Pendidikan di Era Globalisasi

Fr. Jery Mamput, CMF

Pendidikan di Era Globalisasi
Pendidikan di Era Globalisasi

ClaretPath.com – Bangsa Indonesia sejak tahun 1945, bahkan tahun-tahun sebelumnya sudah mengenal dunia Pendidikan. Kenyataannya banyak orang yang begitu setia membawa Indonesia dalam negosiasi perubahan. Beranjak dari sebuah kenyataan di dalam cerita lisan Indonesia hampir menciptakan kisah-kisah yang bernuansa gembira melalui Pendidikan ini. Meskipun pada umumnya Pendidikan seperti itu tidak ada dalam poros negara ini. Dalam jejak suatu pandangan Indonesia lemah dalam Pendidikan, bahkan masih banyak sampai sekarang kondisi Pendidikan yang mulai pasang surut akibat perkembangan-perkembangan dunia.

Perkembangan dunia tentu erat kaitanya dengan globalisasi. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia globalisasi merupakan suatu proses masuk ke ruang lingkup dunia. Istilah globalisasi juga merupakan suatu poin pokok yang tak jarang kita dengar atau sangat lazim untuk didengar. Globalisasi mampu menjawab sebuah jangkauan dalam setiap aspek kehidupan[1]. Sebenarnya kita paham apa itu globalisasi bagi dunia kita sekarang. Kehadiran ruang global ini mampu mewujudkan suatu nilai tatanan hidup yang baik.  Global sendiri dalam artian bahwa ia mencakup secara keseluruhan untuk membawa orang pada suatu pemikiran, ia harus berada dalam fase atau oase tersebut. Dengan demikian penulis akan menyampaikan bagaimana global itu berperan dalam dunia Pendidikan Indonesia.

Kurikulum Pendidikan Indonesia pada tahun 2015 merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2013 dimana suatu hal atau nilai dapat ditarik untuk suatu perkembangan bagi Pendidikan Indonesia.[2] Menurut GBHN 1973 Pendidikan merupakan suatu usaha untuk berkembang dalam kepribadian dan peserta didik baik itu dalam suatu ruang lingkup sekolah maupun diluar.[3] Tuntutan akan sebuah Pendidikan akan zaman ini sangatlah mendesak. Hal ini dipengaruhi bagaimana kita harus melawan arus perkembangan zaman. Tak dapat dipengaruhi oleh orang lain, kita tetap setia pada suatu posisi diri bahwa kita sedang menikmati Pendidikan. Dengan demikian timbul pertanyaan bagaimana global itu berpengaruh terhadap Pendidikan?

Baca juga :  Anak Kecil sebagai Contoh

 Jika dilihat lebih jauh Pangkuan identitas bangsa terletak pada sebuah Pendidikan. Manusia takan mampu menjangkau dunia luas tanpa sebuah Pendidikan. Jika manusia mendapat posisi yang elegan terhadap Pendidikan, masa depan tidak akan menjadi sebuah teka-teki.  Bukan soal perkembangan dunia yang semakin pesat kita takut untuk dididik tetapi bagaimana kita ikut berjalan tanpa menghilangkan suatu nilai arti penting mengikuti arus dunia atau dunia Pendidikan mengglobal. John dewey dalam sebuah argument mengatakan bahwa reformasi Pendidikan atau perubahan paradigma pendidikan perlu dilakukan sejak orang masih muda.[4] Untuk itu perkembangan mulai diikuti sejak sekarang dan siapa lagi kalau bukan kita yang menjaga identitas sebagai generasi 

            Pendidikan mengglobal ini sekiranya nanti mampu membuat rumusan-rumusan dalam kritik akan segala hal, baik itu dari tradisi agama maupun budaya. Ditunjukan pula pentingnya yakni mampu mengaplikasikan suatu pembatasan dan penyempitan tradisi-tradisi sehingga pendidikan itu sendiri serasa fluaktif, luas, dan kritis. Pendidikan mengglobal ini juga mesti menjadi perwujudan yang harus diperhatikan dan ditingkatkan. Situasi ini mampu mempertanggungjawabkan secara klaim yang disodorkan, dengan interprestasi krisisnya ditengah masyarakat yang hanya bertanya dan meminta jawaban secara argumentatif melalui kenyataan dan keterlibatan pendidikan itu dalam perwujudanya. Inilah salah satu hal yang mampu membawah sebuah negara membangun sumber daya manusia (SDM) yang kompetitif dan tangguh. Jika kita masih bertanya bahwa masih memiliki ekonomi yang lemah bagaimana caranya supaya hal ini diselenggarakan. Caranya adalah kita harus mengoptimalkan dengan tangguh bahwa ada peluang yang begitu besar. Apabila hal ini terjadi maka terciptalah lulusan berkualitas dan berdaya saing serta mampu mengikuti arus perkembangan arus globalisasi. Hal yang mau ditekankan adalah perkembangan arus globalisasi harus dapat diikuti dan disesuaikan dengan tepat, dengan demikian mampu menciptakan tenaga kerja yang terampil.

Baca juga :  Pandawa Group Potret Nyata Ludato Si

            Terselenggaranya pendidikan yang berkualitas, tidak mungkin bagi kita mempertahankan cara atau tradisi lama atau metode pendidikan yang sudah ada. Semua harus disesuaikan dengan perkembangan media saat ini. Misalnya, dengan komputer atau internet. Demikian juga terhadap kurikulum harus ada pembenahan supaya terciptanya kurikulum atau rancangan kurikulum selanjutnya. Pemanfaatan barang seperti ini telah membawa perubahan luar biasa dalam dunia pendidikan dan menjadi pemandangan yang sudah luar biasa bagi pendidikan diera global ini. Seperti yang dikatakan oleh Hamijoyo dalam mimbar 1990 “pendidikan merupakan bagian dari globalisasi.”

Baca juga :  Maria: Guru Pengharapan dan Kesetiaan

            Akhirnya, arus globalisasi selalu kita ikuti ini dapat menuntut kita pada suatu kajian yang inovatif dan bermutu demi tercapainya pendidikan berkualitas. Juga, diperlukan dalam rangkah meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang bersaing di tengah era globalisasi. Dan mampu mengimplementasikan dalam rangkah pendidikan yang kompetitif serta tidak meninggalkan identitas bangsa.

Daftar Pustaka

Internet:

•    https://money.kompas.com/read/2021/10/26/183000326/globalisasi-adalah-  pengertian-ciri-ciri-dan-dampak-dampaknya?page=all,

•           https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-pendidikan/

Buku:

Prakosa Heru, Majalah Basis,Perenialisme, no. 09-10, Yogyakarta, 2018.

Wattimena, Reza A.A., Demokrasi Dasar filosofis dan Tantangannya, kanisius, Yogyakarta, 2016


[1](https://money.kompas.com/read/2021/10/26/183000326/globalisasi-adalah-pengertian-ciri-ciri-dan-dampak-dampaknya, diakses pada 19 oktober 2022, 21:12 pm)

[2] Prakosa, Basis, no. 09-10, thn. 2018.; 28

[3] (https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-pendidikan/ diakses 19, oktober, 2022, 21:15 pm)

[4] Wattimena: 2016, hal. 63