita melihat bahwa tidak ada harapan untuk hidup di sana. Yesus melepas parasut ke-70 murid, mengutus mereka menjumpai realitas.

Baca juga :  Introspeksi Dong!

Ketika ke-70 murid Yesus mendengar perintah sang Guru tidak ada sedikit pun pertanyaan, keraguan, atau kata protes yang keluar dari mulut mereka. Satu-satunya tanggapan atas perintah Yesus adalah pergi, siap sedia diutus. Mereka percaya kepada Yesus dan mengikuti perintah-Nya walau mungkin ada yang menganggap mengikuti perintah Yesus adalah sebuah kebodohan. Para murid telah mengenal Yesus dan mempunyai banyak pengalaman iman ketika ada bersama-sama dengan Dia. Mereka telah melihat, mendengar dan bahkan mengalami kuasa Yesus. Pengenalan, pengalaman, perjumpaan tersebut menjadi bekal bagi mereka melaksanakan perutusan sang Guru. Yesus melepaskan parasut mereka, mengutus pergi memberitakan Kerajaan Allah dan menyerukan damai sejahtera kepada orang yang mereka jumpai.

Baca juga :  Munafik, Sikap Cari Aman!

Sahabat Pena Claret yang terkasih. Hari ini kita merayakan pesta St. Lukas, penulis Injil. Jika kita melihat Lukas sebagai seorang tabib yang dapat menyembuhkan orang sakit, maka damai sejahtera yang diserukan merupakan berkat penyembuhan untuk setiap orang. Sapaan damai sejahtera menjadi ramuan obat yang manjur dan dapat memberi penghiburan bagi mereka yang sakit. Ramuan tersebutlah yang diperintahkan Yesus untuk dibawa para murid kepada setiap orang yang mereka jumpai. Damai sejahtera merupakan anugerah Allah yang dicurahkan kepada orang yang mau mendengarkan Dia. Damai sejahtera menjadi suasana khas orang yang mengalami sukacita. Orang yang mengalami damai sejahtera tentu mengalami banyak kesembuhan.

Baca juga :  Biarkanlah Tuhan yang Menilai

Dalam kisah selanjutnya, setelah menjalankan misi yang diperitahkan Yesus, para murid pun kembali dengan gembira dan menceritakan banyak hal kepada Yesus. Perutusaan, oleh mereka yang tidak mengenal Yesus dianggap sebagai sesuatu yang gila, ekstrem, sebuah kebodohan, nyatanya membuahkan hasil yang luar biasa. Dengan demikian, buanglah semua kekhawatiran, singkirkan rasa takut, hilangkan pikiran tidak mampu, dan jauhkan keraguan akan kuasa Tuhan. Karena Yesus tidak mungkin mengutus kita hanya untuk mempermalukan diri kita bahkan mempermalukan diri-Nya sendiri. Allah tidak pernah mempertanyakan kemampuan atau ketidakmampuan kita, tetapi kesediaan kita. Apakah kita akan selalu siap sedia jika kita pun diutus seperti anak domba ke tengah-tengah serigala? Tuhan memberkati.