Perang dan Perempuan

Picture By Kompasiana.com

ClaretPath.Com-Perang dan Perempuan

Hari Sabtu Pekan Biasa Ke-III

PW. St. Tomas dari Aquino, Imam dan Pujangga Gereja

Bacaan I: 2 Sam. 11: 1-4a.5-10a

Bacaan Injil: Mrk. 4: 26-34

Para sahabat ClaretPath yang terkasih, perang tidak selamanya menjurus kepada laki-laki. Pada perempuan, perang juga berurat akar. Artinya, perang tidak melulu menjadi perkara kaum Adam, tetapi juga kaum Hawa. Perang dan perempuan bahkan menjadi term dan tren baru. Hampir keberadaan perang dan perempuan telah menguasai mortalitas manusia.  

Perang tidak hanya soal bentrokan senjata sampai menelan nyawa. Arti perang bisa lebih dari itu. Ketika kita memutuskan untuk bangun pagi atau membuat apa saja pada hari ini, sebenarnya kita sedang berperang. Kita perang melawan diri sendiri terutama melawan musuh ngantuk, letih malas dan lain-lain.

Kalau menengok pada Perjanjian Lama terutama kisah Raja Daud, kita menemukan deretan kemenangannya di medan tempur. Ia sangat kuat berkat keahliannya dalam menyusun strategi yang baik untuk menang dalam perang.  Melalui perang, Daud bisa berevolusi dari penggembala menjadi pemimpin bangsa. Inilah privelesse Raja Daud. 

Baca juga :  Mempersiapkan Rumah yang Nyaman bagi Tuhan | Renungan Harian

Bangsa yang dipimpin Daud bukan lagi kawanan domba. Bukan juga bangsa biasa, melainkan bangsa pilihan Allah. Ia adalah Raja Israel pada masanya. Sealur dengan itu, kita pun bisa memposisikan diri seperti Raja Daud. Ia memenangkan perang. Kita juga bisa menjadi pemenang ketika menundukkan musuh ngantuk, letih, dan malas yang menggrogoti hari-hari hidup kita. Hanya dengan begitu kita bisa menyematkan gelar raja yang baik sekurang-kurangnya untuk diri sendiri. Mungkin ini pesan pertama yang boleh dipetik dari adegan pertama. 

Berikutnya pada adegan kedua sebuah drama menarik terjadi. Saat ia bangun dari pembaringannya ia berjalan di atas sotoh istana dan melihat Batsyeba, Istri Uria. Raja Daud dimabukkan oleh pesonab Batsyeba yang molek. Saking mabuknya ia mengambil perempuan itu sebagai miliknya dengan cara yang licik tanpa rasa bersalah pada Uria.

Baca juga :  Yesus Sang Utusan Bapa

Perang dan Perempuan: Jebakan Batman

Ketika sadar dari mabuknya Raja Daud merasa terjebak. Ia sadar telah membuat jebakan Batman untuk dirinya sendiri. Batsyeba menjadi istrinya sekaligus sebuah teka-teki sulit baginya. Satu-satunya cara untuk bisa memecahkan teka-teki sulit itu adalah membunuh Uria, suami Batsyeba, personil tentara dari kerajaan Daud. Karena itu, Daud menempatkan Uria di barisan depan perang dan membiarkannya mati terbunuh di medan perang. Itu adalah jawaban terbaik Daud. Sungguh itu sebuah jalan keluar yang memprihatinkan bagi seorang raja.

Para sahabat ClaretPath sekalian, pesan sederhana yang bisa kita petik dari adegan kedua, kisah Daud dan Batsyeba ini adalah pentingnya membangun kesadaran diri dalam menjalani hidup. Terlebih saat membuat sebuah keputusan yang berdimensi personal dan komunal, kesadaran harus diutamakan.  Dengan kesadaran, konsekuensi atau ‘anak’ dari setiap keputusan yang kita ambil tidak menjalar dan melilit orang-orang kecil, sederhana dan miskin hingga mati. Selanjutnya, seruan kesadaran ini digemakan lagi oleh penginjil Markus dalam bahasa injilnya bahwa, “hal kerajaan surga itu seumpama orang yang menabur benih. Benih itu tumbuh, namun orang tidak tahu”. Ketidaktahuan maupun ketidaksadaran inilah yang perlu diusahakan dan bila perlu dilampaui agar kita tidak terjebak dalam dunia kehidupan yang sarat perang dan terkadang memabukkan. Tuhan memberkati.