ClaretPath.com – Pandawa Group Potret Nyata Ludato Si
Sangat pantas TikTok Indonesia menganugerahkan Pandawa Group sebagai salah satu TikTok Local Heroes tahun 2022 kemarin. Pandawa Group yang terdiri dari Gilang, Ikhsan, Rifki, Rafly, dan Agung ini, berhasil mencuri perhatian masyarakat Indonesia, berkat tindakan membersihkan lingkungan dari sampah. Sungai, parit, dan beberapa tempat wisata, merupakan sasaran utama aksi mereka.
Aksi Pandawa Group yang kerap terekam media itu, bukan tanpa alasan. Mereka peka terhadap lingkungan yang tercemar. Pada dasarnya pencemaran tersebut dipengaruhi ‘tradisi’ masyarakat yang sembarangan membuang sampah, seperti membuang sampah ke sungai. Anggapan sampah akan cepat terurai atau terbawa arus, lantas menghilang, melanggengkan tindakan ini. Nyatanya, sampah-sampah tersebut malah menumpuk dan mencemari ekosistem sungai.
Sampah yang paling banyak ditemukan di sungai ialah plastik. Kenyatan ini menjadi salah satu potret Indonesia yang darurat sampah plastik. Pada tahun 2017 Making Oceans Plastic Free mengeluarkan data penggunaan kantong plastik di Indonesia sebesar 182, 7 miliar per tahun. Bersamaan dengan produksi plastik yang besar ini, sampah meningkat. Rata-rata sampah plastik yang dihasilkan sebesar 1.278.900/ton setiap tahun (https://databoks.katadata.co.id/tags/lingkungan//06/12/22). Sampah plastik yang dibuang ke sungai ini mengakibatkan, micro plastic, yaitupotongan-potongan plastik sampah yang sangat kecil (Microplastics National Geographic Society, dikutip pada 12/01/2022), semakin merajalela.
Efek micro plastic sangat berbahaya, entah untuk biota sungai itu sendiri, entah terhadap manusia. Contoh, ketika seseorang menangkap ikan di sungai lalu dikonsumsi. Ia secara tidak langsung menelan micro plastic yang beracun. Terjadi demikian, karena ikan-ikan di sungai yang terpapar sampah plastik, kemungkinan besar menelan micro plastic. Lalulintas pencernaan ikan membuat micro plastic itu terurai dan menjadi bagian dari daging. Dengan begitu, ikan menjadi beracun. Kandungan racun dalam ikan yang dikonsumsi, perlahan akan menular kepada manusia, dan mengakibatkan kematian. Lantas bagaimana pencegahannya?
Anjuran Ensiklik Laudato Si
Anjuran Ensiklik Laudato Si (tentang perawatan rumah kita bersama) yang dikeluarkan oleh Paus Fransiskus, bisa menjadi langkah mencegah pencemaan sungai, sekaligus sebagai landasan menjaga dan melestarikan alam. Salah satu aspek yang ditekankan ialah pendidikan. Akan tetapi, pendidikan yang dimaksud tidak berhenti pada penciptaan “kewarganegaraan ekologis” (LS, 211). Pendidikan tidak hanya membangun kebiasaan-kebiasaan baik, melalui aturan dan undang-undang yang berlaku, tetapi mengungkapkan motivasi yang tepat dan merespon dengan keinginan perubahan pribadi.
Adanya pendidikan yang berasas tanggung jawab ekologis, memungkinkan terwujudnya pelestarian lingkungan, seperti menghindari pemakaian plastik, dan tidak membuang sampah ke sungai. Paus Fransiskus menekankan agar Pendidikan ekologis ini menjadi gaya hidup setiap orang. Tidak harus melakukan tindakan yang besar dan berat, tetapi mewujudkan lingkungan yang lestari bisa melalui tindakan-tindakan kecil. Ketika semua orang melakukan hal yang sama, otomatis perubahan (lingkungan lestari) terjadi. Lebih jauh lagi, Paus Fransisiskus menggarisbawahi motivasi yang mendalam setiap pribadi dalam melestarikan lingkungan, pada dasarnya mengungkapkan secara utuh martabat manusia (LS, 211).
Di samping itu, melalui Ensiklik Laudato Si, Paus Fransiskus ingin mengajak masyarakat di seluruh dunia untuk tidak jatuh pada budaya relativisme. “Baginya budaya relativisme ialah penyakit yang mendorong orang mengeksploitasi sesamanya dan memperlakukannya sebagai objek saja” (LS.123). Relativisme juga sepadan dengan logika “pakai dan buang” (LS.123), yaitu keinginan tak teratur dalam mengonsumsi yang lebih banyak daripada yang dibutuhkan sebenarnya. (LS.123). Dengan kata lain, logika “pakai dan buang” berujung pada eksploitasi. Misalkan, praktek membuang sampah oleh segelintir orang berimbas pada masyarakat luas, seperti adanya bencana banjir.
Perlu Merubah Pola Pikir
Menanggapai anjuaran Ensiklik yang dikeluarkan oleh Paus Fransiskus ini, masyarakat Indonesia perlu belajar dari Pandawa Group. Apa yang mereka lakukan merupakan interpertasi Laudato Si. Bisa dilihat tindakan mereka begitu nyata. Mereka memulai dengan hal-hal kecil, seperti membersihkan parit dari sampah, lantas bermuara ke praktek yang lebih besar yaitu, membersihkan sungai dari sampah, dan lain-lain. Di sisi lain, mereka melakukannya secara sukarela, tidak ada yang memaksa.
Adanya keinginan yang besar untuk bebas dari sampah merupakan dorongan perubahan yang sangat fundamental yang ditunjukkan Pandawa Group. Itu artinya, kesadaran dari dalam diri sendiri lebih membuahkan hasil daripada menunggu otoritas tertentu membersihkan sampah. Maka dari itu, masyarakat Indonesia perlu merubah pola pikir. Pada dasarnya mewujudkan lingkungan yang lestari dan bebas dari sampah adalah tugas setiap orang, bukan pemerintah melalui dinas terkait. Alasannya sederhana, lingkungan yang sedang ditempati sekarang merupakan “seorang ibu rupawan yang menyambut kita dengan tangan terbuka” (LS. 1).
#Pandawa Group Potret Nyata Ludato Si
Pandawa Group Potret Nyata Ludato Si
Referensi
Fransiskus, Paus. Laudato Si. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan, 2015.
https://databoks.katadata.co.id/tags/lingkungan//, dikutip pada 12/01/2023, pukul 18:25 WIB.
https://tekno.sindonews.com/read/984957/207/viral-pandawara-group-isi-tahun-baru-2023-dengan-bersih-bersih-sampah-di-sungai-1672621268, dikutip pada 12/01/2023, pukul 18:30 WIB.
Microplastics National Geographic Society, dikutip pada, 12/01/2022, pukul 18:45 WIB.
Misionaris Claretian yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.